Kepada Keluarga Xiao Yuan (10)

Shen Mochen akhirnya bisa lepas dari jeratan setan kecil itu, baginya tidak ada yang lebih bahagia dari ini. Tapi kebahagiaannya tidak berlangsung lama, dia kembali bersedih. Mengapa?

Karena anak-anak perempuan di kelas Shen Mpchen lebih menyebalkan daripada Taozi, sebab paling tidak Taozi sangat penurut ketika di depannya. Ketika dia mengerjakan sesuatu, Taozi hanya memperhatikan dari samping atau sibuk bermain sendiri. Tapi teman-teman perempuan di kelasnya ini, mereka langsung berlutut di sebelahnya sambil membawa buku pelajaran dan menanyakan segala pertanyaan.

"Shen Mochen, kamu tahu 99+99 hasilnya berapa?"

"Shen Mochen, kamu tahu lima dikurangi tiga puluh hasilnya berapa?"

"Shen Mochen, huruf ini bagaimana bacanya? Kamu bisa beritahu aku tidak?"

Segala jenis pertanyaan ditanyakan oleh mereka, dan itu terus berlangsung selama empat minggu. Shen Mochen merasa dirinya akan berubah cepat dewasa bila terus seperti ini.

Sore hari ini ketika pulang sekolah, Shen Mochen yang berjalan seorang diri, tiba-tiba dia melihat perempuan kecil memakai rok bermotif bunga dengan menggendong tas merah muda di punggungnya. Sepertinya aku tahu anak ini, batinnya. Dia berjalan mendekati anak perempuan itu, dan dugaannya benar kalau perempuan itu adalah Taozi.

"Kamu kenapa berjalan sendiri?" tanya Shen Mochen sambil mengerutkan keningnya. Dengan satu tangan, dia lalu mengambil tas Taozi. Tas itu sebenarnya ringan, karena dari awal taman kanak-kanak tidak perlu membawa buku, jadi tas itu mungkin hanya berisi bekal makanan dan botol minumnya.

Taozi mengangkat kepalanya dan menoleh ke samping badannya, lalu mendapati Shen Mochen yang berada di sampingnya. Wajahnya memerah dan langsung memeluk erat laki-laki itu, "Ibu dan ayahku pergi dinas lagi. Lalu ayah mertua bilang kalau hari ini dia pergi ke provinsi mengikuti suatu lomba dan tidak bisa menjemputku. Awalnya dia menyuruhku untuk tinggal di taman kanak-kanak, tapi aku merasa tahu arah jalan pulang, jadi aku diam-diam pulang sendiri," katanya sambil menggandeng tangan Shen Mochen.

Mendengar penjelasan Taozi, membuat Shen Mochen mengerutkan dahinya dan melirik ke kedua tangan kecil perempuan di sebelahnya ini. Beberapa saat dia berpikir, akhirnya dia pun membiarkan Taozi menggandeng tangannya. Lambat laun tugasnya bertambah, yaitu mengantar dan menjemput Taozi ke taman kanak-kanak.

Setiap kali Shen Mochen menggandeng tangan Taozi keluar dari sekolah, ibu-ibu yang sedang duduk-duduk santai terlihat tersenyum geli ketika melihat mereka berdua dan menggodanya, "Wah, Chen Chen lagi-lagi pergi ke sekolah bersama istrinya, ya?"

Namun, Taozi setiap hari selalu tersenyum dan melambaikan tangan kepada mereka, "Sampai jumpa nenek Sun, sampai jumpa nenek Li, sampai jumpa nenek Song" sapanya sambil mengeratkan genggamannya pada tangan Shen Mochen.

Tidak perlu menunggu waktu lama, di kelas Shen Mochen kini beredar rumor kalau dirinya setiap hari mengantarkan dan menjemput pacarnya. Hal itu membuat hati perempuan-perempuan kecil itu sudah seperti gelas yang pecah, hancur lebur. Dan akhirnya, dia pun naik ke kelas 2. 

Taozi memberontak kepada ayah dan ibunya kalau dia tidak ingin mengulang kelas atas untuk ketiga kalinya, karena setelah dipikir-pikir, ada benarnya juga. Dia tidaklah bodoh, siapapun pasti tidak bisa menerima kalau mengulang kelas besar selama tiga kali. Karena itu, ibunya kembali pergi untuk mencari Profesor Chen.

Jujur saja, suatu keberuntungan keluarga mereka memiliki seorang profesor di suatu universitas. Kebetulan tahun itu anak dari kepala sekolah dasar baru saja mengikuti ujian perguruan tinggi. Nilainya pun tidak rendah dan juga tidak tinggi, hanya saja nilai itu termasuk rawan jika harus masuk ke universitas Z. 

Mengetahui keadaan itu, Profesor Chen segera datang ke rumah kepala sekolah dasar bersama Taozi. Pertama, terlebih dahulu dia memuji dan membanggakan kepintaran Taozi. Dia juga menjamin meskipun usia Taozi baru 6 tahun, tapi dia pasti bisa mengikuti pelajaran anak kelas 1. Pada akhirnya, dia sedikit berbisik kalau Taozi dapat masuk ke sekolah dasar, maka tidak ada masalah apapun baginya untuk anak kepala sekolah itu masuk ke Universitas Z. Akhirnya, mereka berdua pun sepakat...