52. Pengorbanan... - Three

Leonna masuk ke dalam ruangan Verrel yang sekarang sudah di pindahkan dari ruang ICU ke kamar VVIP. Ia berjalan mendekati brangkar, Verrel terlihat masih terlelap karena tadi sang papa bilang kalau Verrel baru saja di beri obat. Mendengar langkah kaki seseorang yang mendekat, Verrel membuka matanya perlahan dan keningnya mengernyit menatap seseorang di depannya. Verrel terlihat menutup matanya kembali dan membukanya, kernyitan itu semakin jelas terlihat. Di depannya seseorang berdiri dengan memakai kostum doraemon dan sibuk memainkan jari-jarinya di depan perut buncitnya.

"Kamu.." Verrel beranjak bangun dari rebahannya, dan duduk di atas brangkar. Leonna berjalan mendekati Verrel yang masih terlihat bingung. Ia menyodorkan permen dari saku ajaibnya ke Verrel. 'I Miss You.'

Itu tulisan dalam permen. Verrel kembali menatap doraemon di depannya. Leonna menyimpan telapak tangannya di dadanya sendiri, lalu kedua tangannya membentuk love dan menunjuk Verrel. Verrel yang penasaran langsung menarik kepala badut itu dan terlihat jelas wajah Leonna yang sendu. "Aku kangen Kakak."

Verrel tersenyum melihatnya dan menarik Leonna kedalam dekapannya. "Maafkan aku De, maafkan semua kesalahanku." Verrel menenggelamkan wajahnya di lekukan leher Leonna.

"Aku sudah memaafkan Kakak, aku tidak berhak untuk marah pada Kakak setelah apa yang Kakak lakukan untukku." Leonna yang menangis di pelukan Verrel.

"Aku sangat sangat merindukanmu," gumam Verrel mengecupi lekukan leher Leonna dan air matanyapun luruh membasahi pipi.

"Dengar Kak," Leonna melepaskan pelukannya menatap Verrel dengan sendu. "Aku akan melakukan apapun yang Kakak mau, aku juga akan memberikan seluruh hidupku untuk Kakak, hanya untuk Kakak. Tetapi berjanjilah satu hal padaku, jangan pernah tinggalkan aku lagi. Aku mohon,," Leonna menangis terisak membuat Verrel membelai pipinya dan menghapus air matanya.

"Kamu ingat perkataan ini, hidup adalah sebuah pilihan. Lurus atau berliku, pahit atau manis, hitam atau putih, mencintai atau melupakan, melepaskan atau memperjuangkannya. Dan pilihanku adalah selalu dan akan terus memperjuangkanmu, memperjuangkan cintaku. Kamu adalah duniaku, Leonna. Hidupku akan selalu berputar padamu seperti bayangan yang tidak akan pernah menjauh dan hilang." Mendengar penuturan Verrel barusan, Leonna langsung memeluk Verrel dengan tangisnya yang sudah pecah.

"Aku mencintai Kakak, hikzz....." Verrel tersenyum membelai kepala Leonna.

Khem khem

Deheman itu menyadarkan Verrel dan Leonna, keduanya sama-sama melepaskan pelukan mereka dan menengok ke arah belakang dimana semua keluarga brotherhood berdiri. Begitupun dengan Datan, Leon, Adrian, Vino, Chella dan Percy. "Belum muhrim," tegur Okta yang saat ini duduk di atas kursi rodanya.

"Daddy sudah baikan?" Tanya Leonna menghapus air matanya.

"Ck, kamu kemana saja Princes. Kamu terlalu sibuk dengan ex suamimu itu dan melupakan daddy unyumu ini. Untung saja daddy tidak jadi mati, kalau jadi kan kematian daddy akan begitu merana karena putrinya melupakan daddy." ucap Okta.

"Lebay," cibir Angga membuat yang lain terkikik.

"Tapi syukurlah daddy tidak jadi mati, jadi Leonna tidak akan cepat cepat insyaf jadi wanita anggun." ucapan Leonna membuat yang lain semakin terkikik dan Okta hanya bisa mencibir.

"Emm, mumpung semuanya sedang berkumpul," gumam Verrel yang masih terlihat lemah. Verrel menarik kedua tangan Leonna membuatnya bingung. Verrel tersenyum menatap mata hazel Leonna yang berbinar indah, Leonna juga ikut tersenyum menatap Verrel. "Aku Verrel Alexander Orlando, di depan semua keluarga dan orangtuamu. Aku ingin menarik talakku kembali dan memintamu untuk rujuk kembali. Apa kamu mau menerimaku kembali sebagai imam dalam hidupmu dan menerimaku kembali sebagai suamimu yang sah, Leonna Fidelia Adinata?"

"A-aku," Leonna mendadak salting dan bulshing. Ia tak menyangka Verrel akan memintanya rujuk sekarang. Dia pikir mereka akan pendekatan dulu. Ia menganggukkan kepalanya dan menunduk karena malu.

"Apa?" Tanya Verrel seakan tidak puas. Leonna menatap mata biru Verrel yang teduh dan tajam.

"A-aku tidak ingin menjadi jandanya Kakak. Aku hanya ingin menjadi nyonya Verrel Alexander Orlando." ucap Leonna membuat yang lain mengucapkan syukur.

"Si Ona berbelit deh mau jawab iya saja." celetuk Datan.

"Bapak dan Anak sama saja, mengganggu acara keromantisan orang." cibir Serli.

"Papa, jadi aku dan kak Verrel gak jadi cerai? Jadi sekarang aku kembali menjadi istri Kakak?" Tanya Leonna menatap Dhika.

"Iya saying. Dalam agama kita, selama masa idah belum habis, maka kalian bisa kembali rujuk tanpa harus menikah kembali." jelas Dhika.

"Yah, padahal Leonna pengen nikah lagi sama Kakak. Biar bisa honeymoon bareng Chella dan abang." ucap polos Leonna.

"Bener banget Ona, kita bisa honeymoon bersama-sama nanti. Pasti seru banget deh." ucap Chella tak kalah antusias.

"TIDAK," protes Vino dan Verrel mendengar celotehan kedua wanita itu. Bagaimana mungkin mereka berpikir akan melakukan honeymoon berjamaah.

"Ih kenapa? Abang cuma mau enaena terus sama Chella yah, makanya tidak mau honeymoon bareng." ucapan Leonna membuat Chella dan Vino malu sendiri. Ucapan frontal Leonna membuat para orangtua tertawa.

"Dhika, anak loe dulu di kasih makan apa sih?" Tanya Farel menggelengkan kepalanya.

"Tidak bisa honeymoon berjamaah, Delia sayang. Lagian Kakak tidak berpikiran untuk honeymoon." ucap Verrel.

"Kan kita belum honeymoon," cicit Leonna.

"Kakak akan ajak kamu ke suatu tempat yang sangat indah, tempat impian kita berdua." bisik Verrel.

"Serius?" Tanya Leonna berbinar bahagia, dan Verrel menganggukkan kepalanya. "aaaa Kakak, lopelope deh." Leonna tanpa malu mencium bibir Verrel di depan semua orang membuat Leon dan Adrian memalingkan wajahnya. Verrel juga bukannya melepaskan ciumannya, malah membalas memangut bibir Leonna.

"Astoge, buah memang jatuh tak jauh dari pohonnya. Anak sama bapak sama-sama mesum dan tak tau tempat." keluh Okta membuat Dhika dan Thalita terkekeh.

"Yang jonesss kepanasan." celetuk Datan membuat Verrel melepas ciumannya dan terkekeh. Leon dan Adrian terlihat memerah dan memalingkan wajahnya.

"Kasian banget yang jones." kekeh Vino yang tengah merangkul calon istrinya.

"Untung ada Pipit tersayang," Datan merangkul Pretty tetapi di tepis oleh Percy membuat Datan menggerutu kesal sedangkan Pretty hanya bisa terkekeh.

"Kakak gak tau tempat, main nyosor-nyosor saja." celetuk Adrian.

"Sabar yah para jones," Leonna meleletkan lidahnya di depan mereka.

Bukankah cinta itu indah, saat ketulusan cinta sudah melekat dalam hati. Maka akan terbangun keikhlasan. Ikhlas berjuang dan ikhlas bertahan....



Leonna baru saja selesai membantu Verrel untuk memakan makan malamnya. Ia memaksa untuk menginap disini bersama Verrel. Dan akhirnya sang papa dan Verrelpun mengalah karena rengekan Leonna yang sulit di bantah. "Kak,"

"Hmm,"

"Kakak kenapa melakukan ini? Ternyata Kakak yang jadi mister Emon selama ini, kakak menghiburku saat aku menangis. Bahkan Kakak tidak marah saat aku memaki Kakak habis-habisan."

"Kenapa harus marah, Kakak sadar akan kesalahan Kakak. Kakak sudah menyakiti kamu, Delia. Dan cara satu-satunya untuk menghiburmu adalah dengan menyamar, walau harus menjadi seorang mister Emon. Yang penting Kakak bisa ada di sisi kamu dan menghibur kamu, kakak ingin selalu menjadi orang yang bisa menghapus air mata kamu." Leonna menatap Verrel dengan seksama.

"Aku tidak memahami cinta yang Kakak miliki untukku. Kakak terlalu banyak berkorban."

"Tidak Delia, ini sudah kewajibanku. Kamu adalah seseorang yang memiliki hatiku, dan aku akan berjuang semampuku untuk menjaganya."

"Aku benar-benar tidak menyangka kalau mister Emon itu adalah Kakak, apalagi saat mister Emon jogged jogged lucu, aku tidak bisa bayangin muka Kakak yang selalu stay cool." Verrel terkekeh mendengar penuturan Leonna.

"Tidak perlu kamu bayangkan, oke. Itu sedikit memalukan." Kekehnya.

"Tapi aku penasaran," cicit Leonna.

"De,"

"Ihh Kakak, kan penasaran pengen lihat wajah Kakak pas jogged jogged gitu." rajuk Leonna.

"Baiklah, kapan-kapan saja yah."

"Sekarang," rengek Leonna.

"Aduhhh perut Kakak sakit lagi, De." keluhnya memegang perutnya.

"Kenapa Kak? Apa aku harus memanggil Papa?" tanya Leonna khawatir.

"Tidak perlu, cukup kamu cium Kakak saja." Leonna melongo,

"Modus," Leonna memukul lengan Verrel yang terkekeh.

"Jangan sekarang yah, Sayang." Verrel membelai pipi Leonna dengan lembut.

"Baiklah,, tapi aku akan menagihnya nanti." Verrel hanya bisa menganggukkan kepalanya. Leonna merebahkan kepalanya di dada bidang Verrel dan memainkan tangannya di dada Verrel. "Aku merasa ini adalah sebuah mimpi, mimpi indah yang seperti kenyataan."

"Ini bukanlah mimpi," bisik Verrel mengecup kepala Leonna.

Leonna melepas pelukannya dan menatap Verrel dengan sendu. "Kakak tau gak, Leonna benar-benar kesal sama Kakak saat itu. Aku maki-maki Kakak bahkan aku begitu ingin mencekik Kakak, tetapi ternyata di belakangku Kakak jauh lebih sakit, Kakak jauh lebih menderita. Kenapa Kakak tidak mau berbagi dengan Leonna? Kenapa Kakak tidak mengajak Leonna untuk ikutan bermain acting? Apa Kakak begitu meremehkan bakat acting Leonna? Apa Kakak begitu tidak mempercayai aku?" amuk Leonna memukuli dada Verrel dengan kesal. "Kakak hampir saja membuatku membencimu, kenapa Kakak selalu seperti ini." Verrel tersenyum melihat Leonna yang marah-marah dan menumpahkan kekesalannya. "Apalagi saat aku melihat Kakak mencium si Kere itu, aku ingin memukul Kakak, menjambak Kakak dan mencekik Kakak tanpa ampun."

"Aku ingin mencekik Kakak, tau gak! Kakak nyosor bibir monyongnya si kere bau ikan asin itu." Leonna menyerang Verrel dan mencekik Verrel hingga Verrel terdorong dan kepalanya jatuh ke bantal, dengan Leonna duduk di sisi brangkar. Verrel hanya tertawa melihat Leonna yang mengamuk sambil menangis. Setelah lama, Leonna melepas cekikan longgarnya di leher Verrel.

"Kenapa berhenti mencekik?" Verrel menaikkah sebelah alisnya.

"Aku tidak mau jadi janda, dan aku tidak mau anak ini lahir tanpa daddy."

Verrel menarik kepala Leonna agar merebahkannya di dada bidangnya dan mengelus kepala Leonna dengan lembut. "Maaf De, sungguh maafkan aku. Aku tidak berniat mengkhianatimu."

"Aku tau, dan itu alasannya aku tidak ingin Kakak mati dulu." Verrel terkekeh mendengarnya.

"Kamu kejam juga yah,"

"Kakak tau." Leonna menengadahkan kepalanya menatap Verrel. "aku tidak akan segan-segan mencekik Kakak kalau Kakak ketauan selingkuh."

"Serem amat."

"Biarin, aku tidak mau berbagi suamiku dengan siapapun. Cukup kemarin saja." Leonna kembali memeluk tubuh Verrel dan menaikkan kedua kakinya untuk ikut merebahkan tubuhnya di samping Verrel.

"Bagaimana keadaannya?" Verrel mengusap perut Leonna setelah keduanya terdiam cukup lama.

"Dia sehat, mommy bilang bayi kita sangat sehat. Karena aku sering bergerak kesana kemari, dan itu membuat bayi kita ikut terolahragakan." Ucapnya dengan riang. Inilah princes cantik yang riang, yang selalu Verrel rindukan.

"Usianya pasti sudah masuk tiga bulan?" Leonna mengangguk antusias, dan membiarkan tangan Verrel mengelus perutnya yang sudah terlihat menonjol. "Kamu mau ngidam apa?" Leonna mengernyitkan dahinya mendengar penuturan Verrel.

"Aku gak mau ngidam apa-apa, kenapa Kakak menanyakan itu?" Tanya Leonna.

"Aku cemburu melihat Leon, Vino dan Datan selalu menemanimu memenuhi semua ngidammu. Aku juga ingin menemani dan memenuhi semua ngidam istriku." protes Verrel terdengar lucu.

"Hey baby, daddy kamu nanya tuh kamu ngidam apa. Sekarang kamu mau apa? Ayo kasih tau mommy, dan jangan yang mudah-mudah, minta yang sulit ke daddy. Seperti nyolong ayam tetangga atau nyari cacing bersama opa Daniel."

"Usil bener sih," Verrel mencubit hidung Leonna membuatnya terkekeh. Leonna tau, Verrel dan sang ayah mertua sama-sama takut dan jijik dengan berbagai jenis cacing.

"Dihh Kakak saja yang penakut," kekeh Leonna.

"Kakak tidak takut, tapi jijik."

"Bilang saja penakut," ucapnya. "Lihat debay, daddy kamu takut sama seekor cacing yang katanya lebih menyeramkan dari singa." tawa Leonna pecah.

"Jangan membuat imej Kakak buruk di depan calon anak Kakak dong. Kamu usil bener, awas yah." Verrel menggelitik Leonna membuatnya tertawa puas di bawah kungkungan Verrel.

'Kalian boleh berbahagia sekarang.' Batin seseorang yang tengah mengintip di balik pintu. Saat melihat Angga datang bersama Daniel dari lorong lain, seseorang itu langsung merapihkan selendang yang menutupi kepalanya dan beranjak meninggalkan tempat itu.



"Caren belum di temukan?" Tanya Verrel.

Saat ini para pria dari brotherhood, dan little brotherhood berkumpul di ruangan Verrel. Okta sudah dinyatakan sembuh dan bisa kembali pulang.

"Apa dia akan sangat berbahaya?" Tanya Vino.

"Dia mengidap Gangguan identitas disosiatif, dan itu cukup membahayakan. Dia bisa melakukan apa saja yang dia mau," ucap Dhika.

"Dia pernah membunuh suster dan dokter yang menanganinya dulu."

"Ini akan sangat berbahaya," ucap Leon. "terutama untuk Ona."

Semuanya menatap ke arah Leon, ucapan Leon benar adanya. Siapa lagi yang Caren buru kalau bukan Leonna dan Verrel. "aku akan membawa Leonna ke suatu tempat, berharap Leonna bisa aman disana." ucap Verrel.

"Tetapi sebaiknya kalian tidak pergi dulu, Verrel. Sebaiknya Leonna tetap di sini bersama kami semua." ucap Dhika. "Kamu dan Leonna tinggal di rumah Papa, di rumah ada Leon dan Adrian juga yang akan melindungi Leonna saat kamu bekerja."

"Dhika benar, Verrel. Itu lebih baik, Caren sangat berbahaya. Dia pasti akan mengikuti kalian." timpal Daniel, dan akhirnya Verrelpun menganggukan kepalanya. Ia harus kembali menyimpan kejutannya untuk Leonna.

"Kita akan tetap mengawasi kalian," ucap Farel.

"Wilson sudah di hukum seumur hidup," ucap Jack.

"Syukurlah, biar dia membusuk di dalam sel penjara," ucap Okta.

Semuanya kembali terdiam memikirkan rencana selanjutnya untuk mencari keberadaan Caren. "Gue akan tetap kerahkan beberapa anak buah gue untuk mencari keberadaan Carelina." ucap Jack memecah keheningan.

"Selama Jack mencari keberadaan dia, kita harus tetap waspada terutama Leonna dan kamu, Verrel." Verrel mengganggukkan kepalanya mendengar penuturan Dhika.



Siang itu Leonna datang mengunjungi Verrel, "Hai Kak," sapanya dengan riang. Verrel hanya tersenyum ke arahnya, ia terlihat sibuk dengan handphonenya. "Astaga Kak, kenapa belum dimakan sih makanannya?" Tanya Leonna saat melihat makanan Verrel belum di sentuh sama sekali.

"Kamu pulang kuliah sama siapa?" Tanya Verrel menyimpan handphonenya.

"Jangan mengalihkan pembicaraan," Leonna menatap Verrel dengan kesal dan menyipitkan matanya. Terdengar helaan nafas dari Verrel dan melirik bubur di atas nakas sekilas.

"Makanannya tidak enak."

"Kalau mau makan enak yah jangan sakit, Lak. Lagian lambung Kakak masih dalam proses penyembuhan, jadi belum boleh makan yang aneh-aneh." Leonna mengambil mangkuk berisi bubur dan duduk di sisi brangkar.

"Aku mual makan itu terus De, lagian aku sudah sembuh total kok."

"Kalau Kakak sudah sembuh total, pasti akan di tendang dari rumah sakit sama Papa. Ayo cepat makan, nih aaa..." Leonna memaksa Verrel untuk menerima suapannya.

"Cukup," Verrel memakannya sedikit, dan menjauhkan sendok itu dari dekatnya.

"Kakak mau aku melakukan hal yang sama seperti yang dulu Kakak lakukan yah." ucapan Leonna membuat Verrel mengernyit seakan mencoba mengingat saat yang mana. "baiklah," Leonna memberanikan diri duduk di atas pangkuan Verrel dan memaksa menyuapi Verrel.

"Tidak De, sudah cukup."

"Tidak mau, cepat habiskan."

"Astaga, apa-apa ini." tegur Dhika membuat Leonna dan Verrel sama-sama menengok ke arah pintu. Dhika dan Daniel berdiri disana. "Leonna kamu ini apa-apaan sih." tegur Dhika.

"Ganas sekali kamu, Princes." kekeh Daniel.

"Habis Kakak gak mau makan," keluh Leonna menuruni brangkar.

"Papa akan periksa dulu Verrel, kamu mundur." ucap Dhika, dan Leonnapun mundur memberi ruang untuk Dhika. "Keadaannya sudah mulai membaik, hanya saja harus banyak makan dan juga mengkonsumsi buah-buahan. Kalau keadaannya semakin membaik, besok juga sudah bisa pulang."

"Dengerin tuh, susah banget sih di suruh makan saja," gerutu Leonna.

"Bukankah kamu juga seperti itu saat sakit, Princes." ucap Dhika.

"Aku gak sesulit Kakak." Daniel hanya terkekeh saja melihatnya.

