Mayra, Kevin, Zofran dan Bu Maria duduk di satu meja yang sama untuk membicarakan prospek cafe kedepannya. Mayra melirik jam yang ada di ponselnya yang telah menunjukan pukul 21.13 dan itu di ketahui Zofran, Zofran merasakan bahwa Mayra mulai tidak nyaman.
"Saya kira ini sudah cukup, jika memang ada yang perlu kita bicarakan lagi maka masih ada waktu besok, saya harus pulang sekarang." Ucap Zofran, lalu berdiri dan mengambil ponsel yang ada di hadapannya.
"Tante Maria? mau Zofran antar atau naik taksi?" Tanya Zofran pada Maria tapi matanya berpusat pada Mayra.
"Tante bisa pulang naik taksi, lagi pula masih ada usrusan di tempat lain."
Zofran melenggang pergi keluar dari cafe dia masuk kedalam mobil mewahnya itu.
"Kevin, aku berharap cafe ini bisa di kelola dengan baik, selamat kamu telah menjadi manager."
"Terimakasih ya mbak, sudah mempercayai saya untuk memanageman cafe ini."
"Ya sama sama, jaga kepercayaan saya ya Vin, saya pamit."
Mayra pun keluar dari cafe, dan sibuk membuka aplikasi ponselnya, namun Zofran keluar dari mobil dan menariknya masuk kedalam mobil.
"Kenapa sih harus tarik tarik segala? gak punya mulut ya buat bicara baik baik?" ucap Mayra yang tak terima di perlakukan kasar."
Zofran tidak menggubris omelan Mayra, dia melajukan mobilnya dan berhenti tepat di depan rumah mewahnya.
Mayra mengikuti langkah panjang Zofran yang menuju kamar mereka.
Mayra segera masuk kedalam kamar mandi karena harus mengganti pembalut, rasa nyeri muncul saat ia telah selesai dari aktivitas nya.
Mayra duduk di sofa kamar dengan rasa gelisah, kemudian Zofran datang membawa senampan penuh dengan buah yang telah terpotong, susu dan juga makanan berat.
Zofran meletakkannya di hadapan Mayra namun Mayra yang lemas merasa malas menyentuh apa yang Zofran bawa.
"Untuk siapa?" Mayra memastikan makanan yang dibawa Zofran itu untuknya.
"Makanan itu ada di hadapan mu, jelas itu untuk mu." ucap Zofran yang kembali sibuk dengan laptop nya.
"Apa kau sudah makan?" tanya Mayra lagi.
"Jangan perduli pada ku, jika kau saja tidak pernah perduli dengan diri mu sendiri."
"Aku tidak ingin makan, nafsu makan ku hilang, lebih baik kau makan saja semua ini." Zofran yang tidak bisa menerima penolakan, mendekat ke arah Mayra mengambil sendok dan apa yang terjadi.
Zofran mengecup bibir Mayra dengan singkat dan dengan dinginnya ia berkata. "Makan, atau kau yang ku makan." Mayra takut dengan perkataan Zofran akhirnya menerima suapan pertama dari Zofran, sampai Mayra mengatakan sudah cukup, Mayra meminum susu yang dibuat Zofran.
"Istirahat lah, besok kau harus bekerja keras di cafe bukan." Zofran pergi, namun Mayra menggenggam tangan nya.
"Kenapa?"
"Apa?"
"Dirimu berubah? kenapa mau menyiksa ku namun malah berbuat baik pada ku, seharusnya kau tidak usah perduli pada ku."
Zofran hanya tersenyum, lalu menepis tangan Mayra dengan kasar.
Zofran terdiam di dapur menghantam meja marmer yang ada di hadapannya.
"Aku tidak tau Mayra, kenapa rasanya tidak bisa membuat mu menderita, aku tidak tau mengapa aku lemah dihadapan mu, padahal aku sangat ingin membalas apa yang telah kau perbuat, dengan menampar dan mengusir ku, membuat ku rendah Dimata mereka."
Zofran bimbang dengan semua perasaannya yang semakin berjalan tak tentu arah, Zofran hanya diam di ruang keluarga tanpa menyalakan Tv atau membaca buku seperti apa yang biasa ia lakukan.
Sampai di tengah malam, Mayra terbangun dan melihat Zofran masih terjaga di ruang keluarga.
Mayra duduk di samping Zofran memberikan secangkir minuman hangat kesukaan Zofran yang di pesankan maminya.
"Jika suami mu masih terjaga di waktu yang tak wajar, berikan ini untuk nya dia pasti akan segera tidur."
Begitu kata sang mertua.
"Ada apa? mengapa selarut ini belum juga terlelap?"
Zofran hanya melirik wanita di sampingnya.
"Bukan urusan mu, lagi pula untuk apa kau perduli."
"Karena kau perduli juga pada ku, mangkanya..." Mayra berhenti bicara saat bibir tebal basah milik suaminya itu menyentuh bibir pink penuh miliknya.
"Jangan bicara lagi, aku butuh ketenangan untuk tidur." Zofran pergi dan hanya mencicip sedikit minumannya.
"Tuhan, kenapa dia bersikap dingin, padahal dia begitu hangat." Mayra semakin bimbang dengan semua keyakinan bahwa Zofran adalah pria yang jahat.
Mayra memutuskan untuk tidur di samping Zofran. Mayra menatap wajah pria yang tadi di punggunginya itu.
"Apa yang harus aku lakukan agar kau tidak bicara dingin lagi pada ku dan seolah tidak memiliki rasa pada ku, kau mengambil hidup ku, kau juga harus bertanggung jawab jika nantinya kau juga mengambil hati dan seluruh nafas ku."
Mayra meneteskan air matanya dalam diam dan menatap wajah Zofran perlahan jemari lentik nya membelai rahang milik Zofran.