Who Are You?

Lima ratus tahun berlalu ...

Sang Raja kini tengah termenung menatap langit yang kian menggelap. Ia menghela napas merenungi kejadian di kerajaannya. Kerajaan yang dahulu berjaya lambat laun terpuruk bahkan peperangan yang selalu mereka menangkan kini berbanding terbalik. Kerajaan mereka hancur bahkan rakyat kini menderita.

Rakyat yang kelaparan memutuskan pergi satu persatu ke kerajaan lain meninggalkan kerajaan yang hampir punah ini. Bagaimana mereka bisa bertahan selama lima ratus tahun ini? Tentu dengan peran para iblis yang mulai menyerang manusia, mengambil energi mereka. Sirklus yang dahulu tidak pernah terjadi kini harus terjadi lagi.

Kerajaan Emerland merupakan kerajaan yang membiarkan manusia dan iblis hidup berdampingan. Mereka para manusia memiliki desa tersendiri di ujung timur kerajaan. Raja Emerland memang sengaja membiarkan manusia hidup karena ia yakin Dewi pelindung hanya lahir dari manusia suci di kuil suci.

Para penghuni kuil suci merupakan bangsa campuran, bangsa yang memiliki dua darah di dalam tubuh mereka darah manusia dan iblis yang bersatu sebab itu mereka yang memiliki darah campuran harus menetap di kuil suci.

"Kapan Dewi Pelindung akan terlahir kembali? Ini sudah lima ratus tahun dan tidak ada tanda apa pun."

Raja semakin sedih, ia menatap hampa rumput yang mulai meninggi. Ingin rasanya ia ke dalam jurang terlarang untuk menjemput Ervin, membawanya pergi dari sana untuk menyelamatkan kerajaan tapi semua itu hanya angan belaka karena Ervin tidak akan pernah kembali tanpa bantuan Dewi Pelindung.

"Aku berharap semua ini cepat berlalu."

Sementara itu di bawah jurang terlarang Ervin yang mulai terbiasa dengan kehidupan disana tengah membidik seekor kelinci putih. Ia menggunakan anak panah yang ia buat, membidik mangsa dan menembakkan tepat dijantung mangsanya.

"Ck, kemampuanku semakin hari terus meningkat." ucapnya bangga. Ia berjalan mendekat ke arah kelinci dan tersenyum sinis melihat darah yang berceceran.

Ervin menatap langit, ia merasa marah saat kekuatan dan keahliannya bertambah ia masih belum bisa keluar dari tempat itu.

"Sial!!" makinya lagi dan melempar busur yang ia genggam ke tanah. "Kapan aku keluar!!"

Teriakan yang sia-sia. Sekencang apa pun ia berteriak pada akhirnya langit tidak akan pernah mendengar.

"SIALLL!!!"

Burung-burung mengepakkan sayapnya mendengar teriakan Ervin membuat kengerian tersendiri. Cahaya merah di puncak semakin membara membuat para hewan berlari ketakutan.

"Aku pastikan semua akan lenyap saat aku kembali!!" janji yang selalu ia lontarkan. Matanya berkilat amarah membuatnya semakin mengerikan.

***

"Aku bilang pergi!"

"Aku tahu kamu tidak senaif itu, aku pastikan semuanya akan indah saat bersama."

"Apa kamu gila?! Kita berteman kenapa kamu melakukan ini kepadaku?!"

"Teman? Cih! Hanya kamu yang menganggapku seperti itu, Nara!!"

Gadis cantik itu menggeleng, air mata seolah tumpah begitu saja melihat pemuda yang selama ini ia percaya menjadi kakak untuknya. Tapi, hari ini ia melihat bagaimana orang itu erubah menjadi monster yang begitu kejam.

"Tidak apa, jangan menangis aku tidak akan menyakitimu."

Nara semakin memundurkan langkahnya, ia melirik jurang dan pemuda itu bergantian. Tubuhnya bergetar rasa takut kian menyelimutinya. Ia takut, takut dengan semua kenyataan yang diterimanya saat ini.

"Kenapa? Kenapa kamu lakukan ini kepadaku, kakak?"

"Kakak?! Jangan bercanda, Nara! Aku tidka pernah menganggapmu sebagai adikku!"

"Ta-tapi kamu selalu melindungiku. Kenapa kamu bersikap seperti ini? Kenapa?!"

"Bukankah sudah aku katakan sejak awal! Kamu hanya milikku dna selamanya seperti itu tapi kenapa kamu justru menolakku, apa kurangnya aku?!!!"

Benar, apa kurangnya dia untuknya? Dia selalu melindunginya bahkan membuatnya tertawa dan juga merasa kehangatan tapi kenapa hatonya tidak pernah sekali pun melihatnya? Kenapa hatinya seolah menolak siapa pun yang datang.

"Aku juga tidak tahu, aku tidak pernah bisa menerima semua lelaki bukankah Kakak tahu itu?!"

"DIAM! Berhenti memanggilku Kakak karena sampai kapan pun aku bukan Kakakmu. Kemari dan kita buat dunia kita sendiri, aku mencintaimu apa aku harus melukaimu agar kamu mau bersamaku?!"

Nara menggeleng, ia semakin terisak apa yang harus ia lakukan sekarang? Apa yang harus ia perbuat. Hatinya tidak bisa lagi percaya kepada siapa pun bahkan seseorang yang sudah bersamanya sejak kecil.

"Maaf," lirih Nara, ia berbalik dan melompat membuat pemuda itu membelalak tidak percaya.

"NARAAA!!!!!!!!" teriaknya seraya berlari mencoba melihat tubuh gadis yang ia cintai tapi semua nihil hanya kegelapan yang ia lihat. "Ti-tidak, tidak aku tidak melakukan apapun aku tidak membunuhnya, tidak aku tidak bersalah."

Ia terlihat begitu shock, wajahnya pucat pasi keringat semakin membasahi tubuhnya. Ia berjalan mundur dan perlahan berlari meninggalkan jurang yang begitu mengerikan, jurang yang menjadi saksi kematian sang adik.

"Aku tidak membunuhnya, dia yang melompat sendiri. Iya dia yang melompat ke dasar jurang."

BRAAAKKKKKKKKKK.

Ervin membuka matanya cepat, ia berlari keluar mencari asal suara yang begitu kencang. Belum pernah ia mendengar suara semengerikan itu, suara yang begiitu menakutkan membuat jantungnya berpacu cepat.

"Apa itu? Siapa yang terjatuh? Ataukah ada serangan dari luar sana?" beribu pertanyaan yang membuatnya semakin cepat melangkah mendekat ke asal suara.

Banyak hewan yang kini berkumpul, ada kelinci, tupai hingga rusa bahkan kupu-kupu yang jarang Ervin lihat kini saling berkumpul seolah menatap ke satu titik yang asing untuk mereka.

Semua hewan seolah merasakan keberadaan Ervin dan bergegas pergi membuat Ervin semakin mendekat ke asal objek yang sempat mereka lihat. Mata Ervin membelalak melihat seorang gadis dengan tubuh terkulai tak berdaya dengan darah yang menutupi sebagian wajahnya.

"Si-siapa?" gugup Ervin, tangannya bergetar bayangan masalalu kini melintas begitu saja. Bayangan mengerikan yang menjadi sebab muasal ia berada di lembah jurang ini.

Ervin bergegas mengecek keadaan gadis itu, ia menempelkan tangan ke denyut nadi gadis itu dan bernapas lega, "Ia masih hidup." gumamnya bersyukur.

Ervin semakin menelisik wajah gadis itu seolah familiar tangannya menjulur mengusap rambut yang menutupi sebagian wajah gadis itu.

"Apa mungkin dia?" Ervin mencoba menerka ia kembali mengulurkan tangan ingin menyentuh pundak gadis itu.

"Arghhh," rintihan keluar begitu saja membuat Ervin tersentak dan bergegas mengangkat tubuhnya dan membawanya ke rumah yang ia dirikan untuk persinggahan sementara.

"Bertahanlah aku akan menyelamatkanmu."

Ervin semakin mempercepat larinya, ia menembus pepohonan dan juga semak belukar membuat para hewan yang melihat Ervin pergi bergegas keluar.

Mungkinkah itu dewi pelindung atau hanya manusia biasa yang kebetulan berada di bawaj jurang. Tapi, jika memang gadis itu hanya manusia biasa bagaimana mungkin ia bisa menembus dimensi yang Ervin tempati?

"Siapa kamu sebenarnya dan kenapa kamu bisa sampai ke tempat ini? Apa mungkin kamu dia ataukah hanya manusia biasa?"

***