Kami berjalan di sebuah tempat penuh lautan. Aku tidak terlalu dekat dan berbicara dengannya. Ia juga sama.
Lagipula perjanjian nya , aku hanya akan mendampingi nya.
_
"Namamu...",
"Apa ?, " tanyaku marah. Aku tidak ingin dia berpikir aku mudah di dekati hanya karena aku berhasil menyetujui perjanjian nya.
"Kudengar manusia selalu punya nama, ..."katanya tidak peduli, membuatku semakin naik darah. "Kau , namamu siapa gadis biru?"
Plak
Aku menampar wajahnya ketika mengatai ku "gadis biru", apa itu. Ia ingin mengejekku.
Gadis biru, sebutan yang membuat ku masih menelan ludah dalam dalam. Ibuku tidak menyukai diriku ini dan berniat membunuhku.
Aku menatap nya sekilas, ia hanya berjalan seperti biasa. Seolah tidak terjadi apapun. Aku terdiam. Marah sekali..!!
_
Kami akhirnya tidur di sebuah gedung yang sempit. Dia meletakkan barang bawaannya kemudian memintaku untuk makan malam.
Aku tidak mau, dan hanya membaringkan diri di kasur dan menutup mata.
_
Tap
Aku membuka mata, Dadaku berdegup ketika melihat gadis aneh itu kini ikut ikutan di sebelah ku.
Sembari memikirkan aku masih marah padanya, aku membalikan badanku.
"Gak makan?" tanyaku sedikit pelan,
Tidak ada suara..
"Gak makan??" tanyaku mengeraskan suara lagi. Aku kesal . Kenapa dia gak jawab saja sih,!!
Tidak ada suara..
_
Aku segera bangkit dan melihat wajahnya yang terlihat sedih.
Bukan itu raut tersayu yang pernah ia lihat, wajahnya selalu membeku seperti es.
"Ka..kamu kenapa, kalau sakit bilang. Dasar katanya mau melindungi ku??!!" tanyaku sedikit tinggi. Aku duduk dan mengambil sebuah roti di atas meja.
Dia hanya diam, membuatku semakin marah. Dia selalu saja begini. Hanya diam seperti tidak terjadi apa apa.
Padahal aku sudah membuat perjanjian dengannya, .. seharusnya ia lebih terbuka padaku..
_
Aku menatapnya, nama?, oh ya nama.
Itu yang ia tanyakan padaku, Lagipula menurutku selama ini nama tidak begitu penting. Aku selalu memanggilnya kamu.
"Na..namamu siapa, susah manggil kalau tidak ada nama" seruku lagi.
Dia hanya diam, Uuh kenapa sih dia tidak mau jujur.
Aku menatapnya, hanya tatapan kosong yang tidak kumengerti. Hingga bibirnya mulai berkata.
"Aku tidak butuh nama, gadis kecil. Iblis yang membunuh ibunya sendiri . Bahkan tidak pantas memiliki nama", bahkan saat ia tidak merubah apapun .
Aku tau..ia sedang bersedih..
_
Aku mulai menutup mata, nama..
Aneh, kenapa gadis ini terlihat begitu sedih hanya karena suatu nama.
"Kalau begitu aku akan memberimu nama" seruku jelas. Lagipula akan mudah memberinya nama. lalu ia akan seperti biasa lagi.
Namun..
"La lagipula tidak sulit, gimana mau ngg--"...., srek
Aku sedikit terkejut, tiba tiba gadis itu menarikku dan memelukku. Aku bisa merasakan aroma darah di bajunya. namun kutahan.
"Terima kasih...", kata yang tidak pernah kudengar dari seseorang.
Entah kenapa kata itu begitu membekas dihatiku...aku merasa...senang..
_
"A..apaan sih nama doang" seruku dengan kasar melepaskan diri dan mulai membalik badanku.
Aneh, dia bisa bisanya sesenang itu karena nama. Huh, dasar perempuan aneh..!?
"Ka karena kau dingin, gimana namamu...hm....Darah" ucapku sedikit mengada Ngada.
"Bagus" serunya kemudian tersenyum kecil, aku memandangnya dengan tatapan tidak percaya.
Kemudian kembali menutup mulutku, " Ugh apaan sih nama jelek gitu??"
Gadis yang kini bernama darah itu hanya memegang kedua pipiku. Tangannya sangat dingin...tetapi membuat ku sangat nyaman. Ia menatapku sangat dekat dan mulai mencium dahiku.
"Kau tidak tau bagaimana berharga nya nama, setelah orang itu tiada..."
Kata katanya tidak kumengerti, Moh hanya sebuah nama. Entah kenapa ini membuat ku sangat nyaman.
Memberi nama pada seseorang, ...lumayan menyenangkan juga...