Hari pertama Taozi masuk taman kanak-kanak, dia langsung berlari untuk masuk ke kelas Shen Mochen. Taman kanak-kanak itu terbagi menjadi 4 kelas, kelas paling kecil, kelas kecil, kelas menengah, dan kelas atas. Kelas paling kecil dan kelas kecil berada di lantai 1, sedangkan kelas menengah dan kelas atas berada di lantai 2.
Guru yang membimbing Taozi berpapasan dengan guru lainnya, lalu mereka pun mengobrol sebentar. Tapi ketika guru tersebut menoleh, dia sudah tidak melihat sosok Taozi lagi. Guru itu pun seketika kaget, seperti nyawanya sedang hilang walau sesaat. Dia langsung menarik guru yang mengobrol dengannya itu untuk mencari Taozi ke seluruh sudut taman kanak-kanak. Hingga akhirnya, mereka sampai di ruang kelas kecil dan menangkap sosok Taozi yang duduk dengan tenang di sebelah Shen Mochen.
"Su Tao, kamu kenapa berlari ke kelas kecil? Ayo pergi bersama bibi." kata wali kelas, lalu dengan segera dia menarik tangan kecil Taozi untuk kembali ke ruang kelas paling kecil.
Tidak disangka Taozi langsung memeluk tubuh Shen Mochen dari belakang, kemudian dia menangis sambil berteriak, "Tidak mau, aku tidak mau. Aku mau bersama suamiku." katanya.
Kedua guru itu langsung menoleh satu sama lain, mereka mencoba untuk bertahan, tapi akhirnya tetap tidak bisa. Mereka pun tertawa mendengar ucapan Taozi, kemudian wali kelas itu mengusap punggungnya, "Anak kecil, memangnya kamu tahu suami itu apa?" tanyanya.
"Tentu saja!" Jawab Taozi dengan mengangkat wajah mungilnya sambil memelototkan kedua matanya. Kemudian, dia melihat kedua guru yang berada di depannya itu dan berkata lagi, "Suami itu untuk mencium!"
Taozi yang baru saja selesai berbicara, langsung menarik wajah Shen Mochen menggunakan kedua tangannya. Kali ini dia langsung mencium bibir kecil Shen Mochen dengan lembut.
Shen Mochen lagi-lagi terdiam, namun wajah kecilnya seketika memerah. Dia memperhatikan Taozi sangat lama dengan raut wajah yang tidak bisa dibaca. Tiba-tiba…"Siapa suamimu itu?!" teriaknya terhadap Taozi.
"Kamu! Kamu! Kamu itu suamiku!" Teriak balik Taozi yang tidak melepaskan rangkulannya dari lengan kecil Shen Mochen. Dia melihat kedua guru itu dengan tatapan serius, "Ayah ibuku, ayah dan ibu mertuaku semua berkata kalau dia adalah suamiku!" katanya.
Kedua guru itu tercengang… Anak kecil ini, apakah ajaran keluargamu ini benar-benar tidak ada masalah? batin mereka.
Mereka kembali melihat Shen Mochen, yaitu anak kecil yang tidak suka berbicara dan tanpa ekspresi, yang tidak disangka saat ini sedang menampilkan ekspresi amarahnya. Kedua guru itu juga melihat adanya rasa malu dari Shen Mochen meskipun hanya sedikit. Mereka pun akhirnya memberikan kode dari gerak-gerik matanya, kemudian mereka tersenyum sambil menarik tangan kecil Taozi, "Ternyata begitu ya, kalau begitu kamu bisa belajar bersama Shen Mochen di kelas kecil ini. Kalian juga bisa saling menjaga satu sama lain. Kalau memang benar-benar tidak bisa, tahun depan kamu bisa kembali mengulang di kelas kecil." katanya.
Tidak lama setelah itu, kepala taman kanak-kanak masuk dan memberikan sebuah ide. Tidak peduli di kelas mana, yang terpenting adalah adanya orang yang memperhatikan Taozi.
Taozi menganggukkan kepalanya dengan sangat senang, hingga akhirnya dia melepaskan rangkulannya dan melompat-lompat kegirangan.
Su Tao yang masih berusia dua tahun akan bersama sekelompok anak berusia empat tahun di kelas kecil, bersama memulai kehidupannya di taman kanak-kanak. Perlu diketahui, semakin kecil tubuh seorang anak kecil, semakin mudah pula dikenali perbedaan usianya. Taozi yang hanya memiliki tinggi badan 86 cm akan berdampingan dengan sekelompok anak yang tingginya 100 cm lebih. Perbedaan tingginya bahkan hampir satu kepala.
Untungnya Shen Mochen bukanlah anak kecil yang suka olahraga, seusai kelas pun dia tetap duduk dengan tenang sambil melihat buku gambar yang ada diatas meja. Lalu, dia mengambil kuas cat air untuk menggambar dengan asal-asalan. Taozi yang duduk di sebelahnya juga sama sekali tidak mengganggunya.
Hanya saja sungguh kasihan teman-teman perempuan yang menyukai Shen Mochen. Awalnya dia sudah agak menolak untuk berdekatan dengan mereka, dan diacuhkan olehnya adalah hal lumrah bagi mereka. Perlahan setelah kehadiran Taozi yang setiap saat selalu berada disamping Shen Mochen, membuat laki-laki kecil yang terkenal karena ekspresi dinginnya dan tidak suka berbicara ini, tidak disangka juga bisa berbicara dengan Taozi beberapa kali. Atau yang lebih mencengangkan ialah tawa yang keluar dari bibir Shen Mochen...