Kepada Keluarga Xiao Yuan (2)

Shen Mochen yang sedari tadi mengikuti ibunya, kini menampakkan ekspresi penasaran sembari melihat orang-orang dewasa yang ada di ruangan itu. Lalu, dia terlihat memikirkan sesuatu, kaki kecilnya tiba-tiba langsung beranjak dan berjalan keluar dari ruangan tersebut.

Taozi baru saja bangun, wajah putih nan mungilnya tampak memerah, mulutnya terbuka lebar karena tangisannya justru mirip buah ceri bulat yang manis. Bulu mata yang baru saja terlihat memanjang pun, kelihatan basah oleh butiran-butiran air matanya.

Shen Mochen yang sekarang berdiri di samping kasur Taozi, lalu memperhatikan bayi kecil yang masih merah itu sambil mengerutkan keningnya, Jelek sekali ketika dia menangis, batinnya.

Tak disangka, Shen Mochen yang baru saja berdiri disamping kasur, membuat tangisan Taozi tiba-tiba berhenti. Taozi kecil membuka kedua matanya dan menatap Shen Mochen dari celah kecil kedua matanya. Lalu, tiba-tiba dia tertawa, tawanya sangat lucu dibandingkan ketika dia menangis terus menerus.

Shen Mochen diam-diam berpikir dalam benaknya, lalu dia mengeluarkan tangannya dan mencubit pipi Taozi yang tembam. Karena, dia ingin membuat Taozi menangis lagi. Tapi siapa sangka, semakin dia mencubit pipi tembam Taozi, Taozi justru semakin bahagia. Bahkan, wajahnya semakin memerah karena gelak tawanya.

Di belakang Shen Mochen masuklah Ibu Taozi, Ayah Taozi dan He Yue. Wajah mereka semua terkejut ketika menyaksikan kejadian di depannya saat ini. Ibu Taozi berjalan kedepan kasur dan menggendong Taozi dari kasurnya, karena kebetulan dia ingin berkata sesuatu. 

Namun karena perhatiannya terhalangi, Taozi yang tidak melihat Shen Mochen lagi-lagi menangis dengan kencang. Ibu Taozi langsung memberikannya ke ayah Taozi dan segera membuatkan susu untuknya. Siapa sangka, meskipun susu itu sudah siap, dia tetap saja menangis sedih tidak berhenti. Sedikitpun tidak ada tanda-tanda berhenti dari Taozi kecil.

He Yue kemudian menarik Shen Mochen ke sebelahnya, "Baru saja dia terlihat masih baik-baik saja, mengapa Taozi tiba-tiba menangis?" tanyanya kepada orang-orang di sana. Kemudian, dia menoleh ke anaknya lalu bertanya lagi, "Bagaimana kalau Chen Chen yang menghibur Taozi?"

Pikiran Shen Mochen seketika berubah, karena sebenarnya dia tidak mau lagi menggoda bayi yang begitu jelek ini.

Ibu Taozi sepertinya sudah tidak ada cara lagi untuk menghentikan tangisan Taozi. Tampak satu tangannya membawa botol susu, kemudian tangan lainnya sibuk menggendong Taozi di samping Shen Mochen. Lalu, dengan suara pelan dan lembut dia berbicara kepada putrinya, "Taozi bayiku, kamu jadi anak penurut ya. Hari ini ada kakak laki-laki kecil datang melihatmu, kamu harus menunjukkan yang lebih baik. Dengan begitu kakak laki-laki kecil ini tidak akan menertawakanmu."

Mata Taozi akhirnya menangkap sosok Shen Mochen, dengan cepat dia sudah tidak menangis lagi dan kembali tertawa. Terlihat bulir-bulir ingus keluar dari hidungnya.

Melihat ini membuat beberapa orang dewasa yang ada disitu tertegun.

Lalu, ketika melihat itu, respon He Yue cukup pintar. Seketika dia tertawa dan berbicara kepada mereka, "Lihatlah, tidak salah kan aku membawa seserahan ini? Taozi juga sepertinya menyukai suami kecilnya ini."

Shen Mochen menaikkan alisnya dan melihat ibunya dengan rasa penasaran, "Ibu, suami kecil itu apa?" tanyanya.

"Ya ampun, itu artinya kakak kecil." jawab He Yue.

"Oh." gumam Shen Mochen dan dia tidak lagi penasaran.

Pada akhirnya, meskipun Ibu Taozi sudah menolak berkali-kali, tapi He Yue tetap terus menerus menyuruh mereka agar menerima hadiah tahun baru yang telah dia bawa. Sebelum pulang, dia tersenyum sambil berbicara kepada Taozi, "Taozi, ibu membawa suamimu pulang dulu, ya! Besok kita kembali lagi untuk melihatmu."

Taozi yang sedang dipeluk seperti merasa Shen Mochen akan pergi, lalu dia kembali menangis dengan keras. Melihat Taozi yang menangis begitu kencang, membuat He Yue justru semakin senang. Kemudian, dia menepuk-nepuk tangan Ibu Taozi, "Ini adalah takdir. Coba lihat kedua anak ini, mereka sangat cocok!" katanya.

Shen Mochen mengangkat kepalanya dan terus memperhatikan bayi perempuan yang terus menerus menangis itu. Namun, hanya ada satu kata di pikirannya saat ini, Berisik! batinnya

Keesokan harinya, He Yue benar-benar membawa Shen Mochen kembali melihat Taozi. Dia menggunakan kesempatan itu untuk menumbuhkan benih-benih perasaan kepada kedua anak polos ini. Meskipun sedikit aneh, tetapi dengan kehadiran Shen Mochen, Taozi justru selalu tenang. Dia tidak menangis ataupun membuat keributan, justru dia selalu tertawa...