Puan
Jika nanti kita sudah berumah tangga, Tolong tuk buatkan secangkir teh hangat kala pagi ku tiba, teh hangat merupakan hal terbaik kala ku merenungi teduh wajah mu renyah suara tawa mu, serta duka yg terkadang dengan tidak sopan nya menghampiri mu. Secangkir teh hangat menjadi saksi kala ku berjuang tuk dirimu seutuhnya.
Tuan
Terimakasih atas suguhan manismu
Sungguh hati ini luluh karena tersipu
Bukan lagi akan rasa yang kembali ragu
Tapi semua seperti membias dalam bisu
Karena tulus yang kamu sanjungkan padaku
Jika berkenan membalas apa yang sudah tertulis pada kalbu
Saya bisa kembali tuk merindu.
Tahukah puan? Bahwasanya rumah nya masih kosong, dan pintu pun masih terkunci, menunggu sang empunya kunci datang menghampiri
Siapa gerangan sak pemilik hati tuan?
Jika hati kembali tuk sunyi
Dan tak menahu kemana akan pergi
Kapan diri akan kembali bangkit dari mimpi?
Semua akan sia sia karena waktu tak pernah bisa berhenti
Mengikis setiap nafas dalam nadi
Hingga mati
Entah siapa sang pemegang kunci, lelah hati menjadikan nya takut tuk beranjak dan pergi mencari, biarkan sang pemilik segala kunci dengan takdir nya mempertemukan pintu yg terkunci dengan sang pemegang kunci terbaik
maka terlelaplah dalam sebuah mimpi
Yang tak pernah ada ujung di balik sepi
Karena kita hanya bisa berpasrah pada Ilahi
Dengan melantunkan doa penuh lirih
Merangkul aksara di setiap kesiapan hati
Akan rencana yang telah terpatri
Sungguh takdir dari sang pemilik segala hati yg paling ku nanti
Dengan banyak skenario yg telah disiapkan Nya
Semoga dan semoga saja....