Titipan rindu yang dulu

Waalaikumussalam,,, ucap ku .

tatapannya yang masih sama seperti yang dulu, tatapan itu yang selalu ku rindu..

dia yang terdiam setelah melihatku dan mulai canggung dengan suasananya,

aku pun demikian ....

aku sedikit tersenyum ,,,

dengan suasana hati ku yang mulai tak menentu ingin rasanya aku pulang saja dan tidak ingin menatap nya lagi semakin aku menatap nya semakin aku sesak menyaksikan wajah meira dan dirinya yang sepertinya masih belum lama kupandang dengan dengan berat yang tertahan di atas pelaminan megah dan keduanya pun terlihat menawan.

aku pun berbalik dari arahku atas pandangannya sehingga aku bisa leluasa menumpahkan rasa rindu kepada air mata yang dulu selalu muncul dengan kesedihan yang tiba-tiba.

sepertinya aku mulai melowww lagi,,,

yah menangis lagi ,,,,

karna tidak bisa kutahan sambil mendekap Nil kuhapus air mata yang menetes perlahan agar tidak seorang pun mengetahui kesedihanku,

aku pun bingung ini air mata kebahagiaan atau kesedihan yang terulang,,

sekali lagi aku berbalik menatap nya yang masih terdiam aku pun berusaha tersenyum ramah kepadanya , hanya senyuman.

kemudian dia menyapa om Surya..

" hallo om ,Tan ,. sudah lama ya datengnya?"

" iya lumayan " Iz. ..."

aku pun menatap om Surya dengan isyarat agar om Surya mengalihkan percakapan dengan alibi kebetulan dari perjalanan dan sekalian aja mampir.

" nak, kok pulang cepet .?" tanya ibunya mas Raiz beliau singgle mother dan sudah lama ditinggal oleh suaminya yang meninggal sudah lama mungkin sejak Raiz berada di bangku SMA.

"oh iya bu, tadi sudah limpahin berkas yang susulan ke mas Bayu , Raiz Ndak fokus Bu mikirin Nil terus." ucapnya dengan terbata- bata

saat pertemuan pandang pertama kami tadi yang sangat canggung sampai beberapa menit lamanya kami tidak saling menyapa lagi, ia pun diajak om Surya dan ibu Lis untuk berbicara di depan ruang perawatan Nil sehingga aku pun tidak bisa mendengar percakapan mereka, dan tinggalah aku bersama Ana dan pengasuh Nil yang menunggui di dalam kamar, sambil terus kuusap lembut kepala dan punggungnya sesekali kubetulkan posisi tidur nya didekapanku dan kuubah dengan posisi terlentang agar nyaman,

kemudian pengasuh Nil ,, mbk ayu namanya meminta diri untuk menggantikan menggendong Nil.

" mbk sini biar saya yang gantian gendong adek , nanti mbk capek." katanya dengan ramah beliau ini masih berumur sekitar 45 an beliau janda beranak 3 beliau baik dan perhatian tetapi karna mantan suaminya yang berulah dengan wanita lain sehingga beliau terpaksa bercerai dan kini harus bekerja sebagai pengasuh Nil untuk menghidupi ketiga anaknya,

" oh iya, Bu ayu Monggo " aku sengaja memberikan Nil kepada Bu ayu karna aku merasa tidak enak kepada Raiz yang menatapku dengan tatapan canggung tadi.

tetapi Nil justru terbangun dan semakin erat memelukku hingga ia pun menangis lagi.

sehingga semua yang berada diluar pun kembali masuk untuk melihat kondisi Nil.

aku yang kebingungan hanya bisa pasrah pada sorot tatapan mata aneh milik semua orang, aku pun berusaha tenang dan menyambut pelukan erat nya sambil ku elus punggung nya dan sesekali kubacakan doa kesembuhan untuk nya dan sesekali ku lantunkan beberapa ayat Alquran dengan lirih di dekat telinga mungilnya, harum minyak telon sungguh terasa , hingga ia pun kelelahan dan kembali tidur dengan nyenyaknya,

dengan sangat perlahan ku baringkan di atas bad perawatan miliknya sambil ku dampingi dengan bantal guling empuk di samping kanan dan kirinya kemudian ku tinggal perlahan dan menitipkan pesan untuk mbk ayu ibu pengasuhnya,

kebetulan hari sudah siang dan adzan duhur pun sayup-sayup terdengar dan makin keras dari mushola depan di dalam lingkup rumah sakit .

" mbk ayu, bawa baju ganti enggak?

aku mau sholat tapi baju ku terkena najis pipisnya adek , " sambil tersenyum malu aku terpaksa utarakan

" waduh mbk , adanya mukena , klo baju saya pun juga Ndak bawa gimana ya,?"

raut wajah kami terlihat kebingungan.

kemudia ibunya mas Raiz datang dan menghampiri kami berdua,

" kenapa ndok?" tanya nya keibuan

" waduh, emm begini bu' baju Zhabin dipipisin adek ini mau sholat kebingungan soalnya gak bawa baju ganti Bu, ."

" ya Allah , anak ku,,,,,," ibu lia hanya bisa tertawa geli melihat raut wajah ku yang terlihat seperti anak-anak

" mau pake baju ibu,? "

tertawanya masih berlanjut

kini giliran aku yang tersenyum malu antara menolak atau mengiyakan yang belum pasti , yang jelas baju ibu nya mas Raiz pasti tidak akan cocok untuk ku, karna kami memang terpaut usia sangat jauh.

" emmmm, " aku masih berfikir

tiba- tiba Tante Aini menghampiri dan juga kebingungan,

" biar saya yang menyuruh Raiz untuk ke mall depan untuk beli baju untuk mu ya ndok?"

" aku yang terkaget dan tidak enak berusaha menolak dengan berbagai alasan . bahkan aku pun memberi sinyal ke pada Tante Aini lewat kode kedipan mata agar Tante Aini membantuku

"maaf ibu tapi sepertinya pipisnya sampai tembus baju dalam , karna itu saya rasa Ndak pantas kalau mas Raiz atau om Surya yang belikan.,,," jelasku sambil tersenyum geli sendiri, sehingga semua pun pada ikut tersenyum juga

" ya sudah biar kamu yang beli sendiri nanti Tante temani kamu ya, "jelas tante Aini

" iya Tante , alhamdulilah jaza kilahu khoiro Tan, " rayu ku dengan senang

" saat kami sudah bersiap untuk berangkat dan hendak berpamitan dengan ibu Lis tiba-tiba terpikir kembali ,,,,,,, bahwa diantara Tante Aini dan aku tidak ada yang bisa mengendarai kendaraan

" Tante,, kita kan gak ada yang bisa naik kendaraan ,terus gimana ini?"

" iya juga ya bhin , haduh ....

mana om Surya sama Raiz sudah ke musholah ya,?"

tidak lama dari perbincangan kami tiba-tiba mas Raiz datang sendirian dari arah ruang perawat .

ibu Lis pun segera meminta Raiz untuk menghantarkan kami berdua .