aku masih mengenakan baju perpisahan lengkap saat aku mulai melangkah keluar dari aula besar kampusku dengan gontai diikuti langkah yang kuyu dengan kesendirian abadi yang mendalam ikut membayangi ku, angin yang lembut menerpa daun-daun yang berbunga keunguan disepanjang jalan yang kulalui seakan semuanya menyaksikan ku, menjadi saksi bahwa kisah hidupku sangat menyedihkan.
angin siang itu membawa hawa panas namun menyejukkan karena daerah kampusku lumayan dekat dengan lautan yang luas sehingga angin yang menyapaku siang itu sangat kuat seakan angin laut yang menyapaku seakan sudah tahu dengan kisah sedihku dan berusaha dia membelaiku dengan lembut ibarat memberikan suntikan kekuatan agar aku bisa melewati cinta yang bertepuk sebelah tangan yang menyakitkan.
aku benar - benar sendirian di sana ditengah lapangan luas yang sunyi ,karena semua orang tengah sibuk berpesta dan hanya aku yang tidak ikut berbahagia,
ini akan menjadi hari terakhir ku berada di sini, bangunan kampusku yang selalu ku rindukan yang selama 3 tahun menjadi rumah ku akan segera menjadi kenangan dalam ingatanku, kisah denga sahabat-sahabat ku yang sering menjadi tempat ku berkeluh kesah juga akan menjadi kenangan, dan di tempat inilah aku pertama bertemu dengan Raiz yang juga akan segera menjadi kenangan dan di atas tanah inilah tanah yang kupijak tepat,,,, menjadi saksi bahwa aku menyukainya. aku sedikit mengenang masa kami dikumpulkan di tempat ini dulu,. hingga sampai saat nya akan pergi meninggalkan semua kenangan tepat di tempat yang sama saat aku memulainya ,
ku pejamkan perlahan mataku, menikmati angin yang menemaniku, bersama sunyi yang menyatu tenggelam dalam kenangan yang akan ku tinggalkan,
aku membayangkan senyuman Raiz kala itu berjalan menetap ke arahku dan tersenyum manis sambil mengucapkan salam dengan pesonanya,
" aku pun menjawabnya dengan Waalaikumussalam ,Mas Muhammad Matan Nur Raiz ,"
aku pun melanjutkan langkahku dengan tegap menatap lurus kedepan dengan penuh percaya diri ku tinggalkan jejak kelam rindu yang melemahkan ku,
aku yang menyukai musik biola mengeluarkan ponsel ku dan ku kenakan headset ku di kedua telingaku ku dengarkan musik syahdu khas biola yang aku putar setiap aku ingin menyendiri ,
suara yang tenang musik sendu yang kusuka aku putar di sepanjang jalan ku, aku lelah aku ingin pulang,
air mata yang entah kenapa tiba-tiba datang menetes lembut dipipiku walaupun aku berusaha tetap menutup erat mataku tapi tetap saja tak terbendung oleh ku ,
aku pun mengusapnya pelan dengan tangan ku dan ku pandangi air mata jernih itu yang mungkin sudah tertahan begitu lama di pelupuk mata yang sudah tak terbendung,
akhirnya ini datang juga ,aku tidak ingin terlihat cengeng tapi aku justru tersenyum membantunya, berulang ulang aku mengusapnya tapi lama sekali dia tetap tidak mau berhenti,
"aku harus kuat , air mata ku kita harus kuat, jangan lah rapuh seperti ku , selain kau dan ibu aku sudah tidak memiliki siapa pun lagi , jadi jangan lah rapuh sepertiku ,
tolong kuatkan kan aku jangan lah membuat ku menangis lagi,
jika bukan dengan Raiz mungkin perasaan ku akan di balas dengan sosok Raiz- Raiz yang lainnya,
biarkanlah rasa ini hanya di hati ku saja sampai akhir nya,
aku pun sudah bahagia bertemu dengannya walaupun hanya cukup 3 tahun saja, setidaknya sosoknya mengajarkanku untuk ikhlas mencintai sekaligus ikhlas untuk melepaskan juga, Alhamdulillah ya Rabb aku akan ikhlas
"bismillah "