"Alea?"
Seketika dua orang gadis yang tengah celingak celinguk dibandara kota Barcelona tersebut menoleh kesumber suara. Dua gadis itu terpaku akan ketampanan seorang pemuda yang tengah tersenyum pada salah satu dari mereka.
"Lea, ini aku. Revan," ucap pemuda itu lalu memeluk gadis bernama Alea dengan erat. Yang dipeluk pun hanya diam tanpa membalas.
Pemuda bernama Revan melepas pelukannya lalu mencengkram lembut kedua bahu gadis itu.
"Aku Revandy Qayro. Masa kamu lupa, temen kecil kamu Le" Ucap Revan mencoba mengingatkan gadis cantik berambut ombre tersebut.
"Lo Revan?" Tanya Vika, gadis disebelah Alea. Pemuda itu mengangguk datar.
"Le, dia Revan. Masa lo lupa" Bisik Vika pelan.
Alea diam, mencoba mengingat nama itu.
"Evan?" Tanya Alea pelan. Revan mengangguk, rupanya Alea masih mengingat nama kecilnya.
"Astaga Evan! Lama banget kita gak ketemu" Ucap Alea berbinar dan langsung memeluk Revan erat. Revan terkekeh dan balas memeluk gadis itu dengan erat sambil mencium lekat aroma rambut gadis itu.
Gadis cantik dengan iris hazel yang menjadi cinta pertamanya saat kelas delapan Smp. Alea dan Revan berteman sejak kecil, tapi Alea tidak tahu kalau Revan mempunyai rasa padanya.
"Gue juga mau keles dipeluk!" Sebal Vika. Alea melepas pelukannya dengan tiba tiba hingga Revan sempat merasa kehampaan dilingkaran lengannya.
"Hahahaha, sorry Vik" Kekeh Alea lalu merangkul sahabatnya itu.
"Gak berubah lo Vik" Revan hanya geleng geleng kepala.
Ya, mereka bertiga berteman sejak masuk SMP. Soal kenapa saat ini Alea dan Vika berada di Barcelona, itu karna keduanya mendapatkan beasiswa untuk menuntut ilmu di Campus High Barca. Salah satu campus terkenal yang ada dikota tersebut.
Tangan Revan bergerak menyelipkan anak rambut Alea dengan lembut. Alea hanya diam, baginya itu hal yang biasa dilakukan oleh Revan padanya.
"Aku kangen kamu" Ucap Revan lembut kembali memeluk Alea. Alea tersentak kaget dan menenggelamkan wajahnya didada bidang pemuda itu.
Vika lagi lagi berdecak sebal. Setelah sesi acara pelukan antara Revan dan Alea selesai, tangan Revan langsung meraih koper milik Alea.
"Yuk, aku antar keapartemen" Ajak Revan lembut lalu pergi lebih dulu.
"Woy! Koper gue gak dibawa?" Tanya Vika setengah teriak hingga beberapa orang yang berada didekat mereka menoleh pada Vika karna mengucapkan kalimat berbagasa Indonesia.
"Perdoń" Ucap Alea pelan dengan telapak tangan yang menyatu.
-Maaf
"Jangan malu maluin deh" Sebal Alea dan berniat pergi namun lengannya dicekal oleh Vika.
"Le, lo ngerasa gak tatapan Revan tadi aneh. Dia natap elo kaya ada sesuatu gitu" Ucap Vika menatap punggung Revan yang mulai menjauh dari mereka.
"Biasa aja lah Vik" Jawab Alea jengah.
"Ish! Gak gitu, lo gak ngerasa tadi dia nyium leher lo?" Tanya Vika berbisik. Alea menyentuh pelan lehernya dan benar saja sedikit basah.
"Ditinggal nih kita!" Ucap Alea tiba tiba dan berlari mengejar Revan dengan menarik lengan Vika.
Hingga mereka tiba disebuah gedung bertingkat dengan fasilitas mewah dan berkelas.
"Nah Le, ini apartemen kamu sama Vika. Apart aku ada disebelah kamar kamu" Ucap Revan menerangkan sambil menaruh koper milik Alea disalah satu kasur.
Luas, itulah yang Alea lihat dari apartemen tersebut, ada dua kamar dan dapur yang lumayan mewah. Satu buah televisi besar dan sofa yang membentuk huruf L. Juga terdapat kamar mandi dan wc yang berada didekat dapur.
"Gimana?" Tanya Revan.
"Kayaknya ini kemahalan deh, gue sama Lea mau nyari kost atau rumah aja Van" Jawab Vika diangguki Alea.
"Bener, ini terlalu besar. Habis sehari uang kita" Tambah Alea.
Revan tersenyum manis sambil mencubit gemas hidung mancung Alea.
"Semuanya udah aku urus. Besok kamu bisa langsung kuliah bareng aku" Ucap Revan lembut.
"Lah gue?" Tanya Vika tak terima lalu menghempaskan bokongnya disofa empuk.
"Ada taksi" Singkat Revan dengan decakannya. Vika mendengus sebal dan memilih masuk kesalah satu kamar.
"Gue ambil yang ini" Ucap Vika menatap Alea sekilas.
"Makasih Van" Tambahnya lalu menutup pintu. Alea yang merasa masih kikuk hanya tersenyum.
"Serius ini udah kamu urus?" Tanya Alea lalu duduk disamping Revan.
Revan mengangguk dan menoleh pada Alea, masih sama. Iris mata hazel gadis itu seolah membuat Revan terpesona dan kembali merasakan nostalgia.
"Hey?" Alea menjentikkan jarinya.
"Hah? Eh, kenapa?" Tanya Revan gelagap.
"Kamu tenang aja, semuanya udah aku urus" Ucap Revan. Alea tersenyum hangat pada pemuda itu.
"Makasih ya, Lea sayang Evan" Lembut Alea lalu memeluk Revan dari samping. Yang dipeluk hanya diam dengan senyum yang sulit diartikan.
Alea tahu pasti kalau Revan termasuk anak orang ternama, mungkin bagi Revan apartemen semewah ini tak seberapa.
Revan melirik wajah Alea yang masih memeluknya itu. Nampak menggoda dengan bibir merah ranum yang dulu tak jadi Revan cicipi.
"Le, kamu punya pacar gak?" Tanya Revan tiba tiba. Alea melepas pelukannya dengan kening berkerut.
"Enggak lah, ngapain pacaran. Buang buang waktu" Jawab Alea. Revan hanya ber oh ria dan melingkarkan lengannya dibahu gadis itu.
"Le, kamu mau gak jadi milik aku?" Tanya Revan lagi. Alea menoleh.
"Maksud kamu?" Tanya Alea bingung, miliknya?
"Kamu itu milik aku" Jawab Revan menatap Alea lekat dengan senyum yang sulit diartikan.
"Maksud kamu apasih? Aku gak ngerti" Singkat Alea lalu bangkit namun tangannya dicekal oleh Revan, dengan kuat namun terasa lembut.
Alea menyerngit bingung hingga Revan menarik lengannya dengan kasar hingga Alea jatuh kepangkuan pemuda tampan itu.
"Eh, lepasin aku Van" Berontak Alea. Revan terkekeh dan kembali memeluk gadis itu dengan erat sambil menenggelamkan wajahnya dilekukan leher Alea.
"Van? Kamu kenapa?" Tanya Alea pelan dengan nada polosnya. Revan menggeleng, masih memeluk Alea erat. Alea melirik wajah pemuda itu, lidah Revan menjilati leher Alea dengan lembut.
"Evan!" Gertak Alea hingga pelukan Revan terlepas. Alea langsung bangkit dan mengusap lehernya dengan kasar.
"Kamu apa apaan hah? Kamu terpengaruh budaya sini? aku benci sama kamu!" Lantas Alea melangkah cepat menuju kamarnya dan menutup pintu agak keras.
Revan hanya diam dengan senyum miringnya.
"Alea, lo gak bakal lepas dari gue" Ucap Revan lalu melangkah menuju pintu apartemen dan pergi dari apartemen Alea.
Vika yang memang sedari tadi mengintip dan menguping pembicaraan dua manusia tersebut langsung keluar dari kamar dan mengetuk ngetuk pintu kamar Alea dengan kasar.
"Lea! Le! Buka!"
Pintu pun terbuka, Alea terlihat tidak baik baik saja.
"Benerkan kata gue" Ucap Vika lalu memeluk sahabatnya itu.
"Udah tenang, besok lo ngehindar aja dari Revan. Ada gue kok" Ucap Vika menenangkan dan mengajak Alea kekasur.
"Sekarang lo tidur, istirahat" Lembut Vika. Alea mengangguk lalu menutup matanya. Selang beberapa menit Alea terlelap kealam mimpinya.
"Ada yang gak beres" Gumam Vika lalu melangkah keluar dari kamar Alea dan kembali beristirahat dikamarnya.
¤¤¤
Pukul delapan pagi, Alea dan Vika bersiap siap menuju kampusnya. Mereka berdua sudah fasih berbahasa Spanyol. Jadi mudah saja untuk bersosialisasi dengan negara itu.
"Lengkap kan?" Tanya Vika, Alea mengangguk dengan senyum manis lalu membuka pintu. Mereka berdua terdiam saat seorang pemuda berdiri dihadapan pintu dengan kacamata hitam yang tertancap sempurna dihidung mancungnya.
"Pagi Lea" Sapa Revan lalu melepas kacamatanya dan menggantungnya dikerah baju.
"Lea berangkat bareng gue" Singkat Vika lalu menarik lengan Alea menjauh dari Revan yang diam diam tersenyum miring.
Alea dan Vika merasa lega karna mereka berhasil bebas dari Revan. Mobil taksi yang mereka tumpangi melaju menuju Campus High Barca. Tanpa sepengetahuan mereka, sebuah mobil sport berwarna hitam mengikuti taksi yang mereka tumpangi.
"Gila! Keren banget kampusnya, difoto kaya biasa aja" Heboh Vika hingga Alea terkekeh pelan.
"Kita keruang dosen dulu yuk" Ajak Alea. Vika mengangguk, keduanya pun melangkah menuju ruang dosen yang memang sudah ada dipeta kampus yang mereka miliki.
Tak jarang, rayuan dan tatapan tertuju pada Vika dan Alea. Lebih tepatnya pada wajah cantik Alea, namun keduanya hanya diam dan sesekali membalas dengan senyuman.
Hingga keduanya tiba didepan pintu yang bertag nama Mr. Delson
Tok! Tok! Tok!
"Ya" Suara dari dalam membuat Vika membuka knop pintu itu.
"Disculpé Mr-
-Permisi
Ucapan Alea terhenti saat seorang pemuda duduk manis dikursi dosen dengan gaya berkuasanya.
"Lo ngapain disini?" Tanya Vika dengan nada non formalnya.
Pemuda itu tersenyum tipis lalu bangkit.
"Gue berkuasa disini" Ucap Revan singkat dan menatap Vika dengan tajam. Alea menatap Revan tak percaya.
Berkuasa? Apa maksudnya?
"Lea, malam tadi aku udah minta baik baik sama kamu buat jadi milik aku. Tapi kamu nolak dengan jawaban yang aku gak suka" Ucap Revan mendekat kearah Alea.
Vika langsung menggenggam erat lengan sahabatnya itu dengan mata melotot.
"V van" Ucap Alea gelagap saat Revan mendekatkan wajahnya dengan mata terpejam dan senyum kecil yang sulit diartikan.
Tiba tiba Vika mendorong Revan dengan kasar dan langsung berbalik untuk membuka knop pintu.
"Ups, kurang tepat" Ucap Revan dengan nada remehnya.
Tangan Revan menarik kasar rambut Vika hingga cekalan tangan Vika pada Alea terlepas.
"Van! Stop!"
"Stop!" Alea mencoba melepaskan lengan Revan pada rambut Vika. Ringisan dan rintihan Vika tak dapat terelakkan.
"Aw! Lepas! Akh...." Ringis Vika.
Plak!
Revan melepas jambakannya dengan tatapan kosong, pipinya memanas setelah mendapat tamparan dari Alea.
"Lepasin Vika!" Alea mendorong kuat dada bidang Revan hingga pemuda itu terjungkal kebelakang.
"Vik, lo gak papa?" Tanya Alea panik. Vika menggeleng sambil memegang kepalanya. Revan dengan segera bangkit dan menarik lengan Alea kasar.
"Aw... Van" Ringis Alea. Ia rasa tangannya akan membiru.
"Lo!" Bentak Vika. Selang beberapa detik pintu terbuka, seorang pemuda tak kalah tampan dari Revan tiba tiba menarik lengan Vika keluar dari ruangan Dosen tersebut.
Revan tersenyum senang.
"Van! Aku gak ngerti maksud kamu" Ucap Alea dengan suara lemahnya. Revan menyenderkan kasar punggung Alea ketembok dan langsung mengunci pergerakan gadis itu dengan kedua lengannya.
"Kamu itu milik aku!"
"Cuma milik aku!" Bentak Revan menjabak kasar rambut Alea. Alea hanya bisa menangis. Sakit? pasti!
"Lep... Pas... Sa... Kit..." Rintih gadis itu memejamkan matanya kuat.
"Bilang dulu apa yang aku mau" Ucap Revan membentak pelan.
Alea hanya bisa pasrah.
"Aku milik kamu!" Ucap gadis itu dengan nada kekecewaan. Jambakan Revan langsung berubah menjadi sebuah elusan lembut, pemuda itu tersenyum hangat lalu memeluk Alea dengan erat.
"Bagus, aku sayang kamu" Ucap Revan lembut.
Alea hanya diam dengan menahan tangisnya. Ada apa sebenarnya, ada apa dengan Revan? Kenapa semuanya jadi begini.
"Vika dimana?" Tanya Alea pelan.
"Dia aman sama Artha" Jawab Revan lembut semakin memeluk gadis itu dengan erat, bahkan Revan mencium sekilas kening Alea. Kini nasip Alea dan sahabatnya itu tergantung pada Revan. Seorang psycho!
Next???