"Selamat tinggal Murni, aku terakhir ke negeri ini. Aku tidak ingin lagi melihatmu. Aku merelakan semua kehidupan milikmu. Aku tak ingin menengok atau berbalik lagi. Kebahagian mu adalah kebahagiaanku. Segala doa tulus mengiringi langkah dan keluargamu. Tuhan memberkatimu, aamiin!" Richman menutup dia dengan mengusap kedua tangan ke wajah. Tertidur hingga pesawat tiba di Jakarta.
****
Sementara itu, saat Murni bangun pagi, dia merasa ada bagian yang kosong di hatinya. Dia merasa sedih dan kehilangan. Murni menyiram tanaman sayuran dengan air mata yang mengalir.
Dia tak tahu menangis karena apa. Hatinya merasa sedih saja.
Dia sudah berjanji dalam hati akan menjauh dari Richman.
Karena semakin sering dia dan Richman bertemu untuk segala urusan, semakin banyak lubang-lubang kenangan yang muncul di hatinya. Hal itu berpengaruh pula dengan hubungan dia dan Rafael. Suaminya itu memang tidak mengatakan apa-apa.
Tetapi dia merasakan kalau Rafael cemburu.