Memory

Seorang pria duduk di pagar batu pembatas pantai. Dia memandang ke arah pantai dengan kacamata hitamnya. Wajahnya yang tampan dan hidungnya yang mancung membuat setiap wanita yang melihat padanya pasti akan tertarik.

" Kak!" panggil seorang gadis pada pria itu.

" Hmmm!" jawabnya.

" Masih ingin disini?" tanya gadis itu.

" Ehm!" jawabnya lagi.

" Kenapa pantai?" tanya gadis itu.

" Rinduku akan sampai padanya," jawabnya lagi.

" Kak Venus?" tanya gadis itu.

" Ehm!" jawab pria datar. Wajahnya seketika menampakkan kesedihan.

" Maafin Cecil, Kak! Cecil nggak mau kakak terus seperti ini," kata Cecil sedih.

" Ini karma!" kata pria itu sambil meneteskan air mata.

" Kak Al!" ucap Cecil memeluk kakaknya dan ikut menangis juga.

" Sudahlah!" kata Calleb dia mngelus rambut adiknya lalu berdiri.

" Gue ingin ketemu anak gue! Pasti tampan seperti gue ato cantik seperti dia," tutur Calleb bangga.

" Apa belum ada kabar dari kak Viola," tanya Cecil.

"Please! Jangan lagi menyebut namanya!" kata Calleb marah.

" Bos!" panggil seorang pria.

" Hmm?" jawab Calleb.

" Sudah waktunya!" kata pria itu.

" Wasting time!" kata calleb.

" Apa ada petunjuk?" tanya Calleb.

" Belum, Bos! Tapi sumber kita bilang beberapa hari yang lalu dia seperti melihat dia, tapi saat dikejar dia hilang," kata pria itu.

" Dimana?" tanya Calleb.

" Disekitar sini, Bos!" kata pria itu.

" Teruskan John!" kata Calleb.

" Siap, Bos!" jawab John. Perasaan gue nggak akan salah! Gue tau lo ada didekat gue,Vee! batin Calleb.

Pertemuan antara perusahaan Viola dan perusahaan Mr. Antony berjalan mulus. Viola tidak bisa menghentikan pandangannya terhadap Mr. Antony. Tampan sekali, gagah! Pasti dibaliknya terdapat urat yang kuat dan besar, batin Viola. Gerry yang melihat tingkah Viola menggelengkan kepalanya. Dasar wanita jalang! Nggak bisa liat badan gede, batin Gerry.

" Nyonya Atmajaya!" sapa Antony.

" Tuan Lewis!" balas Viola.

" How's your husband doing?" tanya Antony.

" He's good! He' s in State now!" jawab Viola.

" Anda pasti kesepian!" kata Antony.

" Lumayan!" jawab Viola manja.

" I'll call you, Ok!" kata Antony.

" Ok!" jawab Viola.

" Dasar!" ucap Gerry.

" Apa kamu cemburu?" sindir Viola.

" Apa masih penting?" ucap Gerry cuek. Viola jengkel sekali dengan Gerry, niat hati ingin membuatnya cemburu, malah ditanggapi dengan dingin. Viola mengambil ponselnya dan menekan kontak Calleb.

" John?! Mana Al?" tanya Viola kesal karena bukan Calleb yang mengangkat.

" Bos sedang tidur," jawab John.

" Apa tidak ada alasan lain selain tidur? Tiap gie telpon selalu bilang tidur. Nggak tipis tu pantay?" kata Viola kesal dan menutup telponnya. Sialan! Gue nggak akan melepaskan lo, Al! Nggak perduli apa yang terjadi, batin Viola.

Venus mondar-mandir menanti kedatangan Ben. Sudah beberapa hari sejak peristiwa itu Ben selalu menghindari Venus. Sudah jam 12 malam, tapi tidak ada tanda-tanda Ben akan datang. Venus akhirnya tertidur di sofa ruang TV. Ben berjalan dengan langkah pelan, dia takut ada yang terbangun. Saat melewati ruang TV, dilihatnya Venus tertidur di sofa. Didekatinya wanita yang telah membuatnya jatuh cinta dengan gilanya. Kenapa lo nggak bisa nerima cinta gue, Ven? Apa yang dia punya gak ada di gue? 3 tahun gue sudah berusaha dengan segala cara agar lo cinta sama gue, tapi? batin Ben sedih. Kemudian dia mengangkat Venus ke dalam kamarnya dan meletakkannya diranjang. Ben akan menarik tangannya saat Venus terbangun. Venus memandang mata kelam itu, mata yang penuh dengan kekecewaan pada dirinya. Venus meletakkan kedua tangannya keleher Ben. Ben terkejut dengan sikap Venus. Tanpa berpikir dua kali, dia dengan cepat melumat bibir Venus. Venus membuka mulutnya, memberi peluang pada Ben untuk bermain dengan lidah dan salivanya. Nafsu Ben yang telah lama terpendam, malam itu seakan meluap begitu saja. Setelah puas dengan bibir Venus hingga bengkak, Ben seperti hewan buas mencium dan menjilat leher Venus hingga tulang selangkanya, dia meninggalkan tanda dimana-mana hingga tiada ruang yang tersisa. Venus hanya memejamkan matanya dan menahan desahannya. Tangan Ben telah menyentuh dada Venus dengan keras. Venus terpekik, ' Ahhhhh!" membuat Kegilaan Ben semakin menjadi. Disobeknya pakaian Venus begitu saja hingga memperlihatkan dua buah dada Venus yang montok. Mata dan milik Ben terasa semakin menegang. Venus menggigit bibirnya, tangannya disamping kepalanya bergetar memegang bantal. Ben tidak perduli dengan perasaan Venus. Bukan dia yang memberinya peluang, Ben tidak pernah menyia-nyiakan peluang apapun yang diberikan padanya. Venus sepenuhnya sadar akan sifat Ben yang seperti itu. Oleh karena itu dia mengumpulkan segala keberaniannya untuk memberikan dirinya pada Ben, orang yang telah membantunya sehingga dia bisa seperti sekarang ini. Venus menahan hati kecilnya yang melarangnya menyerahkan dirinya pada Ben, tapi rasa terima kasihnya membiarkan saja hal itu terjadi. Ben membuka kait bra Venus, dengan rakus disesapnya dada Venus secara bergantian. Tidak lupa dia meninggalkan tanda dimana-mana.

" Nikmat sekali tubuhmu, Ven!" ucap Ben disela-sela sesapannya. Venus merasakan bagian bawahnya menegang. Walau Venus tidak menikmati apa yang sedang terjadi, tapi tidak dengan bagian-bagian sensitive tubuhnya. Tangan Ben bergerilya ke daerah milik Venus dan masuk ke dalam sebuah lubang. Venus membelalakkan matanya dan menggigit bibirnya. Sekali lagi dia memekik, " Ahhhh!" suara itu mbuat Ben menjadi-jadi. Apa gue akan bener-bener memberikan tubuhnya secara utuh kepada Ben? Jangan! Hati kecilnya teriak! Ketika Ben akan menjelajah kebawah, tiba-tiba terdengar suara tangis anak kecil.

" Caroline!" ucap Venus. Ben menatapnya tajam, dia menggelengkan kepalanya.

" Please! Dia pasti sedang bermimpi buruk," kata Venus memohon.

' Aaahhhhhh!" teriak Ben kecewa. Venus segera mengambil baju dari dalam lemari dan memakainya lalu pergi ke kamar Caroline.

" Sayang! Anak mama! Kamu mimpi lagi, ya?" tanya Venus pada Caroline yang menangis sambil duduk di tempat tidurnya. Caroline mengangguk!

" Iya mommy! Ayo atut mommy!" ucap Caroline lucu. Venus menidurkannya kembali dan tidur disampingnya.

" Mommy tidul ninini, ya!" pinta Caroline. Venus mengangguk dan mencium rambut putrinya itu. Anak pintar! You just save your mommy! batin Venus bersyukur. Ben memandang mereka dengan haru tapi marah. Lalu dia keluar menuju mobilnya dan pergi ke apartementnya. Bayangan tubuh Venus terus membayang dipelupuk matanya. Dia menghubungi seseorang.

" Gue datang!" ucap Ben. Mobil itupun melaju dengan cepat ke jalan raya. Venus terlelap setelah kegiatan diranjangnya tadi. dia tahu Ben pasti kecewa dan meminta untuk dilanjutkan kapan saja, tapi saat ini yang penting dia selamat. Sorry, Ben! Ini memang salah gue! batin Venus menyesal.