Kesempatan Terakhir (18)

"Zhining, kamu sudah lihat kan?" Setelah keluarga Nie tiba di depan batu nisan Ayah Gu, meletakkan bunga dan berdoa dengan sopan. Mereka pun melihat Gu Qingqing dan Leng Sicheng sudah berjalan hingga bawah gunung.

Meskipun kini hujan sudah reda, namun karena di atas pohon masih ada sisa-sisa air, Leng Sicheng pun masih memakai payungnya.

Di atas gunung, dari jauh masih terlihat bahwa di bawah payung hitam itu ada dua punggung yang tampak berdekatan. Prianya tinggi, wanitanya kecil, namun langkah kaki mereka sejajar. Ketika tiba di samping mobil, Leng Sicheng membukakan pintu mobil agar Gu Qingqing masuk duluan, kemudian baru dirinya.

Mobil Leng Sicheng berjalan menjauh dan dengan cepat menghilang dari gunung, juga dari tatapan keluarga Nie. Tatapan Nie Zhining terus mengikuti mobil yang menjauh itu. Bahkan saat mobil itu menghilang dari tatapannya, ia masih belum menarik kembali tatapannya.