Woo Bin's POV
Beberapa bulan telah berlalu setelah keluargaku dibunuh, itu adalah kasus yang tidak terpecahkan. Tidak ada yang mau keluar dan membantu penyelidikan. Mereka semua takut terlibat.
Aku masih memikirkan mereka, saat masih tinggal di rumah tuaku. Namun sekarang aku hanya tinggal seorang diri, aku mendapat uang dari asuransi ayahku. Mengambil beberapa pekerjaan tambahan untuk hidup.
Aku bekerja sebagai pencuci piring di kafetaria, bahkan merapikan kebun tetangga. Aku melakukan semua itu untuk segera bisa menamatkan pendikikan sekolah menengahku.
Dimalam haripun aku sering kala menangis, jika aku menghentikan tangisanku, Ini seperti kejahatan bagiku jika aku berhenti menangis, bahkan selama sehari. Akh tidak punya hak untuk berhenti menangisi mereka
Bahkan pernah aku berpikir untuk menyusul mereka agar aku dapat mengurangi rasa sakit ini, tapi tubuhku mendesakku untuk bertarung dan berharap menemukan para penjahat yang membunuh keluargaku.
Bagaimanapun caranya walau aku tidak tahu bagaimana, tetapi aku akan menemukan mereka penjahat yang telah membunuh keluargaku. Dalam hal apa pun.
Senja, pertengahan Desember 1954, aku mendengar ketukan di pintu depan. Aku keluar dari kamarku untuk melihat siapa yang datang. Ternyata itu adalah seorang pria berusia akhir 30-an atau awal 40-an.
Dia mengenakan mantel berwarna gelap dan topi hitam. Aku tidak ingat pernah melihat wajahnya di lingkungan ini. Aku perkirakan dia baru di kota ini
"Ya, tuan ... apakah ada sesuatu yang Anda butuhkan?"
Aku bertanya kepadanya sambil membuka pintu dengan ragu-ragu
"Uh..baiklah, aku datang ke sini untuk mencari temanku. Katanya bahwa dia tinggal di rumah ini," kata lelaki itu,
"Bolehkah aku tahu namanya Pak?" Aku bertanya dengan takut-takut.
"Kang Jeong-w ... .Namanya Kang Jeong-wu" kata pria itu,
Tiba-tiba aku merasakan sakit yang tajam lagi di dadaku ketika aku mendengar nama mendiang ayahku...
"Keluarga saya terbunuh beberapa bulan yang lalu "kataku ...
Aku menelan untuk menghindari air mata keluar dari mataku.
"Oh ... aku ... aku menyesal mendengarnya ... aku baru saja datang dari provinsi ... dia memintaku untuk datang dan mengunjunginya tahun lalu," katanya dengan suara rendah.
"Oh, ak- aku minta maaf" kataku.
"Hanya saja aku datang terlambat dan ..." pria itu berkata,
"Oh ... t-tolong masuklah ... kamu bisa menginap malam ini ... jika kamu mau" kataku menawarkan
"Apakah itu baik-baik saja dengan kamu?" dia bertanya,
"Tidak apa-apa, Pak, sudah malam .... silakan masuk" kataku sambil membuka pintu.
Kemudian dia masuk. Aku menawarkan kamarku untuknya ... Aku tidak benar-benar tidur di kamar itu lagi sejak keluargaku meninggal di rumah ini.
Mencekik ... Aku berbaring di sofa ... Aku tidak takut lagi pada orang yang datang ke rumahku ... rasanya seperti aku sedang menunggu seseorang untuk datang dan memukuliku sampai mati ... atau untuk para penjahat untuk kembali sehingga aku dapat mengidentifikasi mereka.
Sulit bagiku untuk tertidur setiap malam ... rasanya seperti seseorang selalu mengawasiku dari belakang.
Tapi tidak malam ini ... mungkin aku hanya sedikit lelah ... kurasa. Lalu tiba-tiba ada ketukan di pintu. Aku melihat jam di meja samping, baru jam dua belas lewat pagi ....
siapa itu?