"Bisa kita bicara?" Tanya Dhika yang di angguki Verrel. Mereka berdua berjalan menuju taman yang ada di dekat sana, Dhika berjalan di depan Verrel dengan memasukan kedua tangannya ke dalam saku celana kerjanya.
"Aku sebenarnya masih kesal padamu, Verrel." terdengar helaan nafas dari Dhika. Verrel masih terdiam di belakang Dhika, dia ikhlas dan rela kalau Dhika kembali memukulinya. "Gator sudah menjelaskan segalanya padaku, kamu tidak bersalah Verrel." kali ini Dhika berbalik ke arahnya diiringi senyumannya. "Leonna beruntung memiliki pria sepertimu, aku sudah percaya padamu dari sejak awal. Kalau kamu memang pria yang tepat untuk Leonna."
Verrel tersenyum bahagia mendengar penuturan sang mertua. Dhika memang selalu bijak dalam segala hal. "Makasih om, aku senang karena om masih mempercayaiku."
"No om, but Papa."
Dhika dan Verrel sama-sama tersenyum senang, Verrel tak menyangka kalau Dhika masih menganggapnya sebagai menantunya. "Apa rencana selanjutnya?" Tanya Dhika setelah keduanya terdiam cukup lama.
"Percy baru kembali dari Austria besok, mungkin dia membawa kabar baik untuk kita." ucap Verrel yang di angguki Dhika.
"Sebaiknya kamu pulang dan obati luka di wajahmu, maafkan Vino."
"Tidak masalah Pa, Verrel memang patut mendapatkannya."
"Baiklah, Papa pergi dulu." Dhika menepuk pelan pundak Verrel dan berjalan menuju mobilnya.
"Pa,"
"hmm," Dhika kembali menengok ke arah Verrel.
"A-apa Verrel bisa menemui Leonna saat malam hari?" Tanya Verrel membuat Dhika mengangguk diiringi senyuman khasnya. Verrel sangat bahagia mendapat ijin dari Dhika, setidaknya ia masih bisa menemui dan menatap wajah Leonna saat tertidur.
Hingga malam menjelang, tepat pukul 2 dini hari Verrel datang ke kediaman Dhika. Dhika sendiri yang membukakan pintu dan menyuruh Verrel langsung menuju ke kamar Leonna. Sesampainya di kamar Leonna, Verrel terduduk di sisi ranjang. Terlihat Leonna tengah terlelap dalam tidurnya yang begitu damai. ia tersenyum menatap wajah Leonna yang terlihat cantik.
Kondisi Verrel saat ini jauh dari kata baik, wajahnya yang penuh lebam dan tangannya yang di balut perban. Tetapi itu tak begitu mempengaruhinya, rasa sakit di hatinya saat melukai Leonna itulah yang lebih mendominasi. Pencahayaan yang remang-remang dan hanya lampu tidur yang berputar menyala, tak menyulitkannya untuk menatap wajah damai Leonna. Ia membelai pipi Leonna dengan lembut, membuat Leonna menggeram kecil. 'aku begitu merindukanmu, De.'
Ia menarik selimut yang menutupi tubuh Leonna, dan keningnya mengernyit melihat Leonna tengah memakai kemeja miliknya. Verrel tak menyangka kalau Leonna juga begitu merindukannya. Ia tersenyum bahagia melihat Leonna yang begitu seksi dan lucu memakai kemeja miliknya yang terlihat kebesaran.
Cinta memaksa mereka untuk melangkah di jalan yang berbeda, Jalan yang membuat mereka berdua sama-sama menderita. Tetapi inilah perjuangan cinta, keikhlasan cinta. Cinta akan memberikan rasa senang sekaligus rasa sakit dan penderitaan.
Leonna adalah cahaya bagi Verrel, Leonna adalah hidup dan matinya Verrel. Berada di jalan Leonna membuat Verrel nyaman dan bahagia. Tetapi takdir tuhan mengharuskan mereka melangkah di jalan yang berbeda. Jalan yang penuh penderitaan, tetapi jalan inilah jalan menuju syurganya dunia. Kebahagiaan yang tiada tandingannya tengah menunggu mereka di ujung jalan. Verrel hanya berharap, saat semuanya terungkap, Leonna mampu menerimanya kembali walaupun ia tidak begitu yakin dengan apa yang sudah dia perbuat selama ini. "Aku tidak mengharapkan kamu untuk kembali padaku, Delia. Aku tau kata-kataku dan perlakuanku padamu begitu menyakiti hatimu. Tetapi setidaknya maafkan kesalahanku, dengan begitu aku bisa tenang." ucap Verrel, pandangannya mengarah ke perut Leonna yang masih terlihat rata. "Maafkan Daddy, Nak."
Hatinya sangat hancur, dia begitu ingin menemani Leonna. Memenuhi ngidam Leonna dan bercanda bersama seperti biasanya. Tangannya yang bergetar menyentuh perut Leonna dan mengusapnya perlahan. Ada gelenyar hangat memenuhi hatinya, air mata Verrel semakin luruh membasahi pipinya. Dia akan menjadi seorang ayah tak akan lama lagi.
Kita berdekatan, tetapi masih ada jarak yang menghalangi kita. Layaknya bumi dan langit yang sulit menyatu. Mereka berdampingan, tetapi tak dapat menyatu. Kalau cinta itu seperti syurga, lalu kenapa aku tidak bisa mempertahankanmu.
Permainan apa yang sedang tuhan rencanakan sebenarnya?
"Kamu tau De, aku sudah lelah. Aku lelah menjadi sosok lain dalam diriku, aku lelah membohongi diriku sendiri dan perasaanku. Aku cemburu dan iri melihatmu tertawa bersama Vino, Leon atau Datan. Aku ingin seperti mereka, memenuhi ngidam kamu dan menemani kamu setiap saat." Air mata terus luruh membasahi pipinya. "Aku selalu membayangkan dan bermimpi betapa bahagianya kita menikmati hari-hari kehamilan mudamu. Aku ingin menjagamu setiap saat, menjadi sosok suami dan ayah yang teladan."
Ia meraih tangan Leonna dan mengecupnya cukup lama. "Aku sangat mencintaimu, maafkan aku Delia. Sungguh maafkan aku," gumamnya terlihat begitu terluka.
Verrel terus menatap wajah Leonna yang masih terlelap, air matanya kembali luruh membasahi pipi. Ingin sekali ia berontak dan mengakhiri segalanya. Dia ingin segera kembali ke Leonna dan memeluk tubuh Leonna dengan sangat erat dan tak henti-hentinya mengatakan cinta dan maaf. Tanpa Verrel ketahui, Dhika berdiri di ambang pintu. Dhika mampu melihat ketulusan Verrel, bahkan Dhikapun merasakan betapa hancur dan sakitnya hati Verrel saat ini, melebihi kehancuran yang Leonna rasakan.
Leonna masih bisa memilih untuk membenci Verrel karena rasa sakit yang dia terima. Tetapi Verrel?
Dia tidak mungkin membenci Leonna, yang ada cinta di dalam hatinya semakin menyayat hati Verrel. Dhika paham apa yang Verrel rasakan, menahan perasaan cintanya sendiri itu tak mudah. Membohongi perasaan sendiripun sangat menyakitkan.
Cukup lama Verrel berada disana, iapun memutuskan untuk pergi. Tetapi sebelum pergi Verrel mengecup kening Leonna. "Selamat tidur Princes sayang." Bisiknya. "Jaga mommy kamu yah Sayang, kamu harus menjadi pengganti daddy untuk melindungi mommy kamu." Verrel mengecupi perut Leonna berkali-kali dan mengusapnya dengan lembut. Setelahnya ia beranjak dengan mengusap air matanya. Langkahnya terhenti saat menyadari Dhika berdiri di ambang pintu.
"Leonna pasti akan menerimamu kembali." Verrel hanya tersenyum.
Saat ini semua anggota brotherhood sudah berkumpul di ruang pribadi café Dhika yang berada di Jakarta. Disana juga ada Verrel, Percy, Edwin dan Jack. Percy menjelaskan segalanya apa yang dia dapat dari London dan Austria.
"Louis Matthew Stafford." gumam Dhika.
"Axel William Stafford." ucap Farel geram.
"Louis adalah kakak kandung Axel, dia ingin membalaskan dendamnya pada kita karena kematian adik kandungnya."
"Martin William Stafford? Dia anak kandung Axel?" Tanya Seno.
"Iya, Martin anak kandung Axel. Louis mengirim Martin ke Indonesia untuk mengamati kita. Dia sudah mengamati kita sudah dari beberapa tahun yang lalu. Dan mungkin ini kesempatan mereka, di saat mereka sudah memahami seluk beluk keluarga kita." jelas Okta.
"Tapi kenapa dia membalaskan dendamnya pada anak-anak kita?"
"Karena dia ingin melihat kita hancur kehilangan seseorang yang berharga dalam hidup kita. Sama halnya dengan dia yang kehilangan adik kandungnya." jawab Farel yang terlihat mengepalkan kedua tangannya kuat.
"Yang menimpa Jenniferpun ternyata sudah di rencanakan dari sebelumnya, anak-anak itu adalah suruhan Louis untuk memperkosa Jen, setelah Jen dia mulai beralih ke Vino. Dia membuat kebocoran bahan bakar pada pesawat yang Vino kendarai. Dia mengorbankan banyak nyawa karena kecelakaan pesawat itu." ucap Dhika tak menyangka.
"Dia lebih sinting dari pada si Axel." gerutu Okta.
"Bukan hanya Vino dan Jen, Om. Yang menimpa Leon, Azzura dan-,"Percy terdiam sesaat karena merasa tak enak pada Seno. "Dan Rindi,"
"Dia sudah mengetahui semua anggota brotherhood dan anak-anak mereka, termasuk anggota perempuan di brotherhood." jelas Angga.
"Gue sudah mencari tahu tentang Louis, dia seorang mafia di London. Dia buronan polisi dan FBI hampir di seluruh Negara. Termasuk London, Austria, Spanyol, Amerika Serikat dan Brazil. Dia juga seorang pengedar narkoba dan obat-obatan lainnya di Thailand. Dia seperti hantu, sulit di temukan." keluh Daniel.
"Ini akan sangat sulit untuk menghadapinya," ujar Dhika.
"Kita bisa saja menangkap Caren, Martin dan Wilson. Tetapi dia tetap tak akan diam begitu saja, channelnya ada dimana-mana. Termasuk para aparat kepolisian dan kementrian." ucap Okta.
"Ini sangat rumit," keluh Angga.
"Tapi gue akan tetap mencarinya kemanapun juga, gue akan membalas semua yang sudah menimpah kedua anak gue." Farel terlihat geram.
"Jack, Psyco. Sebaiknya kalian undur acara pernikahan anak-anak kalian sebelum masalah ini clear. Gue khawatir terjadi sesuatu." ucap Okta.
"Gator benar, ini sangat bahaya. Saat ini fokus mereka memang pada Leonna dan Verrel tetapi suatu saat bisa saja menimpa Vino dan Chella." ucap Daniel
"Dia menginginkan kepala anak gue, tidak akan gue biarin itu terjadi." ucap Dhika dengan geram.
"Dia akar dari permasalahan ini, percuma saja kita menebang pohonnya kalau akarnya di biarkan hidup. Pohon itu akan kembali tumbuh." ucap Angga.
"Kita harus menjadikan Caren, Martin dan Wilson sebagai umpan untuk memancing dia keluar dari sarangnya." ucap Jack.
"Ada satu cara,"
Ucapan Dhika membuat semua orang yang berada disana menatap ke arahnya. Dhika menatap ke arah Verrel yang berdiri di belakang kursi yang di duduki Percy. Verrel terlihat memisahkan diri, dan hanya bersandar di meja sudut. "Nikahi Caren, Verrel."
Deg ... Semuanya terpekik kaget mendengar penuturan Dhika, begitu juga dengan Verrel yang menatap Dhika tak percaya. "L-loe gak salah Dhik?" Tanya Okta.
"Loe meminta Verrel untuk menceraikan Leonna kan, maka jangan tanggung-tanggung. Nikahi Caren juga." ucap Dhika terlihat serius.
"Dhika, loe sadar gak sih. Gue nyuruh Verrel menjatuhkan talak ke Leonna. Karena gue tidak mau membuat Leonna terus sakit hati dan hancur karenanya. Jadi kalau dengan bercerai dulu, dan mereka berpisah. Setidaknya Leonna akan di lindungi oleh Vino, Leon dan Datan. Sedangkan Verrel fokus ke Carelina." sewot Okta.
Tak habis pikir Dhika akan meminta keponakan kesayangannya seperti itu. "Dan alasan gue juga sama, kalau Verrel menikahi Caren yang merupakan keponakan kesayangan dari Louis. Maka Louis akan keluar dari persembunyiannya dan kita akan dengan mudah menangkap keparat itu." ucap Dhika yang juga tak kalah tajam.
"Tapi tidak dengan menikahinya, Dhik." kali ini Daniel yang bersuara. Daniel paham apa yang di rasakan Verrel, walau Verrel hanya memasang wajah datarnya tetapi Daniel mampu merasakan kesakitan yang teramat di dalam hatinya.
"Kalau kita terus berackting seperti ini, kapan berakhirnya? Leonna juga akan semakin hancur, kecuali kita cepat melakukan tindakan." jelas Dhika.
"Gue setuju sama Dhika, masalah ini tidak bisa berlarut-larut, sebelum jatuh korban selanjutnya." ucap Farel.
"Gue akan tetap menurunkan beberapa anak buah gue untuk menyelidiki keberadaan Louis." ucap Jack.
"Verrel, apa kamu siap?" Tanya Dhika, Verrel masih diam seribu bahasa.
Semuanya menatap ke arah Verrel yang masih membisu. "Hanya ini cara untuk menangkap Louis, dan membuat Louis keluar dari tempat persembunyiannya." ucap Farel.
"Aku akan memikirkannya." Verrel berlalu pergi meninggalkan ruangan itu. Percy mengejar Verrel yang berlalu pergi.
Verrel menjalankan mobilnya meninggalkan café diikuti Percy. Ia membawa mobilnya seperti orang yang kerasukan membuat Percy khawatir. Hingga mobilnya berhenti di sebuah rumah kecil, itu adalah tempat latihan bela diri brotherhood yang sekarang di kelola oleh little brotherhood. Ia berjalan memasuki ruang tempat latihan boxing. Ia melepas jasnya dan melipat kemejanya hingga batas siku.
Bug
"Aaaarghhhhttt!!"
Teriakan Verrel menggema disana, bersama dengan kedua tangannya yang meninju samsak hitam yang menggantung di depannya. Verrel meninju itu tanpa henti dan berteriak mengeluarkan segala kekesalannya. Darah kembali merembes dari tangannya yang di perban, Percy melihatnya dari pintu ruangan. Percy tau Verrel sangat hancur saat ini, dia di jadikan umpan untuk menangkap mafia itu. Dan dia juga harus mengorbankan perasaannya sendiri.
"Aaarrggggghhh!!" teriaknya terdengar serak dan air matanya luruh membasahi pipi. Keringat membasahi pelipisnya, dan kemejanya. Dia tak berhenti meninju samsak, tak perduli darah menetes ke lantai.
Kak, apa maksud semua ini??? Kita belum bercerai, kenapa kakak bersama Caren???
Kakak, kakak tidak bisa seperti ini. Aku sedang hamil anak kakak dan bagaimana bisa kakak berselingkuh !!
Kakak dengar semuanya bukan, aku tidak bersalah. Aku tidak mengkhianati kakak.
Kak, aku mohon mumpung masih ada waktu untuk kita rujuk, kita perbaiki lagi hubungan kita. Aku mencintai kamu, kak.
Kak, sekali lagi kita capai impian kita, sekali lagi kita membangun rumah tangga kita.
Ada satu pelajaran yang gue dapatkan dari ucapan Kakak saat itu. Sebenarnya bukan tentang seberapa kuat gue bertahan, atau sebanyak apa dia memberi gue maaf. Tetapi ini tentang memahami, seberapa besar gue memahami diri gue sendiri. Dan seberapa besar gue bisa memahami kak Verrel. Setelah dua hal itu, maka keikhlasan akan datang. Ikhlas untuk tetap bertahan atau ikhlas untuk melepaskannya.
Hidup itu adalah pilihan, lurus atau berliku, baik atau buruk, hitam atau putih, mencintainya atau melupakannya. Kalau Kakak memilih melepaskanku, maka aku yang akan bertahan untuk mencintainya di sini. Seperti apa yang dulu pernah gue katakan, kalau gue akan tetap di sini menunggunya sampai dia merasa lelah dan memilih kembali.
Gue ikhlas mencintai Kakak tanpa mengharapkan apapun, gue yakin Kakak akan kembali. Gue sudah berjanji padanya untuk tetap bertahan, sampai dia meminta gue untuk tidak bertahan lagi.
Iya loe bener, Papa sudah menjelaskannya semalam mengenai jatuhnya talak. Tetapi kami masih bisa rujuk, selama Kakak tidak memintaku untuk melupakannya dan memintaku untuk mencari pria lain. Aku akan tetap bertahan disini, menunggunya kembali.
"Aaaarrrgggghhhhhhhh!!"
Tubuh Verrel luruh ke lantai, ia menangis terisak dengan menundukkan kepalanya, "Kenapa, Percy? Hikzzzz."
Percy hanya terdiam di pintu ruangan, matanya berkaca-kaca melihat Verrel. Dari luar dia terlihat seperti sosok yang tangguh dan dingin, tetapi di dalam dia hancur seperti pecahan kaca. Siapa yang tak akan hancur saat harus berkorban sebesar ini dan di jadikan sebagai umpan, layaknya sebuah boneka.
"hikzz...hikzzz...hikzz..." Verrel menangis terisak, Percy baru pertama kali melihat Verrel sehancur ini. "Gue mencintainya, gue juga akan memiliki seorang anak. Tapi kenapa seperti ini? Kenapa gue begitu tak berdaya, kenapa gue seperti boneka disini. Gue lelah Per, gue ingin kembali ke istri dan calon anak gue."
Percy hanya bisa terdiam membiarkan Verrel menumpahkan segala kegundahan hatinya. Percy membiarkan Verrel menangis, karena hanya inilah yang bisa dia lakukan.
Cinta adalah pengorbanan yg tulus dari hati kita untuk seseorang yang kita sayang. Ketika dua hati saling tulus mencintai, mereka akan selalu temukan cara tuk tetap bertahan, tak peduli betapa sulitnya tuk terus bersama. Mungkin sekarang tuhan tau, kalau Verrel benar-benar lelah dalam cerita ini. Tapi dari sini tuhan ingin melihat sebesar apa kesabarannya.
Malam menjelang, Verrel kembali menuju kediaman Dhika. Verrel bahkan sudah tak tau kapan terakhir dia tidur, kesehariannya hanya berkeliling mengikuti Leonna dan menemani Caren, menjelang malam dia mengurung dirinya di ruang kerja miliknya setelah menengok Leonna. Ia hendak memasuki pekarangan rumah Dhika, tetapi terhenti saat melihat Leonna dan Leon keluar dari rumah dan memasuki mobil Leon. Verrel mengikuti mobil Leon, hingga mobilnya berhenti di sebuah pedagang pecel di pinggir jalan.
Leonna dan Leon sama-sama turun dari mobil dan memasuki pedagang pecel itu. Dari tempat Verrel berada, dia mampu melihat Leonna yang tengah meminum air teh. Verrel juga melihat Leonna makan dengan lahap. 'apa kamu ngidam memakan pecel, De? Kamu terlihat lucu sekali saat makan dengan lahap seperti itu.' Verrel tersenyum menatap Leonna yang makan dengan lahap.
Matanya memerah menahan air mata, ingin rasanya Verrel yang berada di posisi Leon, bisa menemani Leonna dan bercanda bersama. Ingin sekali Verrel memenuhi ngidam Leonna. Tak ada yang tau sesakit apa hati Verrel melihat situasi seperti ini. Situasi yang sangat indah dan menyenangkan bagi setiap pasangan. 'aku cukup bahagia walau hanya melihatmu dari jauh, De. Andai kamu tau betapa aku mencintai kamu, dan betapa aku merindukanmu.' Verrel masih tersenyum melihat Leonna yang mencubit pipi Leon dan merangkulnya. Bahkan Leon menggendong tubuh Leonna membuat Verrel sangat iri sekali. Biasanya Leonna selalu bermanja padanya. Ia mengusap matanya yang basah, hatinya terasa semakin di remas-remas oleh tangan tak kasat mata.
Ia kembali mengikuti Leonna dan Leon yang kembali ke rumahnya. Leonna dan Leon sudah masuk ke dalam rumah, sedangkan Verrel masih menunggu di luar rumah.
Satu jam sudah berlalu, barulah Verrel masuk ke dalam rumah. Dan berjalan menuju kamar Leonna, Leonna terlihat sudah terlelap. Ia duduk di lantai tepat di sisi ranjang dimana Leonna tengah terlelap dengan posisi meringkuk seperti bayi. Ia mengambil tangan Leonna dan mengecupnya. "Hai," sapanya. "Apa hari ini anak kita menginginkan makan pecel? Apa sekarang dia sudah tidur dan tak mengganggumu?"
"Aku berharap anak kita tak menyusahkanmu, dan membuatmu lelah." Verrel kembali menatap perut Leonna dan mengusapnya perlahan. "Apa kamu sudah kenyang sekarang? Maafkan daddy karena tak bisa menemani kalian, maafkan daddy yang tak bisa memenuhi keinginan kamu. Tetapi perlu kamu tahu, daddy sangat menyayangi kalian berdua. Berjanjilah kamu akan melindungi mommy untuk daddy." gumam Verrel tersenyum kecil dengan mata merahnya.
Nikahi Caren....
Verrel menghela nafasnya dalam, dia tak tau lagi harus bagaimana sekarang. Ia menatap wajah damai Leonna saat terlelap, tangannya terulur untuk membelai pipi Leonna yang mulai chubby. "Berbahagialah, walau kita tak berjodoh lagi. Tapi ku mohon hiduplah dengan bahagia, dan jaga bayi kita. Aku akan tetap menjagamu dari jauh, aku akan tetap memperhatikanmu."
"Keinginanku hanya kebahagiaanmu, mungkin lebih baik kamu membenciku dan hiduplah dengan bahagia." Ia menampilkan senyumannya walau matanya memerah menahan air matanya.
Aku hanya bisa merindukanmu dalam diam, memperhatikanmu dari jauh... diam-diam akupun sangat terluka.
"Aku akan menikahi Caren, untuk membalaskan dendam pada pria yang bernama Louis. Aku tak akan berharap apapun padamu, De. Aku ikhlas kalau kamu membenciku, aku ikhlas kamu melupakanku. Aku hanya berharap kamu selalu bahagia bersama dengan bayi kita. Jagalah dia untukku, ku mohon." Verrel mengecup kening Leonna dengan sayang dan berlalu pergi meninggalkan kediaman Dhika dengan langkah gontai.
Keesokan harinya, Verrel berada di ruangan Okta bersama dengan brotherhood. Semuanya sepakat untuk mempercepat acara pertunangan, kalau Louis tidak datang di acara pertunangan maka akan di lakukan pernikahan. Saat ini Verrel akan pergi bertemu dengan orangtua Caren, Mr. Wilson Stafford.
"Bawa ini," Farel menyerahkan sebuah pistol keluaran terbaru kepada Verrel. "hanya untuk berjaga-jaga." Verrelpun menerimanya dan menyimpannya di balik jas kerjanya.
"Loe masih suka mengoleksi senjata illegal?" Tanya Jack.
"Mampus loe Psyco, ketahuan besan." ucap Okta menggompori.
"Itu gue membelinya sah, bukan illegal. Buat jaga-jaga." ucap Farel santai.
"Verrel, kamu tau kan apa yang harus kamu lakukan?" Tanya Dhika yang di angguki Verrel.
"Kalau begitu, aku pergi sekarang. Aku akan menjemput Caren."
"Hati-hati Verrel," ucap Daniel dan Verrel hanya mengangguk.
"Hati-hati Rel," ucap Dhika tersenyum kepadanya. Verrel yakin, Dhika mempercayainya. Dan Verrel akan segera mengakhirinya tanpa harus menunggu sampai pernikahan berlangsung.
Verrel menjemput Caren di apartementnya, dan mereka sama-sama menuju ke tempat orangtua Caren yang saat ini berada di rumah keluarga besarnya di Tangerang. Sesampainya disana, mereka berdua di sambut dengan baik. Verrel di persilahkan untuk duduk di ruang keluarga Stafford yang begitu besar dan luas bak istana. Caren terus menempel di lengan Verrel tanpa ingin menjauh. Hingga Mr. Wilsonpun datang menghampiri mereka berdua bersama istri mudanya.
Verrel yang tak nyaman, langsung menyampaikan maksud kedatangannya. Dia ingin melamar Caren, dan mempercepat acara pertunangan mereka. Caren sangatlah bahagia dengan itu, Wilson menatap Verrel dengan tatapan tajamnya seakan mencurigai sesuatu. "Apa kamu yakin ingin menikahinya?" Tanya Wilson.
"Iya, Pak. Saya mencintai Caren." Verrel menunjukkan senyuman tulusnya pada Caren yang terlihat tersipu di sampingnya.
"Saya tidak setuju,"
Deg ...Verrel dan Caren sama-sama terpekik kaget mendengarnya. Hati Verrel sebenarnya bersorak ria, tetapi dia juga tak ingin rencananya sampai gagal.
"Dad," rengek Caren.
"Caren, kamu harus tau apa dia tulus atau tidak." ucap Wilson.
"Anda boleh menguji saya, Pak." ucap Verrel penuh ketegasan.
"Kalau begitu minum ini untuk membuktikannya."
Deg ...Verrel tau kalau minuman itu sudah di campuri racun, ia meangkap seringai tercetak di bibir Caren dan Wilson. Ayah dan anak yang licik, mereka memanfaat keadaan ini. Pikir Verrel,
"Ada apa? Ujiannya sangat ringan bukan. Hanya meminum anggur ini, ini anggur asli dari London. Cobalah." ucap Wilson kembali menghisap cerutunya.
'Demi Leonna, dan brotherhood. Aku akan menyelesaikan semua permainan sialan ini.' Verrel mengambil gelas itu dan meneguknya habis, Caren dan Wilson sama-sama menyeringai.
Verrel mulai kembali berbicara dengan Wilson walau kepalanya terasa sangat pusing. Hingga akhirnya mereka berhasil menentukan kapan acara pertunangannya berlangsung.
Malam menjelang, Verrel baru saja mengantarkan Caren ke apartementnya. Ia masih berusaha menunjukkan kalau kondisinya baik-baik saja walau kepalanya terasa sakit dan pusing. Shittt!!
"Ada apa dengan kepalaku."
Verrel masih berusaha untuk fokus menyetir menuju tempat latihan bela diri brotherhood dimana semua brotherhood menunggu disana. Verrel mulai oleng membawa mobil saat kepalanya terasa sangat sakit.
Brak ... Mobilnya menabrak pohon dekat rumah latihannya itu, hingga menimbulkan suara berisik. Semua anggota brotherhood keluar rumah dan berlari menuju mobilnya. Verrel baik-baik saja, hanya saja dia terus meringis kesakitan memegang kepalanya. Daniel, Okta, dan Angga segera memapah Verrel memasuki rumah. "Aaarghhhh !!" pekik Verrel saat kepalanya terasa sangat sakit.
Tubuh Verrel di rebahkan di atas sofa, dan Dhika langsung memeriksanya. "Bagaimana?" Tanya Daniel khawatir.
"Verrel di racuni," ucap Dhika. "segera bawa dia ke rumah sakit." Verrel segera dilarikan ke rumah sakit, Dhika langsung mengambil sempel darah Verrel dan memeriksanya. Tak ada yang memberitahu para istri dan Leonna dalam masalah ini. Hanya mereka yang mengetahuinya.
"Si Wilson itu sungguh licik, dia memanfaatkan situasi ini." keluh Okta kesal.
"Dia cerdik, dia sepertinya sedikit curiga karena Verrel tiba-tiba saja ingin melamar anaknya," ucap Angga.
"Gue berharap Verrel baik-baik saja." ucap Daniel terdengar lirih.
Dhika keluar dari ruang UGD, dan mereka semua berkumpul di ruangan milik Dhika. "Verrel di racuni Aconitine. Jenis racun alkaloid yang sangat tinggi yang dapat di temukan dalam spesies Aconite atau Aconitum. Itu adalah neurotoxin yang membuka TTX atau Tetrodotoxin-chanel sodium ion sensitive (Na+channels) di dalam jantung dan sel tubuh lainnya dan itu digunakan sebagai model cardiac arrhythmia. Ia sangat cepat menyerap melalui selaput lendir tetapi bisa juga melewati kulit. Dalam dosis yang tinggi dapat mengakibatkan kelumpuhan system pernafasan dan terjadi kelemahan jantung hingga terjadi kematian. Beberapa menit setelah pencernaan paresthesia, akan muncul gejala perih dalam mulut dan meluas ke seluruh tubuh yang dimulai dari anggota gerak. Anesthesia, mengeluarkan keringat dari dalam tubuh, rasa pening, dan gejala-gejala lainnya. Kadang-kadang rasa sakit yang hebat yang mengawali nyeri pada perut atau diare. Tidak ada penawar racun untuk Aconitine." Jelas Dhika.
"Lalu bagaimana dengan Verrel?" pekik Daniel.
"Ya tuhan, nyawa Verrel bisa melayang dalam hitungan jam."
"Gue akan mencari penawarnya, gue akan berusaha mencarinya untuk Verrel." Ucap Dhika.
"Gue akan membunuh Wilson kalau terjadi sesuatu pada Verrel." gumam Daniel mengepalkan kedua tangannya dengan kuat.
"Untuk sementara, gue memberi obat untuk memperlambat penyebaran racun dalam tubuh Verrel sambil berusaha mencari penawarnya." ucap Dhika,
"Lalu apa yang akan terjadi pada Verrel?" Tanya Seno.
"Dia akan terus merasakan pening, sakit kepala yang hebat dan juga sakit di bagian ususnya." ucap Dhika,
"Kapan Pertunangannya?" Tanya Jack.
"Verrel bilang minggu depan," ucap Dhika.
"Kita harus mempercepatnya, kita juga perlu menolong Verrel. Semakin lama, racun itu semakin menyebar ke seluruh tubuh Verrel." ucap Angga.
"Gue berharap, Louis muncul saat pertunangan Verrel dan Caren."
"Apa mungkin korban selanjutnya itu Verrel, bukan Leonna." ucapan Edwin membuat semua orang menatap ke arahnya."ini hanya pemikiran gue, Caren terus memberi racun ini. Bukan untuk melumpuhkan Verrel, tetapi membunuh Verrel secara perlahan."
"Itu masuk akal," ucap Dhika berpikir keras.
"Kalau begitu, nyawa anak gue bener-bener dalam bahaya." keluh Daniel.
"Bisa saja tujuannya adalah Verrel, tetapi mereka mencari kelemahan Verrel yang tak lain adalah Leonna," jelas Jack.
"Kalau begitu, kita semua sudah masuk ke dalam perangkap mereka." ucap Dhika terlihat frustasi. Ini sangatlah rumit,
"Ini tidak bisa di biarkan. Gue tidak ingin ada korban lagi." ucap Farel.
"Kuncinya adalah Louis." gumam Seno.
"si Louis kapan bisa nongolnya?" Tanya Angga sangat geram.
"Dia akan datang di hari pertunangan," Ucapan seseorang membuat semuanya menengok.
"Verrel," Daniel langsung beranjak membantu Verrel.
"Aku sudah lebih baik, Ayah." Verrel masih berusaha berdiri tegak, tak perduli wajahnya yang pucat. "dia pasti datang di hari pertunangan Caren."
"Kalau begitu, kita lakukan rencana B." ucap Dhika yang di angguki semuanya.
Aku tak takut mati, untuk melindungimu...
Aku akan segera kembali Delia, bersabarlah sebentar lagi.....
Verrel baru sampai ke dalam kamarnya, ia merasa sangat lelah. Dhika memintanya untuk banyak beristirahat. Ia beranjak meminum obat penghambat racun dalam tubuhnya seraya merebahkan tubuhnya di atas ranjang. Ia menatap burung bangau dengan nanar di depannya yang menggantung di langit-langit kamar. Setetes air mata luruh dari sudut matanya, rasa sakit di kepalanya tak sebanding dengan hatinya yang sangat hancur.
"Aku kangen sama Kakak, Oni. Dia sedang apa yah." Verrel terhentak mendengar itu, ia memakai earphone sebelahnya lagi di telinganya. Seno memberikan alat penyadap suara yang di pasangkan di handphone Leonna membuatnya bisa mendengar apa yang Leonna bicarakan. "Dede bayi juga rasanya sangat ingin di elus oleh dia. Tapi Kakak gak perduli lagi sama kami, dia lebih perduli pada si Kere itu." Ucapan Leonna semakin meremas hati Verrel, air mata semakin mengalir dari sudut matanya.
"Aku ingin sekali membencinya, tetapi aku tidak bisa. Aku mencintainya, tolong bawa dia kembali, Oni." Isak Leonna mampu menyayat hati Verrel. Ia merasa luka di dalam hatinya seperti tengah di siram cuka. Rasanya sangat perih.
'Maafkan aku karena aku sangat mengecewakanmu, maaf karena aku sudah menyia-nyiakan kamu. Maafkan aku, Delia.' Verrel tersenyum kecil mendengar gerutuan Leonna yang memaki dirinya sambil menangis. Ia kangen tetapi benci,
"Aku merindukanmu, Delia. Sangat," gumamnya menatap nanar burung bangau.
Saat ini Leonna, Chella dan Datan tengah berkumpul di dalam kelas mereka. Datan menggoda Leonna dengan mencolek pipinya yang tengah menatap handphonenya. "Yang satu senyum senyum mau merid, yang satu masih dalam kegalauannya." ucap Datan.
"Apa sih, gue gak galau." Leonna menyimpan handphonenya kembali.
"Kalau nggak, ngapain lihatin foto Abang Verrel mulu," sindir Datan membuat Verrel tersenyum mendengarnya dari dalam mobil miliknya. Ia menyandarkan kepalanya ke jok mobilnya sambil mendengarkan suara Leonna. Ia tengah berada di area parkir kampus Leonna,
"Anaknya kangen sama bapaknya, apa salah." Leonna menghela nafasnya. Datan mulai curhat kisah cintanya pada mereka berdua. "Lagian berani mengenal cinta harus berani sakit hati," celetuk Leonna akhirnya membuka suara.
"Ciee si otak naena otaknya mulai bener," Chella berucap dengan antusias seraya mencubit pipi Leonna, membuatnya mencibir kesal.
"Otak gue udah bersih, gak ada enaena lagi." ucap Leonna kesal.
"Kagak yakin gue, loe tobat sekarang karena lagi berantem, tar balik lagi juga bakalan mesum lagi." ucap Datan,
"Balik lagi sama siapa? sekarang abang loe mau tunangan sama si Kere bau asin," celetuk Leonna kesal membuat Verrel terkekeh mendengarnya.
"Siapa? laki loe?" goda Datan.
"Kagak punya laki, gue." ucap Leonna
"Yakin?" goda Datan membuat Leonna mencibir kesal. "Lalu Verrel siapa."
"Siapa yah, mendadak amnesia gue!" ucapan Leonna membuat Verrel terkekeh sendiri mendengarnya. Ia yakin saat ini wajah Leonna sangatlah lucu dan menggemaskan, dan Verrel sangat menyukai itu. "Gue ngidam," ucap Leonna membuat dua sahabatnya menghela nafasnya lelah.
"Gue sibuk," Datan segera beranjak meninggalkan mereka membuat Leonna berkaca-kaca ingin menangis.
"Kunyuk Onta, Woyyyy....." Teriak Chella saat melihat Leonna sedih. Datan hanya hanya melambaikan tangannya,
"Kalian gak mau yah,," Leonna menangis dalam diam dan beranjak pergi meninggalkan Chella yang hanya melongo.
"Eh,," gumam Chella bingung. "Astaga,, Ona tunggu," Chella berlari mengejar Leonna yang berlalu pergi.
Datan duduk di kantin tepat di meja paling pojok. Ia mengeluarkan handphonenya untuk memainkan gamenya, seketika seseorang berpakaian hitam hitam duduk di sampingnya.
"Oh shitt!" pekik Datan menengok ke sampingnya. "Abang sedang apa disini?" tanya Datan saat melihat Verrel duduk di sampingnya dengan pakaian hitam dan jas hitam hingga batas leher. Kaca mata hitam bertengker di hidungnya dan topi hitam yang dia pakai.
"Mengawasi Leonna dan Martin, apa lagi." Verrel melepas kacamatanya. Datan hanya beroh saja. "Leonna ngidam apa,?"
"Abang tau?" pekik Datan kaget.
"Iyalah, dan kamu malah menolaknya." Datan merasa bersalah.
"Ba-bagaimana abang tau?",tanya Datan terpekik kaget.
"Ini,," Verrel melepaskan alat penyadap suara yang menempel di telingannya dan menempelkannya ke telinga Datan.
"Kenapa semuanya jahat? Gak ada yang mau bantu dan menuhin ngidam kamu, nak. Gak om gak papamu, mereka tega dan kejam, mereka egois. Mama sendirian, hu huhu..." isak Leonna.
"I-ini?"
"Handphone Leonna sudah di pasangkan alat penyadap suara. Jadi semua yang dia katakan bisa aku dengar." ucap Verrel
"Termasuk makiannya pada abang?" tanya Datan membuat Verrel mengangguk.
"Penuhin keinginannya Datan, sekali lagi abang mohon,"
"Ja-jangan memohon, aku pergi karena ngidamnya suka aneh-aneh."
"Tanya dulu dia ngidam apa, kalau mencari sesuatu biar Abang yang cari." ucap Verrel, "abang tidak ingin melihatnya sedih lagi." Datan melihat helaan nafas lelah dari Verrel, wajahnya juga terlihat pucat.
"Oke, aku akan menghampiri Leonna sekarang." Datan segera beranjak untuk menghampiri Leonna meninggalkan Verrel sendiri.
"Heh Ona," panggil Datan tetapi Leonna beranjak pergi meninggalkannya. Datan segera menghalangi langkah Leonna.
"Pergi loe!" ucap Leonna seraya menghapus air matanya.
"Oke sorry, sekarang gue bakalan menuhin ngidam loe. Ayo sebutkan,,"
"Terlambat,," Leonna beranjak melewati Datan tetapi ia halangi.
"Ayolah Ona, jangan gini. Gue minta maaf, sorry yah princes Leonna yang cantik," bujuk Datan memegang dagu Leonna. Leonna segera menepisnya dan mencibir kesal. "Ayo sebutkan ngidam apa? Gue akan lakuin segalanya sekarang."
"Cariin gue ikan nemo tapi pengen di ambil langsung dari laut. Gue nunggu di atas kapal, loe yang nyelem." ucap Leonna.
"A-apa?" tanya Datan. "tapi ikan itu sulit di temukan,"
"Pokoknya gak mau tau, pulang kuliah kita ke anyer." Leonna beranjak pergi.
"Astaga tuh bumil kenapa ngidamnya aneh," gumam Datan.
Drrt drrt
"Ya bang?"
"Kamu jaga dia, abang yang pergi cari ikannya. Nanti kita bertemu di Anyer,"
"Tapi bang?" ucapan Datan terhenti karena Verrel sudah memutuskan sambungan telponnya.
Sore menjelang, Datan pergi ke Anyer bersama Leonna dan Pretty. Di mobil belakang ada Vino dan Chella, Leon akan menyusul setelah kegiatannya selesai, mereka akan menginap di pantai Anyer.
Tak lama mereka sampai di pantai Anyer, mereka semua memilih untuk makan dulu. Datan berpamitan dengan alasan akan ke toilet. Ia berjalan cepat ke arah pantai yang cukup jauh dari restaurant, ia segera menaiki kapal boats putih yang ada disana dan ia segera meminta nelayan meninggalkan tempat itu. Datan pergi sendiri sesuai arahan Verrel, tak lama Datan melihat sebuah kapal boat putih tak jauh di depannya.
Kapal boats yang Datan naiki berhenti di dekatnya. Datan meloncat ke kapal boats itu dan berteriak memanggil nama Verrel. Tak lama dari dalam air muncullah Verrel dengan menggunakan pakaian selam, Verrel bergegas menaiki kapal itu dan melepas alat pernafasannya dan kaca mata selam. Ia merebahkan tubuhnya di atas kapal, Datan duduk di sisinya. "Dari tadi siang abang menyelam?"
"Hmm, sulit cari ikan nemo." keluh Verrel.
"Kenapa gak beli saja, pasti banyak deh di toko penjual ikan hias."
"Ini ujiannya, keinginan Leonna ingin ikannya di dapat langsung dari laut."
"Astaga bang, sampai kapan coba." ucap Datan,
"Sampai dapat, mereka dimana?"
"Sedang makan di restaurant seafood."
"Kamu meninggalkan mereka?" pekik Verrel.
"Tidak, ada Vino juga. Sepertinya si es balok juga sudah sampai di sana."
"Nanti kamu gunakan kapal yang itu, dan bawa mereka kesini. Aku akan menyembunyikan kapal ini di balik karang. Nanti kamu nyelam dan kembali naik ke kapal ini. Biar abang yang nyari," ucap Verrel.
"Apa tidak apa-apa? Lalu bagaimana kalau tidak juga di temukan?"
"Pasti ada, aku yakin," ucap Verrel membuat Datan terdiam.