Semakin parah..

Dari tadi aku menahan untuk tak muntah karena james masih di rumah, aku harus menunggu dia sampai berangkat ke kantornya. Sekarang dia udah pergi dan aku lari ke kamar mandi yang berada dalam kamar kami.

"hueks...hueks...aah..hueks.." aku memuntahkan isi perutku, itu pun cuma lendir dan air.

"huh..huh..huh..hueeksss..huekss.." kembali muntah sampai air mata keluar.

"aasshh..huh..huh..kok jadi makin parah gini sih." lalu membasuh wajahku dengan air kran.

"ya Tuhan, tersiksa sekali rasanaya belum lagi harus bersandiwara dengan suamiku."

Lalu aku menatap wajahku dicermin,  pucat sekali aku bahkan pipiku mulai menirus. Aku pun menghela nafas kuat.

"kenapa aku harus mengalami ini Tuhan? aku ingin sembuh, aku belum siap meninggalkan suamiku." lirihku dengan mata berlinang.

"tapi aku ga mau angkat rahim, aku ga mau Tuhan."

"aku..aku pengen punya anak, hiks..hiks..aku mau beri james anak."

"tolong aku Tuhan, kalaupun aku harus meninggalkan suamiku setidaknya ada anak kita yang menemani suamiku, hiks..hiks."

"huekss...hueks...uhuk..uhuk..hueks." aku kembali muntah.

Aku langsung mencari obat yang dikasih reigns kemarin, ditempat yang jauh aku sembunyikan agar tak ketahuan james..

"ahk sial, udah habis ternyata." kesalku, ga mau mikir lama aku pun langsung telpon reigns.

"halo reigns..."

"ya sera? ada apa?"

"obat yang lo kasih kemarin udah habis, gue mau minta lagi. Lo dirumah sakitkan?"

"apa? habis? kok cepat banget? seharusnya masih bisa 2 minggu lagi."

"iya tapi udah habis reigns."

"kankermu semakin parah, udah gue duga makanya lo banyak minum obatnyakan? lo kesakitankan sera?" tanyanya dan benar kok yang dia bilang.

"i..iya reigns, gue akhir-akhir ini semakin drop."

"gue di rumah sakit, lo datang aja sekarang, gue tunggu."

"iya reigns, gue kesana sekarang."

Tanpa babibu aku pun langsung bersiap-siap, lalu aku pun pergi ke rumah sakit, kalau ga karena sakit ini, aku ga akan kerumah sakit.

AKhirnya aku sampai rumah sakit, aku langsung masuk ruangan reigns. Dan benar aja dia udah menungguku diruangannya.

"reigns.."

"sera.." dia langsung hampiri aku sambil memperhatikan diriku.

"lo udah benar ga sehat, terlihat dari mata lo." aku hanya diam aja.

"apa ini? lo sengaja pakai bedak tebal gini supaya menutupi kondisi lo sekarang?" ucapnya to the point.

"reigns.."

"suami lo bisa dibohongi tapi gue sebagai dokter ga bisa lo bohongi, sini gue periksa dulu."

Dia membawa aku berbaring di kasur tempat dia biasa periksa pasien. Dia terlihat serius memeriksa aku, kadang terdengar nada kesal dari mulutnya.

Pemeriksaan pun selesai dan aku kembali duduk, mengamati wajah lemas dari reigns aku bisa menebak kalau aku ga baik-baik aja.

"reigns.." lirihku.

"sera, virusnya udah menyebar dan ketahan tubuh lo semakin lemah, makanya lo selalu pusing, mual, muntah iyakan?" aku pun mengangguk.

"ini yang gue katakan sama lo kemarin, obat..obat..obat itu ga bisa menyembuhkan secara total. Lo keras kepala sih.." dengan gaya bersedekap sambil perhatikan aku, kesel kali dia ya.

"dan lo mau minta obat lagi sama gue? lo jadi ketergantungan jadinya, itupun belum tentu sembuh."

"reigns, udah deh lo ga usah ngomel muluh, inikan hidup gue. Dan iya gue mau minta obat penghilang rasa sakitnya." keselku.

"apa lo bilang? hey, iya gue tahu ini hidup lo, tapi lo juga harus lihat dan peduli sama orang disekeliling lo." aku kembali terdiam.

"huhh!! maaf..maaf sera gue udah marah sama lo, gue ga ada maksud kayak gitu.  Hanya aja, gue, james dan lainnya ingin lo bersama kita lebih lama di sini."

"reigns.." desisku.

"tolong sera...tolong pikirkan keselamatan lo, pikiran suami lo terutama." aku jadi cengeng kembali.

"mau ya, kita angkat rahimnya? cuma itu sera, kita harus bunuh kanker itu. Lo harus sembuh, mau ya?" kini reigns memegang kedua tanganku bermaksud beri pengertian dan menyemangati aku,  namun aku belum menjawabnya.

"sera, mau ya?" air mataku pun jatuh, aku pun menggeleng tak setuju.

"ck.." keselnya.

"kalian karena ga berada diposisi gue, kalian ga langsung alami kayak gue makanya kalian mudah sekali berucap." ucapku sambil natap dia.

"siapa yang ga ingin sembuh, gue ingin sekali sembuh reigns. Gue ingin bersama suamiku dan kalian dengan waktu yang lama. Tapi untuk angkat rahim gue ga bisa reigns, gue ga mau.."

"sera.."

"tolong ngerti gue reigns, tolong dukung keputusan gue, gue ingin hamil, kalaupun gue hamil dalam kondisi berperang dengan kanker ini dan gue harus pergi selamanya, setidaknya ada anak kita yang akan nemani james, hiks..hiks..mengertilah reigns."

"sera, lo ngomong apa sih, lo ga akan pergi ninggalkan kita selamanya. Engga, karena gue pastikan lo akan sembuh."

"jangan angkat rahim gue.." ulangku.

"seperti ucapan gue tadi, kalau lo hanya bisa sembuh dengan cara angkat rahim. Hari ini gue mengalah, gue mengalah lagi. Tapi kalau lo semakin dan semakin parah lagi, gue langsung angkat rahim lo, ga ada lagi tawar menawar kayak gini."

"gue pastikan ini terakhir gue merasakan sakit yang luar biasa."

"halah.., kita lihat aja nanti."

"reigns.."

"hem?"

"makasih ya, makasih udah mau jadi dokter gue dan makasih udah denger keluh kesah gue meski kita ga sejalan cara mengatasi penyakit ini."

"sera, lo sahabat gue, lo kakaknya istri gue, lo orang paling banyak membantu dan mendukung gue, gue sayang sama lo sera." dia pun mengusap kepalaku, aku langsung memeluk dia.

"makasih reigns.."

"hemm.."

"reigns.."

"apa lagi?" ucapnya dan pelukan kita pun lepas.

"obatnya mana? hihihi, gue butuh obatnya nih." cengirku.

"sialan lo, iya..iya..ntar gue kasih obatnya." kesalnya lalu dia mengambil beberapa obat untukku.

"nih obatnya, huh!! sebenarnya gue ga mau kasih nih obat tapi kalau ga dikasih lo nangis mulu dan ujungnya berantem."

"hehehe tahu aja lo, makasih ya."

"apaan ini?" ucapnya.

"lah, uanglah..uang obatnya, gimana sih lo." sambil memberikan uangnya.

"ga...ga..lo simpan aja uangnya."

"apa sih reigns, wajar kali gue bayar obatnya."

"ga usah gue bilang, kayak ga kenal aja." tolaknya lagi.

"tapi reigns.."

"hey, denger ya sahabat gue, gue ini akan menjadi dokter buat lo sampai lo sembuh dan gue ikhlas merawat dan menolong lo. Gue ga mau lo bayar, anggap ini sebagai balas budi gue ke lo." ucapnya sambil acak rambutku.

"tapi kan.."

"ga ada tapian, justru gue marah kalau lo bayar, jadi simpan aja uangnya ya."

"huh!! baiklah, makasih ya reigns. Lumayan sih dapat perawatan gratis hehehe."

"hahahaha, emang lumayan iyakan."

"hahahaha.." kita pun kembali tertawa bersama.

"yaudah, ini udah mau siang reigns, suami gue pasti makan siang di rumah, gue pulang dulu ya reigns."

"oh oke gapapa, lo pulang aja. Lo hati-hati ya, jangan lupa obatnya diminum."

"he em, gue pulang ya." aku pun turun dari kasurnya dan menuju pintu, namun suara reigns kembali menghentikan langkahku.

"sera.."

"iya reigns?"

"semangat.!! dan cepat sembuh ya."

Aku hanya mengangguk senyum aja, reigns hanya menunjukkan jari jempol aja menandakan 'ok'

****

Gue tersentak dengan nama reigns tertera di layar hp gue, tumben reigsn nelpon gue.

"ya halo reigns, tumben nelpon gue?"

"lo dimana? Maqaf kalau ganggu lo ya. soalnya ada yang penting gue omongin sama lo."

"gue di rumah, lo juga ga ganggu kok. Hal penting apa itu reigns?"

"sera baru dari rumah sakit, gue baru selesai periksa dia."

"sera ke sana ya? trus gimana perkembangan reigns?" tanya gue ga sabaran.

"huft, dia semakin parah khris, dia masih bersikeras ga mau angkat rahim."

"ya ampun, jadi gimana reigns? dia masih bisa sembuhkan?" tanya gue panik.

"untuk itulah gue nelpon lo, mungkin cuma lo bisa menurunkan egoisnya, bujuk dia supaya mau angkat rahim khris, cuma itu jalan satunya. Pliss, sahabat kita sera harus sembuh." degh!!!

"reigns..reigns..harus angkat rahim ya?"

"iya khristal, plis bujuk dia ya."

"gu..gue..gue bingung reigns, gue takut nyinggung perasaannya. Tapi, gue akan coba bicara baik-baik sama dia ya."

"iya, gue tahu akan sulit membujuk dia, tapi kita harus mencoba perlahan meruntuhkan egonya. Makasih ya khris, gue percaya sama lo."

"i..iya reigns."

Itulah percakapan kami ditelepon, gue juga benaran syok denger kondisi sera semakin parah ditambah lagi harus angkat rahim. Ya Tuhan, selamatkan sahabat gue sera.

~••~••~

(Sera semakin parah ya ampun 😨😱 Berhasil ga ya Khristal membujuk sera? 😖😌)