Pertengkaran Dua Anak Kecil (5)

Li Tingting menjauhkan tubuh Taozi dan menatapnya dengan serius, "Kalau itu kamu tidak perlu bertanya. Anak perempuan di kelas mereka semua berkata kalau Shen Mochen tidak mungkin punya pacar. Dia hanya berkata kalau kamu itu adiknya dan sama sekali tidak berpikir kalau kamu adalah pacarnya." katanya.

"Bukan pacar, tapi istri!" bentak Taozi dengan wajahnya yang memerah.

Li Tingting mengangguk seolah menandakan bahwa dirinya mengerti, "Baiklah, baiklah." jawabnya.

Tiba-tiba dari luar kelas terdengar suara yang memanggil Taozi, "Taozi, suamimu mencarimu!" katanya.

"Ha?" gumam Taozi sambil melihat ke arah luar kelasnya. Ternyata memang ada Shen Mochen yang berdiri di samping jendela, kemudian dia melihat Shen Mochen dengan alisnya yang terangkat sedang memperhatikan dirinya. Dia pun langsung berdiri dari tempat duduknya dan berlari tepat di depan Shen Mochen.

"Sayang, kamu mencariku?" tanya Taozi.

Namun, Shen Mochen hanya menatap Taozi tanpa mengatakan sepatah katapun.

"Hei? Kamu tidak mencariku?" tanya Taozi lagi. Dia kemudian menepuk bahu Shen Mochen, Bisa-bisanya dia tidak berbicara sama sekali! batinnya.

"Ayah dan Ibuku sedang pergi ke Guilin. Mereka menyuruhku untuk beberapa hari ini tinggal di rumahmu," ucap Shen Mochen yang suaranya masih terdengar kesal.

Taozi kemudian mengangguk, "Oh, baiklah. Pagi tadi ibuku berkata kalau pulang kerja malam ini, dia akan membuat dumpling dengan isian yang paling kamu sukai. Padahal malam nanti aku ingin memanggilmu ke rumah." katanya memberitahu.

Sering kali, ayah dan ibunya menitipkan Taozi ke rumah Shen Mochen ketika mereka dalam perjalanan bisnis. Tapi setelah sekian tahun, ini adalah kali pertama ayah dan ibu Shen Mochen tidak berada dirumah dan menyuruhnya datang sendiri untuk tinggal dirumah Taozi.

Shen Mochen menatap perempuan kecil di depannya dengan sedikit muram. Mulutnya terbuka seperti ingin mengucapkan sesuatu, tapi dia juga tidak tahu apa yang ingin diucapkan. Akhirnya, dia hanya berbalik badan dan kembali ke kelasnya, "Tunggu aku sepulang sekolah." katanya.

Kemarin malam sebelum Shen Mochen tidur, dia ke toilet terlebih dahulu. Di saat berjalan ke toilet, dia mendengar kalau ibu dan ayahnya dengan suara pelan sedang mengobrol di kamar mereka.

He Yue: "Kali ini Chen Chen marah ke Taozi lebih lama dari biasanya."

Profesor Shen: "Anak kecil, beberapa hari saja nanti pasti baik kembali."

He Yue: "Tapi katanya kali ini karena ada orang ketiga."

Profesor Shen: "Kamu dengar dari mana. Mereka berdua itu masih kecil, darimana ada orang ketiga."

He Yue: "Ibu Taozi yang bilang."

Profesor Shen: "..."

He Yue: "Bagaimana kalau kamu ambil cuti tahunan mu, lalu kita pergi jalan-jalan? Sekalian memberikan mereka sedikit kesempatan?"

Profesor Shen: "Boleh juga."

Karena itu, pagi hari ini sebelum Shen Mochen berangkat sekolah, ayahnya tiba-tiba berbicara kepadanya, "Chen Chen, beberapa hari ini ayah dan ibu tidak akan dirumah. Kita akan pergi ke Guilin untuk menghadiri acara pernikahan teman lama kita. Kamu sementara ini tinggal di rumah Taozi ya, ibumu sudah berbicara ke ibu mertuamu."

Shen Mochen menatap kedua mata ayahnya dengan sangat lama, dia benar-benar merasa bahwa ada yang aneh dengan ayahnya saat ini.

Lalu He Yue mencoba memasang wajah serius dan berkata, "Chen Chen, kamu jangan telat berangkat sekolah. Kamu lihat, Taozi saja sudah berangkat sekolah. Ayo cepat, Taozi sudah hampir tidak terlihat."

Dengan mulut tertekuk Shen Mochen menggendong tas sekolahnya. Lalu, dengan malas dia keluar dari pintu rumahnya. Karena dia masih marah ke Taozi, jadi dia tidak ingin tinggal di rumah Taozi. Apalagi biasanya Taozi yang tinggal di rumah mereka, entah mengapa kali ini tiba-tiba dia yang pergi ke rumah Taozi. Bisa dibilang, sekarang dia yang tidak bahagia semakin tidak bahagia. Kemarahannya kini menjadi berlipat-lipat.

Tapi Taozi sangat bahagia, hari itu dia terus menebarkan tawa dan senyum manisnya. Perasaan hatinya sangatlah bagus, terlebih ketika pelajaran dia terus mengangangkat tangan dan menjawab pertanyaan. Tiap kali menjawab, betul pula. Dia pun tidak henti-hentinya mendapatkan pujian dari guru-guru.

Jam pulang sekolah pun tiba, Taozi tampak masih sibuk membereskan barang-barangnya. Li Tingting yang duduk di sebelahnya tiba-tiba menepuk bahunya dan berbicara kepadanya dengan suara yang pelan, "Taozi, suamimu datang menjemputmu," katanya...