WebNovelArinda100.00%

Kamu

kebiasaan Arin dikala kelas masih sepi dia akan mendengarkan lagu dengan earphone, meletakan santai kepalanya di meja, membiarkan rambut hitam panjang nya terurai bebas, dia paling senang mendengarkan lagu ballad, dan setelahnya Adam datang menghampiri langsung Arin yang memejamkan matanya, Arin membuka matanya mereka saling bertatapan saling memandang,

" cie...."

sorak Revin yang tiba-tiba masuk kedalam kelas

" apaan sih"

seru Adam yang kemudian berjalan menuju bangkunya berada,

" ini....dari Dom"

kata Revin sambil memberikan sebuah amplop

" apa ini?"

tanya Arin

" buka aja Rin...."

" dia cerita ke gue, dia nyesal udah nyakitin loe, dia pengen lu baikan sama dia, itu aja sih curhatannya"

Jelas Revin

" baikan??"

kata Adam menteringai

" kamu baikan sama Dom???"

tanya Adam menatap ke arah Arin

" kenapa emangnya?"

tanya Arin mengejek Adam

" ya udah kalian lanjut aja ngobrolnya..."

sahut Adam yang berlalu keluar kelas

" loe sama Adam ada apa?"

tanya Revin penasaran

" menurut loe...."

jawab Arin sambil tersenyum,

" lu pdkt sama Adam?"

tanya lagi Revin namun Arin hanya mengangkat kedua bahunya sambil tersenyum.

Kadang Arin berfikir Adam begitu manis, tapi untuk melangkah jauh Arin masih belum siap, ditinggal pas sayang-sayangnya memang menyakitkan, dan sekarang Arin ga begitu PD akan dirinya terhadap cowok lain.

" maafin dia?"

tanya Revin yang berjalan disebelah Arin

" menurut kamu gimana?"

tanya balik Arin yang terlihat berkaca-kaca

" hak loe sih mau maafin dia atau gak, kan hati loe yang ngerasain"

"mungkin setelah loe maafin dia loe bisa move on"

" makasih ya vin sarannya, makasih juga udah jadi perantara ku"

kata Arin yang tersenyum.

" untuk yang terakhir itu bagusnya ditraktir"

pinta Revin sambil tersenyum.

Selepas pulang sekolah Nayla tampak bergegas dan mengabaikan Arin, tak seperti biasanya Nayla dengan muka marah kesal berlalu begitu saja disepan Arin.

/ka Nay kenapa? batinnya bergumam

" aku antar ya?"

pinta Adam

" kamu gak part time?"

tanya Arin

" nanti malam"

jelas Adam yang sedang memakai jaket Hoodie warna navy.

" Rin..."

teriak Revin dilorong

" ada apa vin?"

tanya Arin kebingungan

" ikut gue"

pinta Revin yang tiba-tiba menarik tangan Arin dan membawanya keatap gedung sekolah, diikuti juga oleh Sadam.

" loe harus liat ini..."

kata Revin yang menunjukan rekaman seorang cowok yang tengah mabuk berciuman dengan seorang cewek dan mereka tampak ga asing, Bima dan Dina selama ini mereka selingkuh dibelakang Nayla, dan terlintas dipikiran Arin mengapa tadi Nayla berlari meninggalkan nya.

" vidio ini dibuat 1bulan lalu, teman gue masih cari tau siapa penyebar nya"

jelas Revin

" ka Nay..."

" kita sama-sama, kita juga khawatir sama Nayla"

jelas Adam yang menggenggam tangan Arin.

sepanjang perjalanan Arin hanya bisa menitikan air mata, dia menyadari tak berarti apa-apa untuk Nayla dia selalu berada didunia nya sendiri tanpa mengetahui Nayla selalu disisinya,

/maafkan aku ka Nay...

setelah berkeliling dirumah dan taman tapi Nayla tidak disana, Arin seperti anak ayam yang kehilangan induknya.

" biasanya kalian jalan kemana aja?"

tanya Adam yang juga ikut membantu mencari Nayla

" udah mau Maghrib, gue balik dulu kasian nyokab srndirian" pinta Revin yang bergegas pulang

" iya vin,,,,"

" nanti gue kabarin"

jelas Adam

" jangan-jangan di apartemen bokapnya"

kata Arin curiga,

Nayla juga Anak broken home, orang tuanya memilih bercerai ketika Nayla umur 7thn, sejak saat itu Nayla tinggal dengan mbah uti nya, mamah nya memilih menikah lagi dan menetap di Manado sedangkan papahnya sudah meninggal 3thn ini.

Bergegas Arin dan Adam menuju aperteman yang dimaksud.

" maksud loe apaan ini?"

kata Dom yang marah kepada Bima

Dom menerobos masuk kedalam kamar Bima yang penuh poster pemain basket USA,

" gue dijebak..."

kata Bima santai sambil memegang gitar clasic

" busuk omongan loe"

kata Dom yang menggenggam baju Bima

" gue cuma dimanfaatkan Dina, karena dia capek sama loe?"

jelas Bima membuat Dom melepaskan genggaman nya,

" selama ini loe tau perasaan dia ke loe, walau pun dia udah tunangan, dia selalu berharap ke loe, gue cuma umpan"

jelas Bima yang melangkah keluar kamarnya yang gelap itu.

ting tung....ting tung....

suara bell aperteman bernomer 204,

berkali-kali dipencet tapi tidak ada respon dari dalam aperteman tersebut,

" seperti nya Nayla ga ada".

kata Adam

" kamu kalo mau pulang, duluan aja, aku bakal tunggu dia"

kata Arin duduk di lantai disamping pintu aperteman.

" gak...aku akan temani kamu"

katanya Adam yang melepaskan Hoodie nya

" pake ini"

kata Adam perhatian

"makasih ya Dam"

hampir 2jam menunggu, sampai Arin dan Adam ketiduran, Nayla baru terlihat dengan rasa putus asa dia melihat Arin tertidur di depan pintu Apartemen nya.

" Rin...."

kata Nayla membangunkan Arin

" ka Nay..."

kata Arin yang langsung memeluk Nayla dan menangis kencang.

" kakak ga apa-apa ko de...."

kata Nayla mengelus lembut rambut panjang Arin.

" Jadi kakak ga putusin Bima?"

tanya Arin bingung

" kakak cuma perlu bantuan seseorang buat balas kelakuannya"

jelas Nayla dengan senyum

/membalas ??? tidak seperti Nayla yang biasanya

" pokoknya apa nanti kamu harus tetap percaya kakak"

pinta Nayla terhadap Arin

" iya ka, Arin selalu percaya kakak"

" kayannya udah tenang si Arin, aku pamit pulang ya"

kata Adam yang berjalan menuju meja makan diman Arin dan Nayla duduk,

" kamu ikut aja dek, kakak gak apa-apa koq"

kata Nayla

" ga mau..."

kata Arin tegas

" biar Arin temenin kamu, kalian butuh waktu lebih lama"

jelas Adam

" makasih ya Dam.."

kata Nayla

" aku antar Sampqi ke lift"

Arin yang tersenyum malu

" udah jalan dulu sana..."

kata Adam menyuruh Arin untuk meninggalkannya didepan pintu lift

" masih lama tu"

kata Arin yang menunjukan lampu lift yang bertuliskan lantai 4

" ga apa- apa, dari pada kamu jalan sendirian"

kata Adam membuat Arin berpikir mistis

" eh...iya iya...hati-hati ya"

kata Arin yang masih mengenakan baju sekolah

" lupa.."

kata Adam yang tiba-tiba memeluk Arin dan mengecup kening Arin

" mimpi indah malam ini"

bisik Adam membuat Arin memerah, karena malu Arin bergegas berlari.