Harapan & Cinta Salmah

                                    ***

          Pagi ini cuaca begitu bersahabat, sinar mentari mulai menyinari tanah bumi tempat lahirku, ini akan sangat mendukung terlaksananya acara dikampungku hari ini. Sudah hampir seminggu kami melewati hari raya Idul Fitri, hari yang suci dimana orang-orang berkunjung kerumah sanak saudara, kerabat dan tetangga mereka untuk bersilaturahim dan saling bermaaf-maafan menghapus segala dosa yang pernah diperbuat selama setahun, dan kini masih terasa suasananya.

         Anak-anak, para remaja dan orang tua semuanya terlihat bahagia, sebagian diantara mereka terlihat masih ada yang memakai pakaian baru, dan pastinya berbagai macam kue pun ada di rumah mereka, ada kue yang mereka buat sendiri dan ada juga kue yang mereka beli khusus untuk menyambut hari raya yang suci ini.

Pagi ini orang-orang mulai terlihat hilir mudik dengan kesibukannya masing-masing, aku yang tengah duduk diatas rumah panggung ku didepan sebuah pintu besar dapat melihat dengan jelas mereka yang kebetulan melintas dijalan setapak didepan rumahku, mereka membawa berbagai macam kue dan makanan seperti lontong, pecel, bakso, gorengan, dan banyak lagi jenis makanan lainnya yang mereka bawa dengan motor maupun gerobak.

         Saat tengah asyik melihat kegiatan orang-orang yang terlihat didepan halaman rumahku tiba-tiba Handphone ku berdering, karena ada yang memanggil.

       "Halo Assalamu'alaikum…"Jawabku saat mengangkat handphone.

     "Wa'alaikum salam..Sal,dengar-dengar khabar katanya hari ini ada acara penutupan silek ya di kampungmu?"jawabnya.

        "Iya Rin…hari ini acara nya,main kerumahku yuk Rin? Nanti kita nonton acaranya barengan sama aku.." Ajakku kepada Rina sahabatku.

       "Iya deh…nanti aku main kerumahmu, emang jam berapa sih mulai acaranya? ".Tanya dirinya.

        "Biasanya sih sekitar jam 2 atau jam 3 mulai acaranya.."jawabku..

       "Emang acaranya selain silek apa Sal? Rame nggak nanti orang yang nonton"Tanyanya lagi.

       " Acara nya banyak Rin, selain silek ada Panjat Pinang sebagai acara pembuka, terus dihibur dengan acara musik organ tunggal dan pastinya rame donk..biasanya lebih rame dari pasar minggu di Rantau Panjang" jawabku lagi.

       "Wah seru donk ! oke nanti aku pasti main ke rumahmu Sal, tunggu aku ya !!? ".ungkapnya senang.

       "Oke..oke..awas ya nanti kalau bohong ! "balasku. Dan kami pun mengakhiri pembicaraan.

Rina adalah temanku satu kampus, kami sama-sama kuliah di STKIP YPM BANGKO, dan desa tempat tinggalnya cukup jauh dari kampungku karena harus memakan waktu lebih kurang satu jam untuk menuju kesana.

       Tak lama sekitar lima menit kemudian datanglah 4 orang sahabatku, mereka adalah teman-teman seperjuanganku semenjak awal pertama masuk kuliah hingga sampai sekarang. Sebelumnya kami memang udah janjian untuk pergi nonton acaranya barengan, sementara sambil menunggu kedatangan Rina kami duduk diatas palamban rumahku, yaitu teras depan yang biasa ada pada rumah-rumah panggung dikampungku, rumahku adalah termasuk rumah tua yang telah berdiri sekitar ratusan tahun yang lalu, yang merupakan kampung pertama yang di huni dan ditempati oleh manusia sebelum masuknya agama islam sehingga disebut juga sebagai Dusun tuo dimana salah satu rumahnya yang paling tua dijadikan sebagai rumah adat Rantau Panjang, yang konon menurut cerita rumah adat Jambi sendiri merupakan tiruan dari rumah Tuo di Rantau Panjang.

       Pelaksanaan penutupan acara silek( Pagelaran Silat Tradisional ) sendiri juga dilaksanakan dan diadakan dihalaman depan rumah adat tersebut, acara ini sudah menjadi tradisi setiap tahunnya dalam rangka memeriahkan Hari Raya Idul Fitri yang merupakan puncak segala kegiatan yang dilaksanakan selama tujuh hari yang di mulai di Kelurahan Dusun Baru dan ditutup di Kelurahan Kampung Baruh, dimana dalam acara ini juga seluruh barang pusaka Adat dan Jenis hiburan rakyat ditampilkan, jika tidak diadakan maka kemungkinan akan muncul kejadian-kejadian aneh dan penunggu dusun mengamuk. Biasanya acara penutupan silek sering mengundang bupati yaitu untuk menarik minat pengunjung.

           Dalam acara ini tidak hanya sekedar menyuguhkan hiburan saja namun juga sebagai wujud pelestarian adat dan budaya yang dimiliki oleh kampung kami yang turun temurun akan diwariskan kepada generasi muda khususnya anak-anak yang punya kemauan dan kemampuan dalam mepelajari silek atau silat yang selalu ditampilkan setiap dilaksanakannya acara ini. Saat tengah duduk diatas palamban kami meihat orang-orang mulai berdatangan dari berbagai pelosok daerah, khususnya daerah kecamatan Tabir. Ada yang datang sekeluarga membawa anak dan istrinya, ada yang berjalan kaki, berboncengan dengan sepeda motor kecuali mobil karena masih jalan setapak, para muda-mudi pun tidak ketinggalan, mereka memanfaatkan acara ini untuk mencari kesempatan bertemu pandang dan bersenda gurau dengan pasangan-pasangan mereka di tempat-tempat tertentu, seperti di pinggir-pinggir sungai, diarea persawahan yang tidak jauh dari lokasi acara.

Dari banyaknya pengunjung yang datang tentunya pakaian adalah hal yang menarik untuk diperhatikan, hampir dari semua pengunjung yang datang mengenakan pakaian baru yang sudah mereka persiapkan khusus menyambut hari raya Idul Fitri, karakter mereka bisa tercermin dari pakaian yang mereka kenakan..ada yang bergaya kota dengan pakaian celana Jeans dan baju kaos, ada juga yang berkain sarung dengan atasan baju kurung yang merupakan pakaian ciri khas Rantau Panjang, namun kebanyakan yang kami lihat sekarang sudah sangat jarang para gadis memgenakan baju kurung dan kain sarung, apalagi yang sekolah-sekolah atau kuliah dikota-kota, mereka sangat mudah sekali terhipnotis dengan pergaulan budaya kota yang menurut mereka adalah gaya anak muda zaman sekarang.

           "Salmah, coba kau lihat kearah sana….Rina temanmu sudah datang, dia datang dengan seorang lelaki, kelihatannya sangat tampan…apakah itu pacarnya Sal?" Rodiah,salah seorang temanku memberitahuku kalau Rina ternyata memang sudah datang, dia memang terlihat bersama seorang lelaki muda yang tampan, sepertinya baru kali ini aku melihatnya. Aku pun segera turun menyambut kedatangan mereka berdua.

          " Hei, kenapa kalian tidak mengabariku kalau kalian sudah sampai di Rantau Panjang, dengan apa kalian kemari? Kenapa kalian jalan kaki? Tanyaku sambil menyalami tangan mereka.

           "Iya, sekali-sekali kan bikin surprise boleh donk..?? kami kesini pake mobil Sal, Cuma jalannya tidak memungkinkan untuk dilewati, terlalu sempit jalannya..jadi kami parkir saja mobilnya diluar."Jawab Rina.

          "Wah…ternyata udah punya gandengan baru ya sekarang, kok nggak bilang-bilang sih Rin ?!"…Ungkapku dengan nada sedikit bercanda

           "Bilang apaan..? orang dia cuma teman kok ! " Balasnya.

          "Temen apa temen..?" Candaku lagi.

           "Beneran Cuma teman kok Rin, tadi kebetulan pas aku mau main kesini dia datang main kerumah, dia teman baikku diwaktu aku masih SMA di Jawa dulu..dia juga masih ada hubungan saudara kok dengan keluargaku" Jawabnya.

          "Oh begitu…., kalau boleh tau siapa namanya Rin?" Tanyaku memberanikan diri.

           "Oh iya, Bar kenalin dia Salmah sahabat baikku".Ungkap Rina.

           "Hai,namaku Bara..". Ucapnya singkat sambil mengulurkan tangan kanannya.

          "Aku Salmah" Balasku sambil menjabat tangannya.

         "Oh iya Sal, kebetulan Bara ini kuliah di salah satu perguruan tinggi di Bandung, katanya dia pernah melihat tayangan di salah satu stasiun TV yang menampilkan nuansa kehidupan budaya masyarakat Rantau Panjang, jadi tadi dia tidak menyangka sama sekali kalau aku telah membawanya ke tempat ini, salah satu daerah yang sangat ingin sekali dia kunjungi, bener kan Bar?" Ungkap Rina sembari dia melihat kearah Bara.

         "Iya benar, dulu memang pernah saya melihat daerah perkampungan ini ditampilkan di salah satu acara TV, saya sangat tertarik melihat kebudayaannya, perkampungan ini sangat unik dan tradisional sekali, saya juga kagum karena dizaman sekarang ini ternyata masih ada daerah yang mempertahankan dan menjaga kebudayaan aslinya dan saya kira kampung ini pasti punya banyak nilai sejarah yang bisa kita gali lebih dalam lagi" Ungkapnya.

          "Ya…beginilah kampung kami, memang adatnya masih sangat kuat, seharusnya kami memang patut bangga memiliki peninggalan budaya dan tradisi yang sangat menarik ini, hampir di setiap tahunnya ada saja wisatawan lokal dan asing yang datang mengunjungi kampung kami, dan pada hari ini insyaallah anda tidak akan sia-sia datang kemari karena hari ini adalah hari penutupan silek adat, suatu acara yang sudah menjadi tradisi masyarakat sini, sedikit banyaknya anda akan tau budaya asli daerah kami." ungkapku.

           "Oh ya,kapan kira-kira acara nya di mulai?"tanya Bara.

           "Nggak lama kok,sebentar lagi juga acara nya akan di mulai, mungkin tinggal menunggu bapak bupati nya datang" jawabku.

           "Bagaimana kalau sekarang kita langsung saja kesana, soalnya saya penasaran mau melihat rumah adatnya" Ajak rina.

           "Oke, boleh….tapi saya ajak teman-teman saya juga ya, mereka juga barusan datang kesini, mau ngajak kesana bareng..nggak apa-apa kan saya ajak mereka?" ungkapku.

           "Ya nggak apa-apa dong Sal, malah kalau rame-rame kan lebih seru…!" jawab rina.

                                                                           ***

            Tepat pukul 2 kami pun pergi menuju ke tempat acara, bersama Rina, Bara dan keempat temanku, sesampainya disana ternyata acaranya belum dimulai, namun dihalaman rumah-rumah disekitar rumah adat sudah ramai oleh orang-orang, pihak panitia pun mulai sibuk menyiapkan peralatan dan perlengkapan yang diperlukan untuk acara, para pemuda dan pemudi yang ditunjuk untuk menyambut bupati pun sudah berbaris rapi dan siap untuk menyambut kedatangan bupati. Kalung bunga sudah ada, pantun-pantun adat pun sudah dipersiapkan oleh pemuda dan pemudi yang berdiri di barisan paling depan.

            Sekitar 20 menit kemudian bupati pun datang, segala sesuatu nya sudah dipersiapkan dengan matang hingga acara pun di mulai. Pembawa acara segera membuka acara dan membacakan rangkaian acara, kata sambutan dari panitia dan bupati sudah disampaikan, hingga masuklah ke acara ketiga.

           "Para hadirin yang berbahagia, kini kita akan masuk ke acara ketiga…yaitu ada kata sambutan khusus permintaan dari seseorang yang telah hadir ditengah-tengah kita, dia ini sangat mencintai budaya dan tradisi adat Rantau Panjang, dia sangat berharap budaya Rantau panjang tidak hilang termakan zaman…dan mungkin untuk lebih baik nya langsung saja kita panggil orang nya, yaitu kepada saudari yang bernama Salmah..kami mohon untuk segera naik keatas panggung, waktu dan tempat kami persilahkan untuk anda."

           "Duug…" jantung ku pun berdegup bukan main mendengar namaku di panggil, aku harap bukan nama Salmah ku yang di panggil karena aku memang tidak tahu apa-apa, sebelumnya aku juga tidak pernah diberitahukan atau pun memberitahukan kepada pihak panitia namun yang jelas aku memang sangat cinta terhadap budaya Rantau panjang. Tak tahu kenapa orang-orang justru tertuju perhatiannya kepada ku.

           "Sal, itu benar nama mu yang di panggil?" Tanya salah seorang sahabat ku menatap kearah ku.

           "Nggak mungkinlah…yang punya nama nya Salmah kan banyak ". Jawabku.

           "Tapi kenapa kok orang-orang memandang kearah kamu Sal?" Tanya temanku yang satu lagi.

           "Mana saya tahu kalian kan tahu sendiri aku orang nya nggak pedean kalau ngomong di depan umum" Jawabku lagi.

          " Perhatian semuanya sekali lagi kami harapkan kepada saudari yang bernama Salmah untuk segera naik keatas panggung, jika tidak juga naik ke atas panggung maka kami akan lanjutkan untuk acara selanjut nya….!" Pembawa acara pun mengingatkan kembali kepada penonton.

            Seperti nya memang tidak ada seorang pun yang terlihat naik keatas panggung, namun…selang beberapa menit kemudian tiba-tiba ada sebuah tangan yang mengenggam tangan ku dan menarik ku pelan kearah panggung yang tepatnya berada di samping kami berdiri.

            "Hei, kenapa kau menarik tangan ku..? tolong lepaskan...mereka itu bukan memanggil namaku tapi orang lain "Jawabku. Seseorang yang menarik tangan ku ternyata adalah Bara, saya benar-benar tidak tahu maksud nya.

          " Saya tahu kamu nggak akan naik panggung kalau nggak di paksa". Ucap nya.

          "Tapi saya benar-benar belum siap untuk berbicara di panggung ini, aku juga belum mempersiapkan kata-kata yang tepat untuk membicarakan hal ini didepan mereka." Balasku dengan memohon dan mencoba menarik tanganku dari pegangannya.

         "Yakinlah kamu pasti bisa, ingat…ini adalah kesempatan yang tepat untuk mewujudkan harapan dan keinginan kamu terhadap kemajuan kampung ini, sangat banyak generasi muda yang perlu bimbingan dan arahan oleh orang-orang seperti kamu, jika kamu tidak melakukan ini tidak akan ada perubahan yang akan terjadi pada kampungmu kedepannya, malah justru kampungmu akan semakin menunjukan image yang buruk, percaya lah…pengaruh perkembangan zaman akan semakin membuat sikap dan pikiran orang-orang tidak akan terkendali. " Ucapnya dengan yakin.

         "Tapi jujur aku belum siap Bar…, mungkin kamu bisa menggantikan saya atau mewakili saya untuk berbicara, saya benar-benar belum berpengalaman berbicara di depan umum apalagi ini di depan orang-orang penting, orang-orang besar yang tentunya mereka lebih tau dan lebih berhak untuk membicarakan ini." Jawabku yang mulai gugup karena sudah berada diatas panggung, dimana mata orang-orang sudah mulai tertuju kearahku.

          "Justru karena mereka orang-orang penting saya menyuruhmu berbicara biar mereka semua tahu apa yang tengah terjadi dengan kehidupan masyarakat di kampungmu ini, dan apa yang perlu mereka lakukan untuk membantu mengatasi nya agar kebudayaan kampung ini tetap terjaga, dan menyadarkan mereka-mereka semua bahwa kampung ini bisa menjadi tempat obyek wisata budaya sebagai aset ekonomi daerah, seperti para pemuda yang kamu bilang tadi yang pergaulannya semakin merajalela bisa diberikan kegiatan yang bermanfaat, saya yakin orang-orang yang terhormat disana akan kagum dengan niat baik kamu ini, dan insyaallah para orang tua, pemuda dan anak-anak yang hadir disini pun akan terbuka pemikirannya untuk lebih bisa menghargai dan mencintai kampung ini." Ungkap Bara lebih meyakinkan.

Rasanya aku sangat malu sekali dan tidak yakin kalau aku bisa melakukannya karena jangankan untuk berbicara, berdiri saja rasa nya saya sudah tidak sanggup.

.         Akupun berniat untuk manghindar dan berlari kebelakang panggung namun saat mau membalikkan badan tangan Bara kembali menarik tanganku dan menahan ku untuk tetap berdiri di tengah panggung.

            "Hei, kenapa lari…!? Ayolah…tidak perlu takut, saya akan menemani mu berdiri disini, katakan lah kepada mereka seperti apa yang tadi kamu bicarakan kepada saya." Suruh Bara meyakin kan ku kembali.

            "Tapi bagaimana kalau nanti saya salah bicara…?".Tanyaku lagi karena masih merasa tidak yakin.

            "Kamu tidak akan salah bicara kalau kamu punya tujuan yang jelas dan baik untuk semua orang, ayolah cepat nanti keburu habis waktu mu, semua orang sudah lama menunggu." Suruh Bara lagi.

            " Baiklah saya akan coba.." Balasku.

            "Oke, ingat…kamu harus yakin dan tenang..! kamu harus bisa meyakin kan mereka" Ungkap Bara.    Bara pun meminjam kan mikrofonnya kepada pembawa acara yang dari tadi memperhatikan kami.Aku pun menarik nafas panjang untuk mulai bicara...

            " Assalamu'alaikum Wr. Wb… Yang saya hormati bapak bupati Merangin beserta rombongan, yang saya hormati para ninek mamak, tuo tenganai, alim ulama, cerdik pandai, dukun-dukun silek, tokoh-tokoh adat beserta para undangan yang saya muliakan. Sebelum nya saya mengucapkan terimakasih kepada pembawa acara beserta pihak panitia yang telah memberikan kesempatan kepada saya untuk berbicara di atas panggung ini, saya juga meminta maaf karena telah membuat para hadirin semua sedikit lama menunggu, sejujurnya kalau bukan karena dukungan teman disamping saya ini saya tidaklah mau dan mampu berbicara disini. Baiklah pada kesempatan yang baik ini saya akan menyampaikan pidato saya yang berisi beberapa pesan dan saran atas ungkapan rasa kecintaan saya pada kebudayaan dan adat istiadat kampung ini, budaya nya yang masih kuat, bangunan nya yang masih berdiri kokoh adalah bukti kalau masyarakat kampung ini masih sangat menjujung tinggi dan menghargai adat istiadat dari budaya peninggalan nenek moyang kita yang memiliki nilai seni tinggi dan berbudi pekerti luhur, memiliki nilai-nilai sosial yang tinggi, saling membantu satu sama lain, dan saling menghargai antar sesama. Inilah yang patut kita contoh, kita kembangkan dan kita terapkan dalam kehidupan kita pada zaman sekarang ini. Meskipun zaman semakin maju dan semakin canggih tapi budaya tetap kita pegang dan kita jaga, karena ini lah daerah yang menjadi jati diri dimana kita berasal, kita harus bangga memiliki kampung ini dan tinggal disini karena ini adalah warisan nenek moyang kita yang harus kita jaga dan kita lestarikan agar tidak hilang termakan zaman. Selanjutnya, mungkin disini saya juga ingin mengungkapkan rasa kekecewaan saya terhadap para orangtua, saya menyadari betul mungkin ini bukan sepenuhnya kesalahan dari mereka hanya saja saya ingin meluruskan pandangan mereka terhadap pendidikan, saya sadari memang tidak semua orang tua mampu menyekolahkan anak-anaknya untuk bersekolah tinggi-tingi karena mengingat keadaan dan kehidupan ekonomi mereka yang rendah, tapi sebagian saya rasa masih banyak para orangtua yang mampu namun sayang nya kemauan dan keinginan antara orangtua dan anak sering tidak seimbang dan tidak saling mendukung, banyak orang tua yang mengharapkan anak-anak nya bisa sukses dan berhasil dengan disekolahkan jauh-jauh di tingkat perguruan tinggi dikota-kota tapi justru anak-anak mereka sendiri yang menyia-nyiakan kesempatan itu dengan begitu mudahnya terpengaruh dan terjebak ke dalam pergaulan bebas, seperti yang sering terjadi sekarang ini adalah kasus narkoba dan seks bebas, dan ini saya rasa sudah menjadi hal yang lazim dikalangan orang-orang yang berkelas atas baik yang dikota maupun yang di desa-desa, sebaliknya ada sebagian anak yang otaknya cerdas dan berkemauan keras untuk terus melanjutkan sekolah tapi malah justru orang tua mereka sendiri yang mematahkan hasrat mereka, karena para orangtua sekarang masih ada yang membudayakan setiap anak gadis mereka untuk menikah muda, apalagi para orang tua yang tinggal dikampung-kampung, mereka berfikir pendidikan itu tidak lah penting, hanya menghabiskan uang saja, di sekolahkan pun tinggi-tinggi juga akhirnya akan sulit mendapat pekerjaan, saya kira ini terjadi karena mereka melihat pada kenyataan saat ini yang memang segala sesuatunya perlu uang, untuk menjadi pegawai negeri saja harus mengeluarkan uang puluhan juta hingga ratusan juta, jadi bagaimana bisa para penerus kita yang berbakat dan berkualitas untuk mengabdikan dirinya sebagai pendidik atau pengajar apabila mereka harus di tuntut untuk mengeluarkan uang puluhan atau bahkan ratusan juta sedangkan untuk membiayai kehidupan sehari-hari mereka saja sudah sulit. Memang jika melihat dari sisi ini ada benarnya ini merupakan tindakan yang salah dan tidak seharusnya orang-orang dipemerintahan lakukan, mereka harus bisa menimbang dan menilai batas kemampuan daripada kehidupan ekonomi masyarakat, jika sistem ini terus di lakukan maka mau jadi apa negeri ini, apakah untuk membangun negeri ini harus dipekerjakan dan dijalankan oleh orang-orang yang tidak terlatih hanya karena mereka punya banyak uang ? Inilah salah satu factor yang memberatkan keputusan para orangtua untuk memilih tidak menyekolahkan anak-anak mereka untuk sekolah tinggi-tinggi. Namun disisi lain apakah harus kita selamanya diam saja mengikuti apa yang pemerintah lakukan dan membiarkan hidup kita selalu menjadi orang-orang yang lemah dan terbelakang, yang kaya semakin kaya yang miskin malah semakin miskin, dan mengikuti saja sistem yang mereka lakukan.

Memang ini lah masalah besar yang tidak bisa diatasi dengan gampang oleh tangan-tangan para pegawai dan pejabat di pemerintahan yang juga dipersulit dengan hadirnya kemiskinan moral dan iman yang mengurangi rasa kasihan dan saling tolong menolong antar sesama, hilangnya tanggung jawab dalam mengemban tugas, serta kejujuran yang tak lagi ditanamkan, saya harap dengan adanya permasalahan ini setiap orang tua kita bisa terbuka pemikirannya bahwa itu sebenarnya tidak lah perlu dijadikan sebagai alasan yang menjadikan kita berpikir tidak perlu lagi menyekolahkan anak-anak tapi jadikanlah cambuk untuk kita bisa lebih maju lagi,berilah kesempatan untuk anak-anak kita tetap bersekolah, mencari ilmu dan mengembangkan bakat yang ada pada diri mereka untuk menjadi orang-orang yang berkompeten dalam bidangnya masing-masing, karena saya pikir dengan inilah jalan satu-satunya untuk kita mencapai dan memperoleh kebahagiaan yang sejati yaitu dengan menuntut ilmu setinggi-tingginya, karena tidak hanya ilmu yang kita dapatkan selama bersekolah tapi juga pengalaman selama proses belajar nya, dimana kita bisa mengenal orang-orang dilingkungan kita sekolah atau kuliah yang berasal dari berbagai pelosok daerah, mengunjungi banyak kota dan daerah orang-orang yang menjadi teman sekolah atau rekan kerja kita atau tempat-tempat dimana kita ditugaskan…dan ini lah kesempatan satu-satu nya dimana kita bisa melihat dan mengenal daerah luar agar bisa menjadi perbandingan dan tolak ukur apakah daerah kita sudah lebih baik atau masih tertinggal jauh kemajuannya. Bapak-bapak, ibu-ibu beserta rekan-rekan dan adik-adik yang saya cintai, dalam hidup ini tentunya kita semua pasti punya tujuan hidup yang sama yaitu hidup yang bahagia, berkecukupan tanpa kekurangan agar masa tua kita nanti hidup terjamin, tapi…untuk mencapai itu tidaklah mudah apalagi hidup di zaman sekarang, biaya hidup semakin mahal, kebutuhan semakin banyak dan lowongan pekerjaan semakin sempit karena tidak banyaknya lapangan kerja yang tersedia, jadi mulai sekarang mari lah kita tingkatkan kualitas generasi penerus kita agar kelak mereka tidak hanya sekedar bisa bekerja tapi juga bisa memperkerjakan orang-orang, dengan menyediakan lapangan kerja baik itu di bidang pendidikan, pertanian, peternakan, kesehatan, produksi makanan, hasil kerajinan tangan dan masih banyak lagi yang lain-lainnya. Saya rasa kita punya peluang besar untuk mewujudkan hal ini karena mengingat kita punya aset sebagai daerah pariwisata yang menyediakan obyek wisata budaya yang bernilai sejarah, ini akan semakin menarik minat pengunjung baik wisatawan asing maupun lokal, Jika kita beralih sejenak kepada kehidupan sosial masyarakat terutama anak-anak dan para remaja daerah sini yang tentunya kita semua tahu bahwa kenakalan mereka sudah sangat terkenal di telinga masyarakat umum, kejadian maling di pasar atau pun di rumah-rumah penduduk dan tempat-tempat umum,pemakai dan pengedar narkoba, mabuk-mabukan, maling ternak, uang dan barang-barang ditoko semua pelaku utama nya adalah actor-aktor yang berasal dari kampung kita ini, serta pergaulan remaja yang semakin bebas. Saya kira factor utama nya adalah kurang nya perhatian dari orang tua, mereka membiarkan anak –anak mereka tidak bersekolah, yang lebih mengikuti kehendak dan kemauan anak-anak, tidak keras dalam mendidik anak, tidak mengajarkan ilmu agama dan sopan santun dalam bersikap sehingga moral dan keimanan mereka tidak terbentuk kearah yang positif.

Hal ini seharus nya tidak hanya menjadi tanggung jawab para orang tua saja tapi juga sudah sepatutnya menjadi kewajiban orang-orang penting di masyarakat seperti kepala desa atau ketua RT, lurah dan sebagainya juga ikut mengatasi dan mengantisipasi, mendidik dan mengarahkan mereka dengan mencari solusi yang baik yang bisa bermanfaat untuk kemajuan daerah kita. Saya rasa solusi yang paling baik adalah dengan memberikan mereka kegiatan-kegiatan yang bermanfaat, sembari kita berikan juga arahan, bimbingan, didikan dan keterampilan, terutama sekali mengajari tentang agama islam. Baiklah…saya rasa sudah cukup panjang dan lengkap pembicaraan saya, semoga bisa di terima dengan baik, kepada semua generasi muda..teman-teman dan adik-adik yang saya cintai marilah kita tanamkan pada diri kita sikap yang berbudi pekerti, sopan dan patuh kepada orang tua, tunduk kepada agama, dan yang terakhir cintailah budaya dan tradisi adat istiadat kita, berikan yang terbaik untuk orang tua, agama dan bangsa ini. Dan satu lagi dari saya mewakili semua generasi muda, kami sangat mengharapkan kepada bapak-bapak dan ibu-ibu yang sangat kami hormati yang bekerja di lembaga pemerintahan daerah maupun pendidikan agar mau memberikan perhatiannya untuk membantu kami menyediakan sarana dan prasarana untuk memperlancar proses bimbingan dan pengajaran kepada para anak-anak yang tidak dapat bersekolah, dan yang orang tua nya tidak mampu agar perkembangan dan pergaulan mereka terarah kepada hal-hal yang positif dan bermanfaat.., saya rasa cukup sekian, mohon maaf apabila ada kata-kata saya yang kurang bekenan di hati anda karena saya hanyalah manusia biasa yang tak luput dari kesalahan, saya hanya mencoba untuk memberikan yang terbaik untuk demi kemajuan daerah kita kedepannya serta kesejahteraan kita semua. Akhir kata saya ucapkan Wassalamua'laikum Wr. Wb…".

           Dengan lancarnya aku pun dapat mengakhiri pidatoku yang cukup panjang hingga tak di sangka-sangka orang-orang yang sedari awal telah mendengarkan pidato ku memberikan tepuk tangan yang sangat meriah dengan ditunjukannya wajah decak kagum oleh para tamu-tamu terhomat khususnya bapak bupati yang tepatnya duduk di kursi khusus, bersama rombongan yang arah pandangannya tepat menghadap kearahku sekitar 5 meter jauhnya dari posisiku berdiri diatas panggung. Aku pun tak menduga sama sekali dan hampir tak percaya ternyata aku bisa dengan lancar menyampaikan pidatoku didepan orang banyak dan bahkan didepan bapak bupati, sehingga aku pun didalam hati mengucapkan rasa syukur kepada Allah SWT yang telah mempermudah jalan pikiranku untuk mengeluarkan kata-kata yang pantas dan dan layak diucapkan hingga bisa diterima dengan baik oleh mereka. Dan Bara yang dari tadi setia berdiri disampingku juga ikut memberikan tepuk tangan nya dengan semangat dan melemparkan senyum bahagia kepadaku..ia pun lansung mengulurkan tangannya untuk memberiken ucapan selamat kepadaku.

          " Selamat Nona…kamu telah berhasil dengan sangat lancar menyampaikan pidato nya, saya kagum sekali dengan cara penyampaian kalimat kamu yang tepat dan padat, tidak sia-sia saya memaksakan kamu untuk berpidato hari ini, semoga apa yang telah kamu sampaikan tadi benar-benar menjadi pelajaran dan cambuk bagi mereka untuk segera berubah dan mengambil tindakan yang tepat pada jalannya seperti yang kamu harapkan…!" ungkap Bara dengan semangatnya hingga lupa tangannya masih bersalaman dengan tanganku dan akupun mencoba melepaskannya dan menarik tanganku.

           " Ya…ini semua karena kamu Bara, aku berani melakukan ini karena dipaksa oleh kamu, dan keterpaksaan ini ternyata telah menghasilkan tindakan yang tepat, aku sangat berterimakasih kepada mu…aku saja tidak menyangka kalau aku bisa melakukan ini..semoga apa yang telah aku sampaikan tadi bisa membuka dan meluruskan jalan pikiran mereka.." Balasku.

            " Iya, sama-sama Sal, aku melakukan ini juga karena sebenarnya aku sangat mencintai kebudayaan, sudah seharusnya kita sebagai mahasiswa memberikan inspirasi dan motivasi bagi adik-adik kita, dan kritis terhadap apa yang tengah terjadi pada setiap masalah dan konflik di lingkungan sekitar kita..dan budaya adalah salah satu bentuk kearifan lokal yang sangat kita butuhkan dizaman sekarang ini untuk kita terapkan apa yang patut kita contoh sebagai tonggak dimana kita harus berpegang dijalan yang benar,yang mengandung nilai seni, adab dan etika yang sopan, mengukuhkan rasa kebersamaan dalam sosial masyarakat, saling menolong dan menghargai antar sesama dan berpegang kuat pada tiang agama. Ini lah yang telah berangsur-angsur hilang dari kehidupan masyarakat kita, yang sudah mulai tergeser oleh budaya barat, manusia sekarang semakin mudah terbawa arus kelembah nista yang mengikuti jejak orang-orang yang tak beradab, tak mengindahkan aturan dan norma agama dan tak punya rasa malu dan takut pada tuhan. Seperti yang kamu katakan tadi mau dibawa kemana negeri kita tercinta ini, penduduknya yang mayoritas beragama islam kok malah mengikuti budaya orang luar..sedangkan budaya kita sendiri dilupakan yang akhirnya tak punya jati diri dan imbasnya nanti kita tidak akan punya karakter sebagai negara islam, dan sebelum kita kehilangan itu marilah sekarang kita pelihara dan kita jaga bersama-sama dengan masyarakat serta meletarikannya agar selalu tumbuh dan berkembang dengan baik." Terang Bara lagi dengan panjang lebar, dan ini semakin memantapkan hasrat keinginanku untuk menjadikan kampungku sebagai daerah pariwisata budaya yang terkenal hingga ke mancanegara.

             Acara berakhir sekitar pukul 5 lewat, semua pengunjung sudah mulai pulang kerumahnya masing-masing termasuk bapak bupati dan rombongannya, kecuali para panitia dan tokoh-tokoh pemuda yang masih kulihat sibuk mengurusi dan menyimpulkan peralatan dan perlengkapan acara, sedangkan aku dan teman-temanku termasuk Rina dan juga Bara masih ingin berada dilokasi acara, karena aku akan mengajak mereka untuk melihat rumah adat Rantau panjang dan mengajak mereka naik ke atas rumah untuk melihat lansung bagaimana bentuk ruangan beserta isinya.

                                                                            .    ***

            Sekitar pukul 7 malam, kami sudah kembali kerumah ku, usai melaksanakan shalat magrib lalu makan malam bersama keluarga beserta Rina dan Bara yang masih ingin beristirahat di rumahku karena aku juga yang memaksa mereka untuk tidak buru-buru pulang dan bahkan aku menawarkan mereka untuk menginap dirumahku, dan Rina pun setuju karena dia juga merasa belum puas melihat-lihat dan ingin tahu banyak lagi tentang kebudayaan Rantau panjang dariku dan orang-orang setempat, apalagi Bara yang sudah dari awal tertarik dan berniat untuk menjadikan budaya Rantau panjang sebagai bahan penelitiannya untuk memenuhi syarat tugas di perkuliahannya.

              Keesokan harinya, Saat aku baru mau bangun dan membukakan mataku yang masih terasa agak berat kulihat Rina sudah tidak ada disampingku, akupun segera bangkit dan ku lihat jam di handphone ku yang ternyata sudah pukul 7 lewat, dan saat aku baru mau berdiri melangkahkan kaki keluar kamar tiba-tiba Rina datang dengan berpakaian rapi dengan pakaian yang sama dikenakannya kemarin.

             " Sal, aku minta maaf ya..aku harus pulang sekarang juga, semalam ayahku telpon aku, beliau ngasih kabar kalau ibuku lagi sakit, penyakit maagh nya yang sudah akut kambuh lagi..dan ayahku bilang akan dibawa kerumah sakit pagi ini." Ungkap Rina kepadaku. 

            " Ya….nggak apa-apa Rin, tapi mau pulang nya sekarang juga ya..!?, nggak nunggu sarapan dulu??." Balasku.

             "Nggak usah Rin… masih pagi juga kok, aku juga nggak biasa makan pagi-pagi." Balas Rina lagi sambil mengemasi tas kecilnya yang berisi dompet dan peralatan make up yang di bawanya .

             "Oh ya Bara nya udah bangun tidur belum Rin? Kamu Pulang nya sama Bara kan??" Tanya ku. 

             " Hmm…Bara sih pengennya belum mau pulang sekarang Sal, karena kebetulan dia udah berencana memang ingin meluangkan waktu liburnya disini untuk beberapa hari, tapi tadi dia bilang katanya nggak enak sama keluarga kamu dan penduduk sini, takutnya juga nanti orang-orang berpandangan yang tidak-tidak terhadap keluargamu." Terang Salmah lagi. 

            " Ya…sebenarnya kalau dipikir-pikir memang aku pribadi merasa nggak enak juga Sal soalnya dikeluargaku aku kan anak perempuan sedangkan adikku juga perempuan sudah besar, Cuma kami berdua saja, nggak ada laki-laki nya kecuali ayahku. Tapi…kalau memang Bara ingin sekali tinggal disini nanti bisa tinggal dirumah pamanku Rin , kebetulan rumahnya juga disekitar sini dan dia Cuma punya satu anak laki-laki jadi nggak bakalan ada orang yang beromentar…" Ungkapku. 

            " Oke, nanti kita usulkan sama Bara nya ya... Sekarang kita keluar yuk, sekalian mau pamit sama Ibu dan bapak…" Ajak Rina. Dan kami pun keluar tapi sebelumnya aku pergi ke belakang dulu untuk cuci muka, habis itu aku segera kedepan..keruang tengah atau lebih tepatnya ruang tamu rumah panggungku. Ku lihat Rina sudah siap akan berangkat pulang termasuk juga Bara yang tengah duduk didekat ayah dan ibuku menunggu ku untuk pamit. 

            " Sal, kami pamit sekarang juga ya, terimakasih banyak udah dikasih tumpangan nginap semalam plus makannya juga, mari pak…buk…kami pamit dulu.." Ucap Rina sambil menyalami tangan kedua orangtuaku dan diikuti oleh Bara.

           "kami pamit dulu pak, bu..maaf udah ngrepotin bapak sama ibu.." Ungkap Bara lagi dan kemudian mereka menghampiri aku untuk menyalami tanganku.

          " Sal, sepertinya sekarang belum waktu nya untuk kami berlibur menikmati dan melihat-lihat keunikan budaya kampungmu, tapi dilain waktu kalau masih diizinkan kami pasti akan main kesini lagi…". Bara pun berkata kepadaku dan begitu juga Salmah. 

          " Iya Sal, lain kali insyaallah kami pasti berkunjung kesini lagi…kalau bukan karena ada halangan ibuku yang lagi sakit aku pasti akan memanfaatkan waktuku untuk berlibur disini seharian." Sambung Rina yang memang baru kali ini melihat kampungku. Akupun tersenyum kepada mereka, dan jujur entah mengapa aku merasakan rasa antara sedih dan bahagia, bahagia karena aku telah dipertemukan dengan mereka dalam situasi kondisi yang tepat dimana saat ini aku membutuhkan orang-orang yang bisa diajak berbagi pendapat, berbagi ilmu dan pengalaman terutama sekali tentang masalah budaya dan pendidikan, dan sedih ku karena mereka harus pergi lagi, meskipun keberadaan mereka dirumahku yang baru satu hari satu malam dirumahku tapi aku merasa hubungan kami sudah sangat akrab  dan merasa kehilangan apalagi Rina yang orangnya sangat suka bercanda dan terkadang sering membuatku tertawa. 

          " Iya….kalian tenang aja, selagi kami masih tinggal dirumah ini..pintu rumahku akan selalu terbuka untuk kalian berdua." Balasku kepada mereka. 

        "Oke, sekarang kami berangkat ya, sampai ketemu nanti..,mari pak, buk kami pamit, Assalamualaikum.." Ucap mereka. Kami pun menjawab salam mereka dengan bersamaan.

                                  ***

        Tepat pukul 12.00 WIB, saat aku dan keluargaku tengah berkumpul bersama di ruangan TV, tiba-tiba ada suara dari luar yang mengucapkan salam dan kami pun menjawab salamnya, ternyata yang datang adalah adikku, dia datang ternyata tidak sendirian tapi bersama seorang lelaki, dan sempat membuatku terkejut karena lelaki yang datang bersamanya adalah Bara, "kenapa bisa kok Bara datang bersamaan dengan adikku, bukannya tadi dia pergi bersama Rina?" Ungkap bathinku, " Apa mungkin dia bukan Bara?tapi kenapa wajahnya sangat mirip..bahkan nggak ada bedanya sama sekali. 

          " Rani..darimana saja kamu? Kok bisa datangnya bersama Bara..dimana kamu ketemu sama Bara?" Tanya ibuku yang sepertinya beliau tidak meragukan lagi kalau lelaki itu adalah benar Bara. 

         " Bara??..siapa Bara? Namanya bukan Bara bu, dia namanya Agus..teman saya dikampus, kebetulan dia juga mau berkunjung kerumah saudaranya disini,jadi aku sekalian diajak pulang bersamanya, hehehe..mumpung gratis." Ungkap Rani adikku yang punya sikap seperti cowok karena dia pemberani dan suka bergaul dengan cowok-cowok, karakternya sangat berbeda denganku yang terkesan lebih lembut. 

           "Tapi kenapa dia sangat mirip dengan Bara?atau jangan-jangan kamu ini saudara kembarnya ya?" Tanya ibuku lagi yang lansung melemparkan pertanyaannya kepada Bara." Bukan bu, nama saya Agus.. Agus Hendrawan asal saya dari Jambi dan tinggal saya di Bangko, saya sama sekali tidak dilahirkan kembar bu, saya bahkan anak tunggal dikeluarga saya."Ungkapnya. 

        " Udah… nggak usah bohong sama ibu, dari suaranya saja sangat mirip, iya kan Sal?" Balas ibu yang beralih memandangku. 

        " Iya, sangat mirip nggak ada bedanya sedikitpun.."Jawabku.

       " Sebenarnya Bara itu siapa sih kak? Kok dari tadi nyebutin nama Bara terus.." Tanya Rani adikku . 

       " Bara itu temannya kak Rina sahabat kakak yang kemaren datang kesini bersama kak Rina untuk melihat acara tradisi adat penutupan silek kemaren sore, dan mereka berdua semalam nginap dirumah kita, baru tadi pagi mereka pulang dari sini karena ibunya kak Rina sedang sakit keras jadi mereka harus cepat pulang." Jawabku. 

          "Oh..begitu..jadi si Bara itu orangnya mirip kak Agus ya? Wah.. berarti ganteng donk orangnya, jarang lho kak ada cowok yang seganteng kak Agus ini..orangnya baik, dan pintar pula.." Ungkap Rani sambil melirik kearah Agus. 

        " Ah..jangan terlalu berlebihan Ran, masih banyak kok diluar sana cowok yang lebih baik dan ganteng dari kakak." Agus pun membalas. " Iya tapi kakak menurutku yang terbaik." Ungkap Rani lagi.

        " Tapi…aku jadi penasaran, seberapa mirip sih Bara itu dengan saya." Ucap Agus yang juga penasaran.

Kebingungan kami sejenak tak kami hiraukan lagi karena ini mungkin hanya kebetulan saja ada orang yang mirip dengan Bara meskipun sebenarnya hati dan pikiran ku berkata kalau dia memang benar Bara. Saat hari sudah beranjak malam, Rani dan Agus belum juga pulang dari berkunjung kerumah saudara nya yang rumahnya berada cukup jauh dari perkampungan ku, kami semua jadi cemas karena Rani belum juga pulang, dan dicoba dihubungi lewat handphone pun tidak pernah di angkatnya.Hingga hari sudah larut malam, waktu sudah menunjukan pukul 11 lewat.. Saat aku mau merebahkan badan untuk tidur,sejenak ku dengar di luar rumah ada suara seseorang memanggil sambil mengetok-ngetok pintu rumah ku, hingga ayah ku pun segera membukakan pintu dan aku pun juga segera keluar dari kamarku untuk melihat siapakah yang datang.

          " Maaf pak, kami datang kerumah bapak ingin mengabari bahwa putri bapak yang bernama Rani dan seorang kawannya telah mengalami kecelakaan yang cukup parah, kebetulan tempat kejadiannya terjadi didesa kami tepatnya tidak jauh dari rumah saya, dan sekarang putri bapak sedang dalam perjalanan untuk dibawa kerumah sakit di sini." Ungkap seorang bapak yang berumur sekitar 30'an itu dengan sedikit tergesa-gesa, dan terlihat juga ikut cemas .

           "Lalu bagaimana dengan kondisi putri saya pak? Apakah dia mengalami luka parah?". Tanya ayah ku yang mulai gelisah dan mencemaskan keadaan adikku, ibuku pun mulai panik dan gelisah bukan main. " Sebelumnya kami mohon maaf pak, setelah tadi kami melihat lansung kondisi tubuh anak bapak seperti nya tipis harapan karena bagian kepalanya terbentur keras pada aspal sehingga sangat banyak darah yang keluar, dan lagi tubuh nya…, banyak yang patah pak, saya harap keluarga bapak bisa sabar dan tabah menerima kenyataan ini." Sebelum bapak itu selesai menyampaikan tiba-tiba ibuku mendadak lemas dan terjatuh pingsan tepat dihadapan ayahku.

           Setelah ibuku siuman dari pingsan nya kami pun segera akan menyusul ayah di rumah sakit namun belum sampai kami turun kebawah dari rumah panggungku ternyata sudah datang rombongan ayahku dengan sebuah mobil yang dibelakang nya terbuka dan tampak sekali oleh kami dari atas palamban rumah ku adikku yang sudah di tutupi penuh dengan kain panjang hingga kewajahnya dan aku pun sudah bisa mengira bahwa ini sudah pertanda bahwa tak ada lagi harapan untuk kami bisa berkumpul kembali melihat tingkah dan bicaranya yang selama ini telah mengisi hidup kami dengan canda dan tawanya. Ku lihat ayahku sudah menangis dan terlihat airmata nya keluar sambil mengangkat tubuh adikku naik keatas rumah, dan ibuku pun yang melihatnya lansung meledak tangisnya hingga di panggu oleh saudara ibuku yang sudah banyak yang datang saat ibuku masih dalam keadaan pingsan, Aku pun mulai tak sanggup menahan kesedihan, kenangan masa lalu kami mulai membayang dibenakku, dan tiba-tiba…..,aku rebah dan tak sadarkan diri.

                                                                                                                     ***

           Saat aku sadar ternyata aku sudah berada di kamarku..berbaring diatas sofa tempat tidurku, ku lihat ibuku sedang duduk berada disampingku, ku tanyakan padanya apa yang telah terjadi dan dia pun menceritakan semuanya bahwa aku telah tak sadarkan diri cukup lama hingga hari sudah malam dan ternyata adikku pun telah dikebumikan jasadnya sejak siang tadi, aku pun seketika mengeluarkan air mata ketika teringat kembali pada adikku satu-satunya yang telah begitu cepat meninggalkan dunia ini dalam usianya yang masih sangat muda. Disaat keesokan harinya, sekitar pukul 9 pagi akupun telah selesai mandi dan segera menuju kedapur untuk makan pagi, saudara-saudara ibu dan ayahku sebagiannya semalam nginap dirumahku, sehingga suasana dirumahku masih terasa ramai oleh kehadiran mereka dan anak-anak mereka. Saat aku mau mengambilkan piring untuk makan ku perhatikan sekelilingnya tak kulihat sama sekali ibuku, aku pun bertanya kepada bibi Halimah yang juga tengah masak didapur. 

           "bi, ibu mana? Kok Salmah nggak melihatnya ada dirumah dari tadi." Tanyaku sambil menuangkan nasi kedalam piringku. 

            "Ibu mu lagi pergi kerumah sakit bersama ayahmu menjenguk Bara teman adikkmu yang kecelakaan bersamanya kemaren..". Ucap bibi dengan serius dan ini sempat membuatku agak sedikit kaget hampir tak percaya mendengar nama laki-laki yang kecelakaan bersama Rani ternyata adalah Bara meskipun sebelumnya sudah kuduga bahwa dia memang benar adalah Bara. 

           "Bibi tau bagaimana keadaan dan kondisi laki-laki itu sekarang bi?" Tanyaku penasaran.

          " Kondisinya tidak begitu parah Sal, dia hanya mengalami luka luka ringan dan kepalanya sedikit terbentur aspal." Ungkap Bibi. Usai bibi berkata akupun segera menghabiskan nasi dipiringku yang hanya kumasukan satu sendok nasi dan kemudian lansung pamit kepada bibi untuk menjenguk Bara dirumah sakit dengan memakai motor mio milikku yang dibelikan ayah untuk aku dan Rani.

        Sesampainya dirumah sakit aku segera mencari ruangan tempat Bara dirawat, kutemukan ruangannya setelah ku melihat disalah satu ruangan ada ayah dan ibuku dan akupun segera masuk, 

           " Kebetulan sekali kamu datang Sal, ayah dan ibu harus pulang sekarang juga karena masih ada banyak pekerjaan dan keperluan dirumah, jadi kamu yang menggantikan untuk menjaga nak Bara disini." Suruh ayah kepadaku. 

              " Iya pak, biar aku yang menjaga Bara disini." Jawabku. 

             "Saudaranya akan datang kesini sore nanti, tadi sudah bapak hubungi keluarganya mengabarkan kalau Bara sedang dirawat dirumah sakit sini." Ungkap ayah lagi. 

            " Iya pak." Jawabku lagi. Tak lama saat ayah dan ibuku telah pulang Bara pun bangun dari tidurnya. Saat matanya telah terbuka dia lansung mengarahkan pandangannya pada seisi ruangan hingga terhenti ketika melihat diriku ada disampingnya. 

           " Salmah, ternyata kamu ada disini, sudah lama datangnya Sal? " Tanya nya dengan suara sedikit pelan karena kondisinya yang masih lemah. 

             " Baru saja datang Bar, gimana kondisi badan mu apa yang saja yang terluka?" Tanyaku. " Tidak begitu parah Sal, hanya kepalaku terbentur aspal hingga sedikit mengeluarkan darah.. dari kemarin terasa pusing tapi Alhamdulillah sekarang sudah mulai menghilang." Jawabnya. 

             " Yang tabah ya Bar, mungkin ini sudah kehendak tuhan untuk memberikan cobaan kepada kita….meskipun berat untuk bisa kuterima karena harus kehilangan Rani adikku satu-satunya yang sangat aku sayangi..dan.." Suara ku pun terhenti karena Bara tiba-tiba mengenggam jemari tanganku dan berkata. 

              " Sal, aku akui ini semua karena kesalahanku, akulah yang telah menyebabkan Rani harus pergi dari sisi kalian karena aku yang mengajaknya pergi bersamaku, dan aku menyesal Sal telah berbohong kepadamu saat itu.." Ungkap Bara. 

              " Kalau boleh aku tau kenapa kau lakukan kebohongan itu Bar??" Tanyaku kepadanya. " Ceritanya sangat panjang Sal hingga aku harus berbuat demikian, saat aku dan Rina pulang dari rumahmu sesampainya dirumah kami lansung membawa ibunya Rina kerumah sakit umum Bangko, sekitar pukul 10 saat aku sedang makan disebuah rumah makan sebelum hendak pulang, disanalah aku bertemu Rani yang juga sedang makan disana, tak sengaja kami pun mendengar Rani berbicara dengan temannya lewat handhpone nya yang mengatakan kalau dia tidak ada teman pulang dan kebetulan juga aku mendengar dia akan pulang ke rantau panjang, saat dia telah selesai bicara dengan temannya aku pun memberanikan diri untuk berkenalan dengannya dan pada akhirnya aku pun mengetahui kalau Rani adalah adik kamu, dan aku pun menawarkannya untuk pulang bersamaku karena kebetulan juga ada barang ku yang tertinggal dirumahmu yaitu jaket ku tapi itu hanya lah alasan, yang sebenarnya adalah karena aku masih belum puas untuk menikmati liburan didesamu dan yang jelas aku selalu teringat sama kamu, jujur sebelumnya aku belum pernah menemukan seorang gadis seperti kamu yang punya semangat dan harapan yang besar untuk memajukan daerah kamu, yang sangat memperhatikan lingkungan dan kehidupan masyarakatnya tapi sayangnya aku lihat kamu masih belum punya kepercayaan diri bahwa kamu bisa melakukannya, makanya aku bermaksud dengan kehadiran aku disini bisa turut membantu untuk menggapai cita-cita dan harapan kamu. Saat diperjalanan hendak pulang itulah Rani banyak bercerita tentang kamu dan keluargamu dan pada akhirnya setelah mendengar semuanya dari Rani tentang kamu aku jadi semakin mendambakan sosok seorang pendamping seperti kamu yang suatu saat kita bisa bersama-sama untuk membantu membimbing dan menuntun generasi muda yang beriman, bermoral, tegas, jujur, dan adil dalam melaksanakan tugas untuk membangun daerah dan bangsa kita tercinta ini. Sebelum kami sampai dirumahmu aku dan Rani sepakat untuk membohongi kamu kalau aku bukanlah Bara tapi sebagai Agus yaitu karena aku ingin melihat respon kamu terhadap kami yang berpura-pura pacaran, awalnya itu sebenarnya ide Rani yang bermaksud ingin bergurau saja tapi saya kira itu ide bagus, dan satu hal lagi sebenarnya tujuan kami ke desa Rantau Limau Manis itu bukan lah kerumah saudara saya tapi itu adalah atas usul Rani yang mengajak saya untuk menemaninya berkunjung kerumah teman kuliahnya, hingga mungkin kecelakaan ini terjadi adalah akibat dan balasan dari tuhan atas kebohongan- kebohongan yang telah kami perbuat kepada mu dan orang tuamu...." Ungkap Bara dengan panjang lebar. 

          " Ya, sudahlah Bar… semuanya sudah terjadi, takdir tuhan tak bisa lagi kita rubah kembali, kini kita ambil saja hikmahnya agar kedepannya kita tidak lagi selalu berbuat kebohongan.." Jawabku dengan pelan. 

             " Tapi Sal… aku akan selalu diliputi rasa bersalah atas hal ini, dan seperti nya aku harus menebus rasa bersalah ini terhadap keluarga mu, aku akan bersedia melakukan apa saja, setidaknya membantu meringankan beban biaya kehidupan ekonomi keluargamu, aku akan sanggup melakukan pekerjaan apa saja atau kalau mau aku akan menjadi bagian dari keluargamu sebab ayah dan ibu mu juga sudah ku anggap seperti keluarga ku sendiri.." Ungkap Bara lagi.

             " Kamu nggak harus melakukan itu Bar, ini semua bukan sepenuhnya karena kesalahan kamu, yang penting sekarang kamu jaga kesehatan kamu hingga sembuh total dan kamu bisa kembali melakukan aktifitas kuliahmu di Jawa." Ungkapku.

               " Justru itu Sal, kalau nanti aku pulang ke Jawa tentunya aku akan lama tinggal disana dan aku tidak akan bisa membantumu untuk mewujudkan cita-cita dan harapanmu dan juga harapanku untuk…" Tiba-tiba Bara berhenti dan ragu untuk melanjutkan bicaranya.

             " Untuk apa Bar?? " Tanya Salmah penasaran. 

          " Untuk bisa memilikimu Sal, aku takut kehilangan kamu..aku merasakan hatiku tak bisa jauh dari mu.. aku akan selalu merindukanmu dan berharap kau lah yang menjadi pendamping hidupku nanti.." Ungkap Bara lagi dengan serius. Aku pun tersenyum.. dan berkata." Bara….jika kau memang ingin memilikiku coba kau pikir baik-baik apakah mau keluargamu menerima aku yang berasal dari keluarga orang miskin ini? Lalu bagaimana dengan kekasihmu yang ada di Jawa sana apakah semudah itu kau lupakan?.." Ungkapku lagi. 

       " Memang nya siapa bilang kalau aku ini berasal dari keluarga orang kaya..?keluargaku sama saja derajatnya dengan keluargamu Sal, kaya dan miskin itu sama saja, yang membedakan manusia dimata tuhan itu adalah amal perbuatan kita, ya kan?..dan darimana kamu tahu kalau aku punya kekasih di Jawa..kalaupun ada aku akan sanggup meninggalkannya demi kamu. Percaya lah Sal aku memang benar-benar cinta dan sayang sama kamu.. kalau mau aku akan bersedia melamar kerumahmu hari ini juga.." Ungkap Bara. 

        " Oke..baiklah Bar, aku percaya sama kamu, karena jujur aku pun juga merasakan hal yang sama denganmu, aku akan bersedia menjadi pendamping hidupmu tapi setelah….setelah kita tamat dari kuliah, dan ini tidak akan lama lagi..aku janji akan setia menunggumu disini sampai kau benar-benar kembali menemuiku disini dan kita akan lansung menikah.." Balasku. 

          " Benarkah itu Sal?" Ungkap Bara dengan bahagia setelah mendengarnya. 

         "Jika memang iya aku akan berjanji untuk tetap menjaga cinta ini untukmu, aku akan bersedia menunggu sampai kita berdua selesai menamatkan kuliah." Ungkap Bara bahagia.

         " Iya Bar, aku juga janji akan selalu menjaga cinta ku untukmu, semoga tuhan memudahkan jalan kita agar harapan dan cinta kita tercapai dan di ridhoi oleh Allah." Ungkapku lagi. 

         " Amiin ya Allah kabulkan lah do'a kedua hambamu yang saling mencintai ini. " Sambung Bara sambil membentangkan tangannya dan mengusapkan kewajahnya, yang menunjukan bahwa ia benar-benar serius ingin memiliki diriku sebagai pendamping hidupnya. Kami berdua pun saling berpandangan sambil tersenyum bahagia.

                     *** THE END ***

( By Fitya AFZAZS )

Rantau Panjang, 10 October 2011.

PESAN dari Saya :

• Cintailah Budaya kita

• Utamakanlah Pendidikan

• Gapai lah Cita-cita yang tinggi

• Janjikan masa depan yang cemerlang

• Tingkatkan ketaqwaan pada Tuhan

• Tanamkan kejujuran dan akhlak yang baik

• Luangkan waktu untuk membaca buku karena buku adalah gudangnya ilmu

" Sebaik-baiknya manusia adalah yang bermanfaat bagi orang lain "