"Anak-anak, seperti yang ibu bilang kemarin, hari ini kita pulang agak telat. Jadi kalian sudah bawa bekal kan?" kata guru cantik yang usianya sekitar dua puluh tahunan itu.
" Kita tidak bawa bekal Bu!" satu kelas berseru kompak. Dahi guru itu mengernyit, memikirkan sesuatu. " Ah, ya sudah. kitakan punya uang kas yang lumayan banyak, jadi kalau dibuat beli makan bagaimana?" sontak satu kelas berseru menyetujui ide guru itu. Beberapa saat kemudian, tiga anak keluar membeli makanan.
sekitar lima belas menit, mereka kembali. Dan satu kelaspun makan bersama.
" Aduh kok jadi haus banget gini ya?" keluh Frisya. Kemudian dia berjalan santai menuju dispenser yang ada di pojok ruang kelas. Yah... sekolah itu memang memfasilitasi dispenser dan ada wastafel juga didalamnya. Tangan Frisya terulur mengambil gelas kemudian, mengisinya. Sebenarnya sudah tidak sabar karena dia sudah haus berat.
'Wah... akhirnya' gumamnya dalam hati. ia pun mulai mendekatkan gelas itu ke bibirnya. Namun, baru saja mau minum, sebuah tangan merebut gelas itu dan meminumnya. Dah yah, jangan lupakan wajah innocent yang ditampakkan anak itu. Sebenarnya Frisya sangat kesal, namun ketika mengetahui siapa yang melakukannya, malah senyuman yang terbit diwajahnya.
"Heiiii! kembalikan Frand!" dia berteriak dengan wajah memelas. Tapi yang ada Efrand malah lari keluar kelas. 'huh... yasudah lah'. Frisya menyerah.
Jujur saja Frisya selalu merasakan ketenangan yang menyeruak di hatinya saat melihat senyuman manis itu. Senyuman yang sangat tulus, dengan mata yang berbinar.
'Apakah dia punya perasaan yang sama denganku? Atau hanya aku yang merasakannya?' pertanyaan yang setiap hari ditanyakan pada dirinya sendiri. Meskipun Frisya ragu, tapi dia sangat bahagia sampai saat ini Efrand masih ada disisinya mewarnai hari Frisya yang sangat menyedihkan. Tapi sampai kapan? jujur Frisya takut kehilangannya.
"Hai!" Seseorang menepuk bahu Frisya yang membuatnya terkejut.