BAB 1

London

Tidak ada alasan untuk meninggalkan London pada musim panas ini. Inilah masa terbaik untuk berjalan-jalan atau sekedar bersepeda untuk menikmati keindahan kota London dibawah terik matahari.

Namun tidak dengan pemuda 18 tahun ini, ia lebih memilih menghabiskan hari terakhirnya di London dengan membenahi semua baju-baju milik nya serta beberapa buku yang belum sempat ia baca. Setelah menyelesaikan pendidikan SMA nya di London, Langit memilih untuk pulang ke Indonesia setelah kelulusan nya. Sangat berat baginya meninggalkan kota yang sudah hampir tiga tahun ia tinggali ini. Namun rasa rindu yang teramat sangat terhadap kedua orang tua nya yang membuat dia tidak bisa mengurungkan niat nya untuk kembali ke Indonesia.

Langit mencoba untuk rileks, ia menarik nafas panjang dan menghembuskan nya perlahan, lalu dengan pelan ia merebahkan tubuh nya diatas ranjang yang selama tiga tahun ini menjadi teman setia Langit. Sangat tidak mudah bagi Langit untuk meninggalkan kota ini, apalagi kenangan-kenangan yang sudah banyak terukir disetiap sudut kota ini membuat Langit semakin berat untuk meninggalkan London.

Ditengah lamunan nya yang entah sudah sampai mana, tiba-tiba terdengar suara decitan pintu yang menandakan ada seseorang yang masuk ke dalam gua pribadinya itu.

"Kamu butuh bantuan Langit?" Ucap wanita parubaya itu, wanita dengan daster bermotif bunga-bunga serta rambut yang dijepit asal ke atas.

"Terimakasih bibi, Langit sudah membereskan semuanya, bibi sudah banyak membantu langit selama ini" Jawab Langit seraya tersenyum tipis ke arah bibi nya yang masih terlihat sangat cantik walau usia nya sudah memasuki kepala empat.

Selama tiga tahun ini Langit memilih tinggal bersama paman dan bibi nya yang sudah lama menetap di London bersama anak semata wayang mereka bernama Lena yang terpaut selisih tiga tahun usianya dengan Langit.

Jujur saja, Langit sudah menganggap paman serta bibi nya sebagai orang tua kandung nya sendiri, begitu juga Lena, ia sudah menganggap keponakan nya itu sebagai adik kandung nya sendiri.

"Baiklah kalau begitu, turunlah kebawah untuk sarapan, bibi sudah memasak sup kesukaan mu"

Langit tersenyum dan mengangguk, ia pun bangun dari tempat tidur nya dan mengikuti bibi nya untuk segera turun ke bawah menuju meja makan.

Saat sampai di meja makan, terlihat keponakan satu-satunya itu tengah memakan pancake yang tinggal setengah itu dengan lahap serta paman nya yang tidak bisa meninggalkan koran nya walau mereka tengah makan.

"Selamat pagi beruang kutub, kau sudah selesai berhibernasi?" Celetuk Lena yang masih mengunyah pancake yang berada didalam mulutnya.

"Belum, aku akan makan lagi hari ini dan akan melanjutkan hibernasi ku" Kekeh Langit yang membuat nya mendapatkan tatapan tajam dari Lena.

"Duduklah Langit, kali ini aku mohon jangan ada perang dunia ke tiga" Kekeh Darren yang tengah melipat koran nya dan meneguk secangkir kopi yang masih hangat itu.

Langit terkekeh geli mendengar penuturan paman nya itu. Ia pun langsung duduk di kursi makan nya menghadap Lena yang masih sibuk dengan pancake nya.

"Jadi, kau sudah memesan tiket pesawat Langit?" Tanya Darren kepada Langit.

"Sudah paman, Langit akan berangkat besok"

"Jam berapa jadwal penerbangan mu?"

"Delapan pagi paman"

Darren hanya manggut-manggut mengiyakan. Jujur sangat berat jika ia harus membiarkan Langit pulang ke Indonesia. Sama dengan Langit, Darren sudah menganggap Langit seperti putra kandung nya sendiri.

"Ayah, apa kita akan mengantar Langit ke bandara besok?" Tanya Lena yang sudah menyelesaikan sarapan nya.

"Tentu saja" Jawab Darren dengan semangat.

"Terimakasih paman, kalian sudah sangat banyak membantuku" Ucap Langit dengan tulus.

"Sudahlah kau ini, aku ini pamanmu, aku sudah menganggap dirimu seperti anak ku sendiri sama seperti Lena"

"Darren benar Langit, jangan pernah berterimakasih pada kami, kami menyayangimu seperti dirimu menyayangi kami" Jawab Yona yang sedang menuangkan sup ke dalam mangkuk makan Langit.

Leo mengangguk dan tersenyum. Betapa beruntung nya dia memiliki paman dan bibi yang baik hati seperti ini.

"Kau akan kembali lagi kan Langit?" Tanya Lena yang sudah memasang raut wajah sedih.

"Tentu saja, bagaimana bisa aku tidak kembali untuk menemui keponakan rangkap musuh bebuyutan ku ini" Jawab Langit dengan penuh semangat, walau dia bingung kapan dia bisa kembali lagi kesini.

"Kau menyebalkan"

"Tapi kau akan merindukan ku saat aku pergi"

"Bukan rindu, namun tidak ada lagi yang akan menngerjakan PR sekolahku"

Tawa mereka pun meledak, ditengah seperti ini Lena masih saja bisa bercanda. Inilah yang akan dirindukan Langit saat kepulangan nya ke Indonesia nanti.

*****

Jakarta

Ditengah lebat nya hujan yang tengah mengguyur kota Jakarta, Gadis bertubuh mungil ini memilih untuk tetap berkencan dengan selimut tebal nya serta guling yang selalu setia ia peluk. Ia tau ibu nya pasti akan marah jika melihat nya masih tidur pada pukul sebelas siang.

Ditengah mimpi nya bertemu dengan pangeran tampan yang selalu dalam khayalan nya, tiba-tiba suara ketukan pintu yang cukup keras itu mampu mengusik tidur nyenyak nya. Karna ketukan pintu yang terus menerus tanpa mau berhenti itu, Nabila terpaksa harus menyingkap selimut tebal yang membungkus badan mungil nya dan bangun dari tidur nyenyak nya. Dengan berjalan gontai serta keadaan yang masih setengah sadar, ia membukakan pintu kamar nya.

"Ya ampun Nabila!! Ini udah jam berapa dan kamu baru bangun tidur!!" Teriak wanita parubaya yang sudah berdiri didepan Nabila saat ini. Suara yang sangat Nabila kenal, siapa lagi jika bukan ibu nya.

Bagaiman Luna tidak kaget jika jam sebelas siang ini Nabila masih mengenakan Sweeter dengan motif hati, celana training kebesaran, rambut yang sudah seperti singa, serta earphone yang masih menempel setia di kedua telinga nya.

"Hehe, maaf ma, abisnya Nabila ngantuk banget, lagian kan Nabila masih libur jadi gapapa dong bangun agak siangan dikit" Ucap Nabila santai.

"Siangan dikit mbahmu! Ini udah jam sebelas Bila!! Itu kamu udah dicari Bagus sama Sinta, mereka aja udah rapi rapi kok" Omel Luna yang ditanggapin dengan anggukan setengah sadar dari Nabila.

"Mama kaya ga tau Nabila aja" ledek Karen, Kakak Nabila yang sudah berdiri dibelakang Luna.

"Turun dek, dicari temen genk Mars mu tuh" Sambung Karen.

Karna tidak mau mendapat omelan lagi dari kakak nya, Nabila memutuskan untuk langsung turun menuju ke ruang tamu.

"Penampilan ajaib seperti biasa" Gumam sinta yang melihat Nabila turun dari tangga.

"Harusnya kamu bilang kalau bakal jemput temen kamu yang dari London" Sambung Sinta yang sedikit kesal pada Bagus.

"Percuma, kamu kaya ga tau Nabila aja kaya gimana"

"Lagi ngeghibahin gua ya?" Tanya Nabila yang sudah duduk bersila diatas sofa ruang tamu rumah nya.

"Iya, ngeghibahin lu yang udah mirip banget kaya penduduk Mars asli" celetuk Sinta yang diikuti gelak tawa Nabila.

"Emang bener si, cuman lagi nunggu kartu tanda kependudukan warga Mars gua belum jadi-jadi, tau ni lurah nya lemot"

"Dasar alien" Celetuk Bagus yang terkekeh geli melihat sahabat nya yang menurut nya sangat limited edition ini.

"Kita jadi ke bandara ga sih?" Tanya sinta yang sudah mulai kesal.

"Emang ngapain kita bandara?" Tanya Nabila dengan raut wajah yang sedikit bingung, pasal nya tidak ada pemberitahuan apapun dari mereka.

"Berenang" Jawab Sinta santai.

"Lu mau berenang dimana sin?" Tanya Bagus kepada Sinta.

"Ingetin gua buat nyeburin kalian ke laut biar dimakan sama dugong" Ujar Sinta yang sudah sangat gemas melihat kelakuan dua sahabat nya ini.

"Emang dugong makan manusia?" Tanya Nabila seraya menempelakan jari telunjuknya di dagu pertanda sedang menimang sesuatu.

"Tergantung sih, kalau orang nya kaya Bagus mungkin dugong ga doyan"

"Udah ah yok, temen gua udah nunggu nih, malah kalian keasyikan ngebully gua" Dengus Bagus kesal.

"Iya bapak jupiter" Jawab Nabila sekenanya.

"Bil, ganti baju kek yang cakepan dikit" Ucap sinta yang melihat Nabila seperti alien.

"Ga mau ah, nanti kalau gua ganti penampilan bisa-bisa gua ditendang dan dicoret dari KK keluarga Mars"

"HAHAHAHAHA"

*****

"Orang nya udah balik duluan kali, udah dua jam nih kita disini, dan singa di perut gua udah pada ngamuk" Keluh Nabila yang sudah mulai merasakan rasa lapar di perut nya. Nabila yang notabene paling tidak bisa menahan lapar kini dia mulai kesal.

"Kita tunggu sebentar lagi deh bil, nanti kalau 15 menit dia ga keliatan, kita pulang"

Nabila hanya bisa mendengus kesal, didalam kekesalan nya itu tiba-tiba terlintas ide cemerlang dari dalam otak nya.

Dengan cekatan ia mengeluarkan kertas berukuran sedang dari ransel berwarna orens miliknya serta sepidol snowman berwarna hitam.

"Lu bawah begituan buat apaan bil?" Tanya Sinta yang melihat Nabila mengeluarkan kertas serta sepidol dari ransel nya.

"Lihat dan pelajari"

"Nama temen lu yang dari London siapa gus?" Bagus yang mendapatkan pertanyaan dari Nabila itu tiba-tiba perasaan nya tidak enak. Ia yakin Nabila akan melakukan hal aneh selanjutnya.

"Udah deh bil, lu mau ngapain sih?"

"Cepetan siapa namanya?!"

Desakan dari Nabila mampu membuat Bagus memberitau siapa nama teman yang akan mereka jemput hari ini.

"Langit"

Mendapat jawaba yang seperti itu, sontak Nabila langsung mendongakan kepalanya keatas.

"Mendung dikit, udah gapapa, ga bakal kehujanan juga kan pake mobil"

Bagus pun langsung menoyor kepala Nabila dengan cukup keras.

"Namanya Langit bego"

"Langit yang ganteng, putih, tinggi, mancung, punya mata hazel, sama kebule-bulean itu?" Ujar Sinta dengan nada histeris.

"Iye, yang bapak nya emang keturunan bule, biasa aja kali" Dengus Bagus kesal.

"Ciee cemburu" Goda Sinta seraya mencubit lengan Bagus.

"Apaan sih"

Tanpa memperdulikan perdebatan kedua sahabatanya itu, Nabila segera menulis beberapa kalimat yang menurut nya sangat ajaib diatas kertas yang sudah ia siapkan tadi.

"YANG BERNAMA LANGIT, JIKA ANDA MELIHAT TULISAN INI, DIMOHON UNTUK MENDEKAT. KARNA ADA UTUSAN AGEN DEWA MARS YANG BERNAMA BAGUS SEDANG MENCARI ANDA" begitulah isi dari kalimat yang Nabila tulis.

Sontak kelakuan Nabila itu mengundang perhatian banyak orang yang sedang berlalu lalang di bandara itu, termasuk seorang pemuda yang juga sedang memperhatikan nya.

"Bil, agrhh emang dasar lu ya aneh!" Ucap Bagus yang hampir frustasi.

"HAHAHAHA, Bila emang parah si lu, gokil" Ujar Sinta yang sudah tidak dapat menahan tawa nya yang sudah meledak-ledak.

"Gokil kan? Nah tinggal kita tunggu temen nya si kunyuk nongol"

Pemuda yang sedaritadi memperhatikan Nabila pun memberanikan diri untuk bertanya apakah Langit yang dimaksud dalam kalimat yang tertulis diatas kertas itu adalah Langit dirinya atau bukan.

"Permisi" Sapa Langit sopan.

Nabila yang merasa dirinya disapa seseorang pun menoleh ke arah sumber suara berat itu.

"Yes sir?" Jawab Nabila dengan bahasa inggris, karna lelaki yang ada dihadapan nya ini seperti bule luar negri.

Sedangkan Sinta dan Bagus masih sibuk tertawa oleh kelakuan Nabila, tanpa sadar Nabila tengan berbincang-bincang dengan orang asyik.

"Tidak perlu menggunakan bahasa inggris, saya orang indonesia" Ucap Langit dengan senyum tipis yang mengembang.

Nabila terpaku sejenak. Lelaki tampan yang mungkin hanya akan ada dalam khayalan angan-angan nya saja. Namun ini nyata benar-benar nyata.

"Apa Langit yang kamu maksud di tulisan tadi..."

"Oh itu Langit, temen lama nya Bagus, ciri-ciri nya Tinggi, putih, mancung, punya mata hazel, sama kebule-bulean gitu" Cerocos Nabila yang sudah hafal dengan ciri-ciri yang sempat Sinta katakan sebelum nya.

Nabila yang langsung sadar bahwa semua ciri-ciri yang ia sebutkan tadi mewakili semua yang ada pada pria didepan nya ini. Sontak Nabila membelalakan matanya tanda tidak percaya.

"Kamu.."

"Iya saya langit, temen lama nya Bagus"

"Langit!!" Teriak Bagus yang sudah sadar bahwa teman lama nya kini sudah berada bersama Nabila.

"Bagus!!"

Mereka pun berpelukan dengan sangat erat.

"Makin ganteng aja lu" Ucap Bagus seraya melonggarkan pelukan nya pada Langit.

"Lu juga gus"

Nabila yang melihat itu berusaha mendelik dibelakang tubuh Sinta. Ia sangat malu, sangat.

"Lu ngapain bil ciut ciut gitu? Ngumpet?" Tanya Sinta yang sedikit risih atas kelakukan Nabila.

"Diem deh, gua ngerasa ada aura negative lagi ngincer gua"

"Bego banget si lu, udah ah ngapain si disitu"

"Ini Sinta kan?" Pandangan Langit beralih pada wanita yang mengenakan kemeja warna putih serta celana jeans berwarna biru dongker.

"Iya lang, masih inget gua kan?" Sapa Sinta ramah.

"Pacar nya Bagus" Kekeh Langit.

"Enak aja lu kalau ngomong"

"Kalau yang dibelakang kamu itu siapa?" Tanya Langit yang sedang memperhatikan Nabila.

"Makhluk Mars Lang" Celetuk Bagus sedikit tertawa.

Seketika Nabila langsung muncul dari belakang sinta.

"Gua belum bisa disebut makhluk Mars, kan gua udah bilang kartu tanda kependudukan warga mars gua belum jadi" Cetus Nabila santai.

Langit yang sedaritadi memperhatikan Nabila tanpa sadar sebuah senyum mengembang dikedua sudut bibirnya. Perempuan bertubuh mungil, mengenakan sweeter bermotif hati serta celana training yang kebesaran, rambut yang masih acak-acakan seperti habis terkena sengatan listrik.

Aneh, namun menggemaskan, mungkin dia tidak akan bisa lupa dengan gadis yang bernama Nabila ini.

"Alahh ngelak mulu lu, nih kenalin Langit, temen lama gua, sama ganteng nya kan sama gua?"

Nabila pun mengulurkan tangan kanan nya untuk berjabat dengan Langit, dengan senang hati Langit membalasa jabatan tangan Nabila.

"Nabila"

"Langit.. akhirnya kenalan juga"