Playing With Fire (21+)

Playing With Fire

= BlackPink =

.

Ibuku menasehatiku setiap hari

Selalu berhati-hatilah pada pria

Cinta melukai bagai api, eh

Mm.. sepertinya benar

Ketika aku melihatmu, hatiku terbakar

Aku lebih tertarik padamu daripada takut

Gemetaran ini terus dan terus berlangsung

Aku ingin melemparkan segala milikku padamu

Lihat, lihat aku sekarang

Kau menggodaku seperti ini

Aku tak bisa berpaling, cinta kita membara

Cintaku membara, bakarlah sayang, bakarlah

===============

Ketika Vince bertemu Kevin sore harinya, ia hanya tersenyum penuh rahasia ketika sang sahabat berburu itu mengolok-olok dia mengenai wanita di restoran pagi itu.

Malam ini mereka sudah mempunyai jadwal pesta lainnya di tempat yang sangat bergengsi, sebuah klub malam ternama, The Grant di daerah Clapham, Saint John's Hill.

Dari hotel, perjalanan memakai mobil hanya butuh sekitar 23 menit melalui Rute A3036.

Vince sudah berdandan dengan gaya menawan seperti biasanya. Setelan jas santai warna biru tua dengan kemeja biru muda yang tidak diberi dasi, kemeja itu dibiarkan terbuka tiga kancing atasnya.

Tuan Muda Hong benar-benar terlihat jantan dan menggairahkan.

Kevin memakai kemeja warna hitam legam yang beraksen dua benang emas selebar dua sentimeter melintang vertikal di kanan dan kiri dadanya dan membiarkan kancingnya terbuka dua manik dari atas.

Ia tak kalah menawan dari Vince. Mereka berdua siap menebar jala di pesta klub malam nanti.

Memakai mobil yang disewa oleh Vince, keduanya meluncur ke area pesta.

Suasana klub malam sudah hiruk-pikuk di berbagai sudut. Dua pria Asia itu sesekali memunculkan senyum singkat jika ada seseorang yang mengenali mereka dan menyapa.

Sebagai anak-anak pengusaha level raksasa, mana mungkin mereka tidak dikenal oleh kalangan atas?

Vince dan Kevin sepakat berpencar seperti biasa. Mereka lebih suka mencari mangsa sendiri-sendiri.

Pantat Vince baru saja dihenyakkan pada sebuah kursi bar ketika dia melihat sosok berbaju merah menantang tak jauh dari tempat dia saat ini.

Sosok itu lekat memandang ke arah Vince. Apakah itu sebuah undangan nyata yang terang-terangan? Vince tergelak dalam hati. Wanita Inggris kini sungguh sangat berjiwa bebas dan moderat.

Setelah meneguk Vodka dari gelas one-shot, ia pun mulai beranjak dari kursi bar untuk hampiri wanita berkulit coklat muda bergaun merah menantang tersebut.

Pandangan mereka terus beradu tanpa malu-malu sembari Vince berjalan ke arah si wanita. Tatapan penuh arti, tau sama tau, saling bertaut tanpa perlu analisis lebih lanjut. Semuanya sudah teruji secara tepat.

Begitu Vince tempatkan dirinya di sisi wanita itu, ia langsung saja berucap, "Aku bertanya-tanya, siapa wanita cantik dan eksotis yang sedari tadi memandang padaku?"

Wanita itu tersenyum samar. Ia menjulurkan tangan kanannya yang langsung disambut Vince dan dikecup punggung tangannya. "Prue. Kau bisa panggil aku Prue."

Vince naikkan alis setelah mengecup punggung tangan Prue. Ia langsung tau nama panjang wanita itu pasti Prudence. "Nama yang beraroma keberanian dan hasrat menyala."

Baru akhirnya wanita itu tertawa kecil sambil lempar kepala dia yang dicepol di puncak kepala ke belakang. Suaranya seksi merayu meski hanya sebuah tawa. "Kau pintar merayu, Tuan--"

"Vince. Kau bisa memanggilku Vin." Vince tidak mengembalikan tangan Prue tapi justru menggenggam dan mengusap-usap menggunakan ibu jarinya.

Tak sampai setengah jam, mereka sudah berada dalam kamar VIP klub malam itu.

"Aangghh! Haanghh! Viiinnn!" Prue sudah berdiri menghadap dinding ketika vaginanya dipompa kuat-kuat oleh penis Vince dari belakang. Pakaian mereka sudah bertebaran di sekeliling ruangan tersebut.

Namun, Vince meminta Prue masih menyisakan stoking merah dan high heels merah tetap melekat padanya.

Sembari penisnya terus mengocok kencang vagina Prue, dua tangan Vince merangkum kedua payudara Prue dari belakang dan meremas kuat-kuat dan sesekali memainkan putingnya.

Prue kian mengerang keras akibat ulah Vince. Kini dia lekatkan punggungnya pada dada bidang Vince seraya terus merasakan nikmatnya penis Vince dan juga dua tangan beringas pria Asia tersebut.

Setelah Prue orgasme di menit kedua puluh tujuh, Vince menyusul pada menit ketiga puluh lima.

Vince segera mencabut penis dan melepas kondom yang dia kenakan, lalu membuang seenaknya. Toh nanti bakal ada petugas kebersihan yang akan membereskan hal-hal demikian.

Ia tarik tubuh Prue dan hempaskan tubuh berkulit eksotis Prue ke atas ranjang. Segera mulut Vince menjajah area intim Prue tanpa menunggu Prue mengatur napasnya terlebih dahulu.

Wanita tiga puluhan akhir yang masih terawat itu tersengal-sengal mendesah ketika klitorisnya dilumat bibir Vince. Dua paha yang masih terbalut stoking warna merah pun dia buka lebar-lebar agar lumatan Vince kian dalam dan memuaskan birahinya.

Usai Prue diterjang orgasme lagi, Vince berhenti dan mulai ambil kondom lain dan memasang pada penisnya.

"Hrrghhh..." Vince menggeram ketika penis miliknya menerjang masuk.

"Aarghh! Vinnhh!" Prue menjerit tanpa menahan karena kejutan itu disaat dia belum pulih dari masa antiklimaks. Selanjutnya, ia hanya bisa menjerit-jerit penuh nikmat akibat hentakan-hentakan penis Vince yang seolah-olah memporak porandakan vaginanya.

Senyum lebar terpulas di wajah Prue sambil dia terus menjerit. Toh ruangan VIP ini dibuat kedap suara, bahkan di luar pun suara musik sangat hingar-bingar memekakkan telinga. Siapa yang akan mampu mendengar suara mereka di kamar VIP?

Vince tahan dua kaki Prue di udara. Matanya menyala melihat stoking warna merah dan sepatu high heels merah Prue. Ia menciumi kaki yang terbungkus stoking itu penuh napsu dan menjilati betisnya sambil tanpa jeda memompa vagina Prue.

Puas berkutat dengan kaki Prue, Vince pun tekuk kaki wanita seksi yang masih terlihat menawan di akhir tiga puluhan tersebut, dan ia menindih Prue sambil menyatukan bibir mereka dalam cumbuan agresif penuh hasrat.

Saat mendekati limit, Vince jauhkan tubuhnya dari Prue dan tangannya sibuk meremas-remas kuat payudara Prue.

"Haanghh! Aangghh! Terus, Vin! Teruusshh!!! Aangghh!" Prue sudah mulai tak tahan. Tubuhnya gelisah dan mata terpejam kuat sembari tangan meremas tepi bantal yang dia pakai.

"Hrrghhh! Erghhh!" Vince makin bersemangat, gencar memacu penisnya menyodok dalam-dalam sambil satu tangannya mulai beralih menggesek klitoris Prue.

Hanya dengan pancingan itu, Prue menyerah dan orgasme. "Aaaarrghhhh!!!"

Vince memburu karena sebentar lagi giliran dia mencapai limitnya. "Hrrghhh! Prue! Damn! You're so tight! Prue! Orrghh! Orrghh! Ho-oorrrghh!!!" Ia menggeram keras-keras ketika akhirnya semua benih cairnya meloncat keluar dan memenuhi ujung kondom.

==============

My Love is on fire, now burn baby burn

Maka jangan bermain-main denganku, boy

Oh tidak, aku sudah terlalu jauh

Ini semua bukan gurauan

.

- Playing With Fire by BlackPink -