sosok laki-laki yang tinggi tegap, berkulit sawo matang alisnya yang tebal berkacamata masih single kekinian manis, tegas tapi terkadang jiwa kekanakannya keluar alias manja ,,, tapi itu kadang lebih banyak tegasnya terkadang tiba-tiba sifatnya jadi berubah pendiam dan lebih parahnya dia doyan tidur, nempel meja dines dengan sofa duduk empuk sedikit nyender sebentar atau menunduk sebentar bisa susah tuh dibangunin.
dilain sisi beliau sangat peduli dengan teman-teman satu tim dengan nya,,,,
*****
"dokter hasil lab nya" jelasku sambil menyodorkan lembaran hasil pemeriksaan pasien baru dari UGD,
" oke ,. makasih ya." jawabnya dengan wajah datarnya ,,setelah beliau menyelesaikan tindakan dan telah mengisi lembar rekam medis pasien kemudian beliau melakukan informconcern hasil pasien ke keluarganya dengan cepat ,
dan setelahnya dr.adrian langsung masuk ke kamar ,aku sempat berfikir kenapa dokter Adrian aneh ,, tapi aku dan teman teman tim UGD yang jaga di malam itu berusaha menganggap hal itu biasa, karna biasanya dr. Adrian menyempatkan diri mengobrol dengan kami tim nya terlebih dahulu,walau terkadang obrolan biasa yang cuma untuk sekedar berbasa-basi,
tapi ya sudah lah aku berusaha untuk mengabaikannya saja, karna aku cukup tahu diri saja, dengan siapa aku dan apa hubunganku dengannya dan kenapa aku harus musti repot dengan sikapnya,,,,
" oke LAB kelar ya kak nopan, ?"
tanyaku pada senior UGD menandakan tidak ada yang membutuhkan pemeriksaan laboratorium untuk beberapa jam kedepan
" oke dek sip."
selang beberapa jam aku masuk ke ruangan laboratorium ada yang mengetuk pintu ruangan kerja ku ,lalu aku pun membuka nya dan terlihat senyum manis di wajah seseorang yang tadi sebelumnya memasang wajah kusut, iya dokter Adrian datang ke hadapanku dengan senyum manisnya itu dan memaksa masuk ruangan ku dengan langsung duduk di bangku pasien dan berkata dengan tanpa basa dan sekali lagi dengan tidak memanggil namaku,
". tolong donk periksa kolesterol donk, hehehe".
" dokter kenapa kok tiba-tiba periksa kolesterol?" tanyaku dengan heran sambil menyimpangkan tanganku di depan dada dengan keheranan ku
" enggak apa- apa, pingin cek aja."
" siap ni diambil darah nya?"
" emmm, tunggu ....iya deh enggak apa-apa."
"oke, prepare dulu ya dok....tapi dokter ...dengan senyum manis ku juga aku menggoda ngambil darahnya pake jarum 5cc ya dengan guyonan ku."
" jangan donk ,,,seriusan pake 5cc kenapa enggak yang satu CC aja sihh?" tanyanya dengan ekspresi serius
" yeee masak dokter takut jarum baru juga 5cc belum yang 10 cc." godaku lagi
" enggak jadi ah klo gitu ." dengan ekspresinya dokter Adrian pun bangkit dari duduknya dan hendak pergi
" ehhh mau kemana, sini jarum udah siap ini"
" 1 CC aja timpalnya dengan mimik wajah sedikit ngeri.
" ya sudah sini duduk," kutarik jas putih yang ia kenakan dan ku instruksikan untuk duduk tepat di depan ku
" ya sudah 1 CC sini tapi jas nya dibuka dulu dokter susah ni ngambilnya ,"
dokter Adrian pun setuju dengan instruksi ku dan selanjutnya dengan sedikit racikan dan pengoperasionalan alat pemeriksaan kolesterol pun running dan tinggal menunggu hasil sekitar 15 menit dari sekarang.
disela menunggu dokter pun meng-otak Atik , hp kesayangannya dengan entah apa yang sedang ia lihat, aku dengan sedikit mengintip mengetahui bahwa ternyata dr.adrian hanya melihat lihat artikel yang sepertinya tidak penting dan hanya sebagai pajangan saja dengan hanya digeser kesamping tanpa henti dengan sedikit manyun.
sedari tadi aku ingin bertanya kepada tentang banyak hal tapi aku ragu jika ternyata ia pun enggan untuk ku ajak berbicara, hingga beberapa puluh menit berlalu kami hanya saling berdiam diri masing-masing sampai alat menunjukan bunyi sebagai code bahwa waktu tunggu pemeriksaan telah usai,
"dokter hasil sudah jadi"
" ku sodorkan kertas yang sebelumnya ku tuliskan nominal tiga angka kepada nya dengan sedikit keraguan, dengan aku pun duduk tepat di depan nya,
" dokter hasilnya normal ko'."
" oh normal ya, bagus deh soalnya kepalaku sering pusing."
" pusing karena mikirin apa dokter, bukan karena kolesterol mungkin?"
" iya mungkin karena mikirin masalah yang kmaren"
" dokter sudah dipanggil direktur?"
" iya ," dengan anggukan
" dan lalu?"
" sebenernya masalah sudah kelar si, tapi tetep aku dikasih sanksi teguran karena berangkat terlambat."
" iya sudah sepertinya itu jalan terbaik, sanksinya apa?"
" sanksinya ,,, aku harus kuliah lagi untuk lanjut ke spesialis penyakit dalam ,dalam waktu dekat dan setelahnya harus mengabdi di rumah sakit ini karena dokter senior sekaligus pemegang saham terbesarkan sebentar lagi pensiun dan belum ada kandidat yang akan menggantikan posisi beliau karna itu sebagai sanksi sekaligus kepercayaan dr. Cipto,Sp.PD.FINASIM beliau mengutus saya untuk mengambil pendidikan di SRIWIJAYA, karena beliau sudah berada pada gelar FINASIM jadi beliau lah yang membuat keputusan untuk merekomendasikan saya harus segera mengurus keberangkatan secepatnya." dr. Adrian menatapku dengan sungguh-sungguh ada raut penyesalan pada wajahnya,
" kenapa tidak dengan ke dua putrinya saja yang melanjutkan estafet penerus untuk menggantikan beliau di rumah sakit ini, dan kenapa tidak memerintahkan direktur yang menjabat saat ini, kenapa harus dokter Adrian yang ditunjuk itu akan butuh waktu 4 tahun lebih untuk menyelesaikan pendidikan, itu waktu yang sangat lama kan?"
" iya aku faham itu, maaf."
" sebenarnya kenapa harus aku, itu karna kedua putri dr.Cipto semuanya tidak ada yang mau mengambil alih perusahaan ayahnya yang berada di luar kota Bandung karna mereka juga sudah berkeluarga jadi mereka tidak mau jika harus pindah domisili ke daerah kita ini yang katanya terkenal daerah keras dan rawan menurut mereka."
mendengar itu aku hanya menunduk tanpa mau menatap mata dokter Adrian
" dan kenapa juga tidak dengan dokter Danu itu juga karna dokter Danu menolak karena setelah aku selesai pendidikan beliau akan langsung pindah ke Bandung sekeluarga besar jadi beliau tidak sanggup jika harus bolak balik Bandung kemari hanya untuk sekedar menjadi direktur semata dan mengurus rumah sakit yang masih terbilang kecil ini. dan satu-satunya kandidat hanya aku dengan banyak pertimbangan termasuk aku asli tinggal dekat di daerah ini, dr Cipto sangat percaya pada ku."
" lalu dr. menyanggupi itu.?"
" aku tidak ada pilihan lain?"
" dan aku tidak boleh memilih juga?" tanya ku pada dr Adrian
" maaf,,, tapi akan aku usahakan untuk berhegosiasi lagi kepada beliau."
" lalu bagaimana dengan dokter, dokter bersedia ke Palembang dalam waktu dekat, dan berada di sana dalam waktu yang lama, ?"
tanyaku dengan sedikit berkaca-kaca tapi aku berusaha menahannya
" aku masih bingung tapi aku juga harus menebus sanksi atas pasien yang meninggal atas kelalaian ku."
" ya sudah ini hasil cek lab milik mu, sudah selesai kan?, enggak perlu apa-apa lagi kan?" kelasku
" Suri marah?"
" enggak, kenapa harus marah..... itukan keputusan dokter aku mah siapa yang harus marah selalu dinomor duakan itu kan wajar oh maaf mungkin bukan dinomor duakan tapi selalu menjadi yang di terakhirkan, itu juga kalau sudah tidak ada pilihan lain kan?"
" bii enggak begitu"
" iya sudah enggak apa-apa bina oke, "
aku bangkit dari hadapannya dan berbalik dari hadapannya dan pergi untuk menyendiri dulu.
" bii ?" panggilnya lembut
" dengan kode tangan ku isyaratkan bahwa aku baik -baik saja dan setuju atas keputusannya walaupun mataku mulai berkaca-kaca lagi.......