Ujian? Seleksi?

Suara angin berhembus kencang, Setelah ucapan penguji itu. butuh waktu beberapa detik hingga suara riuh kegaduhan pecah

Viance merasakan dorongan kuat dalam dirinya, secara tidak sadar. Jantungnya berpacu dengan cepat. Kegugupan melingkupi seluruh tubuhnya.

Ujianya akan dimulai! Apa yang harus dilakukan? Seperti apa ujian ini? Bagaimana cara seleksinya?

Pikiran Viance dipenuhi banyak pertanyaan yang sama seputar seleksi Akbar, walaupun Viance membenci seleksi ini. Bukan hal buruk untuk lulus kan? Lagi pula Viance masih memikirkan keadaan ibunya. Demi tunjangan sepuluh tahun ibunya, Viance akan rela dengan senang hati jika dijuluki 'tunjangan', asalkan ibunya senang dan memiliki kehidupan yang lebih baik, Viance rela melakukan apapun.

Dalam kegaduhan sekitar, sebuah pertanyaan terlontar dari salah satu remaja.

"Tuan, bagaimana ujian ini dilakukan?"

Viance menoleh ke sumber suara, seorang pemuda gemuk—bahkan Viance tidak bisa melihat lehernya—bertanya dengan posisi mendongak kearah para penguji. Posisi pemuda itu adalah barisan paling depan, tepat di depan batu.

Sekitar Viance menjadi hening, Para remaja menajamkan telinganya menunggu jawaban dari para penguji. Pemikiran para remaja ini sama, jika mereka bisa mengetahui materi ataupun cara ujian ini dilakukan, maka kesempatan mereka untuk lolos seleksi Akbar akan sangat besar.

Penguji kesatria—Sebutan Viance untuk penguji yang ramah—seperti biasa menanggapi pertanyaan itu dengan senyuman. Pandanganya menyapu seluruh Padang Hitam yang hening, mengangguk dengan puas melihat reaksi para remaja di depannya. Setelah itu, tanpa sadar, Pandangan penguji kesatria jatuh tepat pada Viance, keningnya mengkerut untuk sesaat kemudian senyum yang lebih lebar terlintas jelas di wajahnya.

Viance yang memiliki 'kepekaan Berlebihan' tentu saja menangkap semua gerak-gerik penguji kesatria itu, bahkan ekspresi bingung terlintas di wajahnya, Apa aku salah lihat? Ilusi macam apa ini? Kenapa penguji kesatria tersenyum padaku? Apa penguji itu tertarik dengan— ah itu tidak mungkin!

Pipi Viance memerah seketika. Viance yang malang tentu saja merupakan remaja biasa. Pada umumnya, saat usia remaja merupakan hal yang wajar bagi Viance untuk memiliki pemikiran semacam ini. Jika seseorang yang begitu menawan tersenyum kepadamu, apa yang harus kau lakukan? Ahh, Viance kecil kita sudah tumbuh dewasa.

Setelah tersenyum lebar, penguji kesatria membisikan sesuatu kepada rekanya nya, kemudian kembali menyapukan pandangannya kedepan. Suaranya yang riang terdengar hampir di seluruh Padang Hitam.

"Tidak ada ujian, hanya ada seleksi!, Itulah sebabnya hal ini di sebut seleksi Akbar!", Menyelesaikan kata-katanya, wajah penguji kesatria menunjukan ekspresi bangga yang terlihat jelas, matanya memancarkan kecerahan, rambutnya berkibar mengikuti angin musim semi, seakan ada sebuah dorongan kekuatan yang tak terlihat, karisma penguji kesatria itu sampai kepada titik tertinggi. Seluruh remaja perempuan mendapati wajah mereka memanas, bahkan Viance memegangi pipinya secara tidak sadar.

Para remaja laki-laki hanya mendengus melihat perubahan pada para perempuan, mengabaikan hal ini. Pemuda yang berdiri tepat di sebelah Viance kembali bertanya.

"Lalu bagaimana seleksi ini diadakan Tuan?" Menampakan ekspresi bingung, pemuda di sebelah Viance kembali bertanya, "jika tidak ada ujian, bagaimana seleksi dilakukan, bukanya para peserta diseleksi dengan menguji mereka?"

Pertanyaan pemuda itu membuat gaduh seisi Padang Hitam, Viance bahkan mengangguk menyetujui pertanyaan pemuda di sebelahnya.

"Tidak ada ujian, hanya ada seleksi. Apa kalian tidak bisa memahami satu kalimat itu?" Penguji kesatria tetap tersenyum saat mengatakan hal ini, tapi hawa dingin langsung menyapu seluruh Padang, Viance merasa bahwa ada seseorang yang sengaja meniup tengkuknya dengan Jawa dingin dan mau tidak mau Viance merasa bergidik.

"Tapi tuan, bagaiman hal ini bisa dilakukan?" Pemuda lain kembali bertanya. "Setidaknya beri tahu kami soal seleksi ini"

"Ya benar! Beritahu kami!"

Kegaduhan kembali tercipta, diskusi kecil tidak terelakan terjadi di sekitar Viance. Menanggapi ini, penguji kesatria hanya tersenyum, senyum yang lebih lebar dari biasanya. Tidak ada kehangatan seperti sebelumnya, Viance bahkan merasakan senyum itu memiliki sesuatu makna yang lebih buruk dari sebuah seringai.

"Tidak hal yang spesial dari sebuah seleksi, kenapa kalian begitu meributkan hal ini, hm?" Penguji kesatria kembali membuka suaranya membuat fokus seluruh Padang kembali padanya. Sebelum seorang pemuda kembali bertanya, penguji kesatria dengan cepat memotong, "kalian hanya perlu mengikuti Seleksi dengan tertib dan tenang."

Seluruh Padang kembali jatuh kedalam keheningan. Setelah mendengar ini, tanpa ada yang memerintah, seluruh remaja berbaris dalam posisi yang rapi. Viance yang kalah cepat dalam menghadapi situasi langsung terdorong kedepan dan membuat posisinya berada di baris kedua tepat di depan batu. Edna di barisan ketiga tepat di belakang Viance.

"Ohh, dan satunya lagi, seleksi ini bersifat individu. Jadi jika kalian memiliki kerabat atau teman yang mengikuti Seleksi Akbar saat bersamaan, Saya hanya bisa memberikan satu saran—Tinggalkan mereka!"

Kalimat ini membuat beberapa orang tertegun. Viance dengan cepat menoleh kebelakang, melihat kearah Edna. Namun Edna dengan cepat memalingkan wajahnya. Membuat Viance tersenyum samar. Mungkin tindakan Viance yang mendorong Edna membuat kecanggungan diantara mereka berdua. Viance mau tidak mau tersenyum, Permainan macam apa ini? Saat seseorang mengatakan tinggalkan teman, maka para 'teman' benar-benar meninggalkan yang lainya.

Melihat tanggapan remaja di depannya, penguji kesatria kembali mengangguk, kemudian kembali melanjutkan kalimatnya, "Saya di sini hanya sebagai penanggung jawab, untuk sisanya saya serahkan kepada rekan saya, Reapper." Penguji kesatria menunjuk rekan yang disebelahnya, "saya harap kita dapat bertemu kembali setelah seleksi! dan Semoga keberuntungan selalu di pihak kalian!"

Mendengar ini, para remaja perempuan mendesah pelan. Penguji kesatria yang menjadi idola baru mereka ternyata tidak ikut andil dalam Seleksi ini. Tanpa sadar tekad terlintas di benak mereka, demi bisa bertemu kembali dengan idola baru, mereka harus lulus seleksi ini dengan segera dan kembali bersatu dengan idola mereka.

Setelah mengucapkaan ini, penguji kesatria berbalik kearah rekannya, bibirnya bergerak mengatakan sesuatu dan rekannya mengangguk menanggapi. Viance yang berada di barisan kedua dengan kemampuan 'Kepekaan Berlebihan' yang dia miliki, bisikan yang lihir itu bisa tertangkap oleh Indra pendengarannya.

"Sisakan beberapa, kita tidak akan pernah memiliki penerus jika kau selalu menghabisi semuanya." Penguji kesatria menepuk pundak rekannya kemudian melanjutkan kalimatnya, "selamat bersenang-senang!"

Viance yang mendengar itu, mengerutkan keningnya, apanya yang menghabisi semua?, Apa tingkat kelolosan seleksi ini sangat tinggi?, Viance kembali jatuh kedalam renungan. Setelah berbisik singkat pada rekannya. penguji kesatria berbalik memunggungi para remaja dan mengibaskan tangannya pelan. Sebuah titik hitam muncul kembali diatas batu. Sama seperti sebelumnya, titik hitam itu perlahan membesar membentuk pusaran seukuran orang dewasa. Penguji itu langsung memasukinya tanpa mengatakan apapun, setelah itu, pusaran hitam kembali mengecil hingga menghilang di hadapan semua orang.

Para remaja tidak ada yang bergerak ataupun mengeluarkan suara. Setelah kepergian penguji kesatria, mereka menunggu instruksi dari Penguji Reapper untuk memulai seleksi mereka. Tapi, setelah beberapa menit berlalu, penguji Reapper tidak mengeluarkan suara apapun. jangankan bersuara, bergerak walaupun semilli dari tempat pun tidak sama sekali, seakan ada patung yang ditempatkan di sana.

Karena menunggu lama namun tidak ada kepastian akan dimulainya seleksi, sebagian remaja mulai tidak tenang di barisannya. Beberapa bisikan terdengar di sekitar Padang Hitam. Viance yang sedari tadi diam pun, merasa jengkel karena hal ini.

Pemuda gendut di depan Viance kembali menjadi orang yang pertama kali mengajukan pertanyaan. "Tuan, sampai kapan kita harus menunggu?" Jelas sekali pemuda itu berusaha bersikap sopan dengan menekan nada bicaranya.

Namun, diluar perkiraan. Tidak ada tanggapan yang di berikan oleh penguji Reapper. Dia tetap diam diatas batu dengan jubah yang hampir menutup seluruh tubuhnya, Viance tidak tahu apa yang dilakukan orang itu. Jika saja Viance tidak melihat gerakan kecil yang di lakukan penguji Reapper untuk menanggapi penguji kesatria, Viance mungkin akan memikirkan orang itu adalah patung sesungguhnya.

Melihat tidak ada tanggapan dari pertanyaannya, pemuda gendut itu menunjukan ekspresi suram dan kembali bertanya "Tuan, apa tuan mendengarku? Tuan tidak tuli kan? Harus sampai kapan kita menunggu? Hingga kami mati sampai kebosanan?"dalam kalimatnya, jelas sekali pemuda gendut sudah menghilangkan rasa kesopananya.

"Ehm? Mungkin itu pilihan yang terbaik" tanpa di duga, penguji Reapper mengeluarkan suaranya, suara berat seorang laki-laki terdengar, walaupun itu termasuk kedalam gumaman, namun bisa dijamin, suara itu tetap terdengar sampai barisan paling belakang.

"Apa?" Pemuda gendut mengerutkan alisnya, tidak senang akan tanggapan penguji Reapper,"Bisakah Anda lebih serius dalam menanggapi hal ini?!"

"Kau ingin aku serius dalam hal ini?" Penguji Reapper bertanya tidak yakin.

"Tentu saja!" Pemuda itu menjawab dengan cepat, jika tidak ada keseriusan dalam Seleksi, lalu bagaimana seleksi ini dapat dilaksanakan?

"Baiklah" penguji Reapper hanya mengganguk santai tanpa adanya pergerakan lain.

"Apa? Apa anda bercanda dengan—" pemuda gendut kembali mengucapkan keberatannya sebelum kalimatnya di potong.

Tidak! Tidak hanya kalimatnya yang di potong!

Saat pemuda gendut itu berbicara, secara bersamaan senjata yang di pegang oleh penguji Reapper dengan cepat melaju kearah leher pemuda gemuk itu dan dengan kecepatan yang tak terlihat kepala dan tubuh pemuda gemuk itu terpisah satu sama lain

Setelah berhasil memisahkan kepala dengan tubuhnya, penguji Reapper berdiri diatasnya

batu dengan gagah, sebuah gumaman kembali terdengar, "kau terlalu berisik! Lebih

baik membuatmu bungkam lebih awal."

Selesai dengan kalimatnya, penguji Reapper perlahan mengangkat kepalanya. walaupun matanya tertutup oleh tudung jubah, tapi Viance bisa merasakan bahwa penguji Reapper sedang memandang seluruh remaja di Padang.

"Sesuai permintaan kalian, Mari memulai seleksi ini dengan serius!"

Padang Hitam kembali jatuh ke dalam keheningan untuk kesekian kalinya.