ingatan itu terus menyeruak
menjadi air mata tak beriak
lambaian terakhir diujung dermaga..
dalam pelukanku air matamu tumpah rua,
basahi mata indahmu, angugrah sang pencipta
bisikan manjamu merengek di pelupuk telinga
uda... jangan pergi... rinduku belum lagi reda
kuusap hijab ungumu sembari berkata
aku pergi untuk menjadikanmu ratu di rumah kita
dan itu perlu banyak sekali dana..
dinda, percayalah aku pergi pasti kita akan bersua..
namun lambaian terakhir menjadi tanda, kamu pergi dalam dgn sakit yg kamu derita
kini cuma pusaramu kupeluk, dalam isak tangis pilu penuh lara
kamu pergi dinda.. tanpa sempat mengucap kata pisah
kamu pergi dinda..meninggakan rajamu sendiri dalam rumah kita
yg telah kubangun untukmu di seberang samudera.