Bukti Masih Bertahan Hidup (1)

'Apa aku sudah mati?'

Kedua mata Zheng Zha tidak dapat melihat dengan fokus. Dia mengingat kejadian dimana ada monster yang menerkamnya. Cakarnya tepat berada di depan matanya dan sepertinya detik setelahnya monster itu mencabik-cabiknya!

'Apa itu berarti… aku sudah meninggal?'

Zheng Zha membuka matanya dan dia melihat ke sekelilingnya dengan kebingungan, dia berdiri di sebuah ruangan yang besar dengan lingkaran cahaya yang bersinar terang berada di tengah ruangan yang menyinari seluruh ruangan. Di tempat yang tidak terkena sinar itu sangatlah gelap hingga tidak dapat terlihat apa-apa. Memandanginya saja sudah membuat Zheng Zha merasa pusing.

"Kita berhasil bertahan hidup! Tadi itu hampir saja!"

Tiba-tiba terdengar suara Zhang Jie, kemudian Zheng Zha melihat ke arah suara itu berasal dan dia melihat Zhang Jie, Zhan Lan dan Li Xiaoyi. Selain mereka berempat, ada seorang perempuan di salah satu ruangan itu, dia menangis dan berlari ke arah Zhang Jie. Zhang Jie yang biasanya terlihat dingin memeluk perempuan itu dengan sangat hangat lalu menciumnya.

"... Jika ada yang tidak kamu pahami kamu bisa menanyakannya kepada 'Dewa', kalian bisa berkomunikasi menggunakan pikiran kalian…"

"Kalian jangan menukar apapun selain perempuan, jangan menukar apapun! Besok baru kita bicarakan lagi. Oh ya, kalian bisa memilih kamar kalian sendiri dan kalian hanya perlu membayangkan kamar seperti apa yang kalian inginkan."

Zhang Jie menggendong perempuan itu lalu tanpa menoleh kebelakang ia masuk ke dalam sebuah kamar. Kemudian Zheng Zha dan kedua pemain lainnya saling bertukar pandang dan setelah beberapa saat mereka terduduk di lantai karena kelelahan.

"Zhang Jie memang hebat dia masih bisa menggendong seorang perempuan dan berjalan pergi, sepertinya dia juga masih memiliki tenaga untuk melakukan hal lainnya dengan perempuan itu…"

Zhang Lan berbaring di lantai lalu dengan lemas berkata, "Saat itu aku benar-benar ketakutan hingga sampai sekarang tubuhku masih terasa lemas, tapi aku tidak menyangka Zhang Jie sepertinya tidak mengalami seperti apa yang aku alami…"

Zhan Lan berbicara panjang lebar tapi tidak ada yang meresponnya, lalu dia menoleh dan melihat Zheng Zha dan Li Xiaoyi sedang menutup mata. Sepertinya mereka sedang mempertimbangkan tentang menukarkan poin hadiah mereka dengan perempuan.

"Kalian dasar bodoh! Laki-laki memang bodoh! Tidak mudah untuk bisa bertahan, setelah mengalami hal yang sangat menyeramkan kalian malah memikirkan tentang perempuan! Dasar bodoh!"

Zhan Lan dengan kesal bangkit berdiri lalu berjalan menuju salah satu kamar dan masuk ke sana kemudian menutup pintu dengan keras. Suara pintu itu membangunkan kedua laki-laki itu, kemudian mereka tertawa canggung satu sama lain dan melanjutkan menutup mata mereka.

Ini adalah suatu perasaan yang hebat, Zheng Zha dapat merasakan tubuhnya seolah menjadi satu dengan lingkaran cahaya itu. Ada sebuah layar yang muncul di depannya, terdapat 4 kategori item yang dapat ditukar dan 6 status kondisi tubuh selain itu nampak juga jumlah poin hadiah yang dia miliki.

Zheng Zha melihat ke arah 6 status kondisi tubuhnya yang terbagi menjadi: Kecerdasan 107 poin, kemampuan mental 122 poin, viabilitas sel 97 poin, refleks tubuh 131 poin, masa otot 112 poin, sistem imun 108. Status kondisi tubuhnya tidak berbeda jauh dengan orang pada umumnya.

Total poin hadiah yang dia miliki adalah 6.502, 1.000 poin berasal dari menyelesaikan babak teror, 5.000 poin berasal dari menyelesaikan babak teror level B, lalu ada 500 poin yang berasal dari hal lain dan 2 poin berasal dari saat dia berhasil membunuh 20 zombie.

"Membuat perempuan yang aku inginkan…"

Zheng Zha tidak berencana untuk menggunakan poin hadiahnya karena dia tahu seberapa pentingnya hal itu setelah berhasil melewati babak teror. Walaupun dia memiliki poin hadiah yang cukup banyak tapi dia berencana untuk membahasnya dengan Zhang Jie terlebih dahulu tentang apa yang sebaiknya dia tukar dengan poinnya. Tapi saat ini dia memiliki sebuah ide.

'Apa aku bisa membuat Luo Li?'

'Dewa' dapat membaca pikiran Zheng Zha kemudian layar menunjukkan kategori keempat dan dengan suara yang serius berkata:

"Jika pertama kali membuat manusia tidak perlu membayar, tapi untuk selanjutnya harus menukarkannya dengan 500 poin hadiah. Silahkan membayangkan jenis kelamin, wajah, bentuk tubuh, umur, warna kulit, ras…"

Zheng Zha perlahan masuk ke dalam ingatannya, tahun itu… dia masih remaja. Dia memiliki perasaan kepada seorang perempuan. Aroma tubuhnya, senyumnya, suaranya, semuanya masih terasa sangat nyata di dalam ingatannya.

Zheng Zha mulai merasa hidupnya membosankan karena kehilangan perempuan itu… karena perempuan itu tidak lagi menggandeng tangannya...

"Selama dia ada di sisiku maka aku tidak akan merasa kesepian lagi…"

Air mata perlahan mengumpul di ujung mata Zheng Zha yang sedang terpejam.

Saat Zheng Zha membuka matanya ada seorang perempuan yang tersenyum ke arahnya. Perempuan itu terlihat berumur 15 tahun, rambutnya panjang, kulitnya putih, matanya bulat besar, dan bibirnya merah. Perempuan itu sama persis dengan perempuan yang selama ini tidak dapat dilupakan oleh Zheng Zha, Luo Li.

Walaupun mereka bertetangga sejak kecil tapi mereka tidak banyak berhubungan meskipun saling mengetahui keberadaan satu sama lain. Itu semua karena anak-anak yang tumbuh dan tinggal di perkotaan jarang berkomunikasi dengan para tetangga sehingga jarang bersosialisasi.

Tapi Zheng Zha sejak kecil merasa beruntung karena orang tuanya adalah orang yang sangat terbuka dan ramah. Mereka suka berbicara dengan orang lain dan sering mengundang tetangga-tetangga untuk datang ke rumah dan makan bersama. Dan secara kebetulan tetangga kami memiliki sifat yang sama, dimana sifat ini jarang ditemui jika hidup di perkotaan. Yang membuat Zheng Zha merasa lebih beruntung lagi adalah mereka memiliki seorang anak perempuan yang 1 tahun lebih muda darinya.

Perempuan itu seperti hadiah yang diberikan oleh Tuhan kepadanya, seorang gadis yang pintar, baik, kuat. Dia suka tertawa dengan keras dan tidak mudah goyah dalam menghadapi segala permasalahan. Selain itu dia juga suka menjahili Zheng Zha dan meniup telinganya.

Zheng Zha mengira selama ada Luo Li di sisinya dia tidak akan merasa kesepian lagi.

Tapi kenapa hidup manusia sangat rapuh? Tahun itu saat Luo Li berumur 15 tahun dia terbaring tak berdaya di atas ranjang rumah sakit, karena kemoterapi yang dia jalani membuat rambutnya yang panjang dan indah itu rontok. Wajahnya yang biasanya terlihat begitu bersemangat sudah tidak nampak lagi, yang tersisa hanyalah senyumnya tapi Zheng Zha tahu bahwa senyumannya hanya untuk menghibur orang-orang di sekitarnya… termasuk Zheng Zha.

Apa sebenarnya kehidupan itu? Kenapa senyuman yang sebelumnya terlihat begitu indah dalam sekejap berubah menjadi abu? Zheng Zha tidak menginginkan ini, dia ingin melihat senyuman Luo Li yang hangat dan ceria, dia ingin melihat Luo Li yang menggunakan tubuhnya menimpa tubuh Zheng Zha. Zheng Zha juga masih ingin melihat Luo Li yang meniup telinganya, dia tidak mau semuanya seperti saat ini...

Di tengah ribuan manusia, hitam dan putih kehidupan, persaingan antar teman, kesalahan yang dilakukan saat masa muda, pekerjaan yang didapatkan setelah lulus sebagai bukti dan eksistensi diri, kegagalan yang terus terjadi, menjalin hubungan dengan perempuan dan setelah tidur bersama lalu putus, minum bir, ekstasi, kemudian heroin...

"Jadi selama Luo Li ada di sisiku, aku tidak akan pernah merasa kesepian…"

Saat Zheng Zha terbangun jam di dinding menunjukkan pukul 11 lebih. Dia berpaling dan mengambil rokok yang ada di atas rajangnya. Kemudian saat itu dia menyentuh sesuatu yang lembut…"

"Ehm, jangan ganggu aku, biarkan aku tidur lebih lama lagi…"

Zheng Zha tertegun mendengar suara itu, kemudian tanpa sadar dia meremas benda bulat yang lembut itu lalu perlahan tangannya menjadi kaku karena terpana dan di saat yang sama terdengar suara rintihan seorang perempuan.

Ingatan Zheng Zha perlahan mulai kembali satu per satu dan dia mengingat Luo Li, lalu dia membuka selimut dan melihat ada seorang perempuan cantik yang berumur 15 tahun sedang meringkuk di atas dadanya. Kulitnya putih dan lembut, terlihat air mata di kedua matanya lalu dia melihat ke bawah dan menemukan bercak darah di kaki dan ranjang.

Perempuan itu menarik selimut dan menutupi tubuhnya tapi karena dia tidak bisa meraih selimut akhirnya ia mendekatkan dirinya ke tubuh Zheng Zha. Saat itu dia masih memejamkan matanya hingga dia tidak sadar sedang memegang tubuh Zheng Zha.

Zheng Zha ingat bahwa kemarin 'Dewa' menciptakan manusia, saat itu dia tidak dapat berhenti membayangkan Luo Li. Suaranya, tawanya, gerakannya, semuanya ada di dalam ingatan Zheng Zha. Kemudian dia melihat perempuan yang ada di sampingnya dan perasaan yang bertahun-tahun terpendam tidak dapat terbendung lagi. Dia juga teringat saat membawa Luo Li ke kamarnya dan melakukan hubungan intim, dia tidak tahu berapa lama dia melakukan itu hingga mata Luo Li terlihat begitu sembab seperti telah menangis.

Kemudian perempuan itu memegang Zheng Zha dengan erat hingga membuatnya tidak berani bergerak, Zheng Zha hanya memandangi wajah perempuan itu yang familiar tapi juga terlihat asing. Zheng Zha merasa seperti ada begitu banyak hal yang ingin dia ucapkan tapi tidak bisa keluar dari mulutnya dan tanpa sadar dia meneteskan air mata.

Perempuan itu merasa kedinginan, dia kembali berusaha menarik selimut tapi tidak berhasil, lalu dia membuka matanya perlahan dan melihat Zheng Zha yang sedang memandangi dirinya. Seketika Luo Li merasa malu dan menarik selimut yang dipegang oleh Zheng Zha kemudian dia menutupi dirinya dengan selimut itu dengan malu. Saat bergerak dia merasakan bagian bawah tubuhnya terasa sakit dan seketika dia tidak bisa menahan diri dan menangis.

Perempuan itu menangis sambil berkata, "Dasar Zheng Zha bodoh! Kamu membuatku kesakitan kemarin malam dan sekarang kamu menindasku. Dasar menyebalkan! Kamu bilang akan memberiku cincin saat aku berumur 18 tahun lalu akan menikahiku saat berumur 22 tahun. Aku bahkan belum genap berumur 16 tahun…"

Zheng Zha mendengarkan perkataan Luo Li dan hanya bisa tertegun, kemudian dia memegang tangan Luo Li dan berkata, "Kamu… Luo Li, kamu memiliki ingatan tentang kita? Kamu masih ingat semuanya?"

Luo Li kemudian berhenti menangis, dia melihat ke arah Zheng Zha dengan kebingungan lalu berkata, "Apa maksudmu? Kenapa perkataanmu aneh? Dan juga… tuan serigala! Tolong kenakan pakaian anda lalu pergi ke rumahku dan ambilkan terusanku yang berwarna hijau, kemarin kamu merobek pakaianku tapi untung saja orang tuaku sedang bekerja jika tidak kamu harus menjelaskan sesuatu kepada orang tuaku!"

Zheng Zha syok mendengar perkataan Luo Li, suara, sikap, gerakan, semuanya sama persis dengan Luo Li yang ada di ingatannya! Lalu dia baru menyadari kamar ini sama persis dengan kamarnya saat masih remaja yang ada di rumah orang tuanya, hingga setiap detail dekorasinya pun sama.

"Astaga kemarin malam orang tuamu pasti mendengar suara kita, mereka pasti mengira bahwa aku adalah perempuan nakal. Ini semua karena kamu, dasar mesum… Aku awalnya ingin menggunakan liburan musim panas ini untuk belajar memasak dengan mamamu, tapi sekarang aku bahkan tidak berani menemuinya…"

Saat mengatakan itu Luo Li menangis lagi tapi saat melihat wajah Zheng Zha yang datar membuat Luo Li yang sebelumnya merasa malu menjadi marah, dia menggunakan kedua tangannya untuk memukul Zheng Zha dengan keras tapi kemudian dia kembali malu karena Zheng Zha melihat tubuhnya yang telanjang sehingga setelah memukul Zheng Zha beberapa kali dia kembali bersembunyi di balik selimut. Kemudian kembali mengulurkan tangannya dan memukul Zheng Zha lagi.

"Tunggu, tunggu, tunggu. Jadi semua ini hanya mimpi, semuanya termasuk saat kamu sakit itu semua adalah mimpi kan? Jadi semuanya hanyalah mimpi!"

Zheng Zha tertawa lalu memeluk Luo Li dengan erat, dia tidak peduli Luo Li yang memberontak berusaha melepaskan diri. Tapi suara tawanya tiba-tiba berubah menjadi sura tangis, Zheng Zha memeluk Luo Li sambil menangis dan membuat Luo Li berhenti memberontak kemudian memeluk Zheng Zha.

'Jadi semua ini hanyalah mimpi, aku tidak menginginkan masa depan yang seperti itu… Aku tidak mau…'

Saat itu tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu, Luo Li cepat-cepat menyembunyikan seluruh dirinya di balik selimut kemudian berkata dengan panik, "Orang tuamu pasti sudah kembali, bagaimana ini? Ini semua karena kamu, sekarang bagaimana caraku keluar tanpa pakaian!"

Zheng Zha seketika tertegun karena dia dapat mengenal suara orang yang memanggil namanya, itu adalah suara Zhang Jie. Itu berarti semua ini bukan mimpi dan Luo Li yang ada di pelukannya adalah perempuan yang diciptakan oleh 'Dewa' berdasarkan ingatannya.

Zheng Zha memaksa dirinya tersenyum dan berkata, "Li aku keluar dulu sekaligus mengambil baju untukmu, kamu tunggu di sini jangan kemana-mana."

Luo Li menyembunyikan wajahnya di balik selimut sehingga dia tidak melihat ekspresi Zheng Zha dan hanya menjawab singkat kemudian tidak bergerak lagi. Zheng Zha diam-diam menghela nafas panjang lalu mengenakan bajunya dan berjalan keluar.

Zheng Zha membuka pintu kamarnya dan berjalan melewati ruang tamu yang juga terlihat sama persis dengan di rumah orang tuanya dulu lalu membuka pintu depan dan melihat Zhang Jie serta 2 pemain lainnya. Kemudian dia melihat keluar dan melihat lingkaran cahaya.

"Kalian tunggu aku sebentar."

Zheng Zha mengatakan itu dengan tergesa-gesa sebelum ketiga orang itu mengatakan sesuatu, lalu dia berlari ke arah 'Dewa'.

"'Dewa' katakan kepadaku, apakah dia adalah perempuan yang yang kamu ciptakan? Kenapa bisa menggunakan ingatanku untuk menciptakannya? Kenapa dia bisa sama persis dengan yang ada di ingatanku? Kenapa dia tidak tahu apapun tentang dunia ini? Katakan kepadaku, sebenarnya apa yang terjadi?"