Tidak Ada Pilihan Lain

Taozi langsung menoleh ke arah luar kelas, ternyata Shen Mochen memang berdiri di sana. Saat ini tinggal beberapa anak perempuan yang masih berada di kelas. Mereka semua menengok ke luar kelas dengan tatapan penuh tanda tanya, tak terkecuali Chen Xiaoxin. Dia yang duduk di belakang mereka pun juga diam-diam memperhatikan Shen Mochen. 

Taozi dengan segera membereskan barang-barangnya dan langsung berlari keluar kelas. Dengan cepat dia meraih tangan Shen Mochen sambil tersenyum dengan lebarnya, "Ayo!" katanya.

Shen Mochen melirik ke arah Taozi yang menggandeng tangannya, alisnya tampak terangkat, tapi dia juga tidak melepaskan tangannya.

Ketika mereka sampai di rumah, kebetulan Ibu Taozi sedang membuat dumpling. Melihat mereka pulang sekolah sambil bergandengan tangan, dia langsung menyapa mereka dengan senyum sumringah, "Taozi, Chen Chen, sudah balik?" tanyanya.

"Iya." jawab Taozi sambil melepaskan genggamannya dari Shen Mochen dan berjalan ke samping ibunya. Dia meletakkan tasnya di atas kursi, lalu dengan penuh semangat, dia pun langsung mengenakan celemek, "Ibu, aku bantu ya!" katanya.

Ibu Taozi langsung menghentikan tangan Taozi, lalu dia membolak-balik telapak tangan Taozi, "Eh… Berhenti berhenti! Mengapa tanganmu bisa sekotor ini? Cuci tangan dulu sana, lalu kerjakan PR-mu. Kalau sudah selesai kamu boleh membantu Ibu." katanya setelah itu.

"Baiklah…" jawab Taozi dengan cemberut. Kemudian, dia turun dari kursinya dan melihat Shen Mochen yang masih berdiri ditengah ruang tamunya. Dia pun lalu melambaikan tangannya untuk memanggil Shen Mochen, "Ayo, kita cuci tangan dulu." katanya.

"Halo tante," sapa Shen Mochen sambil menganggukkan kepalanya.

"Iya. Chen Chen pintar sekali, segera cuci tangan dan kerjakan PR kalian. Setelah ini kalian bisa makan dumpling. Malam ini pamanmu ada acara diluar dan tidak bisa kembali untuk makan malam. Jadi, malam ini kita bertiga di rumah." kata ibu Taozi memberitahu.

Shen Mochen mengangguk, lalu dia pun kembali mengikuti Taozi untuk pergi cuci tangan. Kedua anak itu telah selesai mengerjakan PR mereka. Taozi dengan semangat langsung pergi ke ibunya dan membantu membuat dumpling. Shen Mochen tidak ikut membantu kedua perempuan itu, dia kemudian mengambil buku membaca bahasa asing dan duduk disamping. Setelah itu, dia membaca sembari melihat mereka sedang membuat dumpling.

Ibu Taozi membuat satu persatu dumpling, buatannya pun lumayan berisi seperti kapal selam yang besar. Lalu, ketika melihat dumpling buatan Taozi, dumplingnya meleok-leok mirip orang yang sedang mabuk. Shen Mochen memperhatikan Taozi selama beberapa saat, akhirnya dia meletakkan buku membacanya di atas meja dan berjalan ke samping Taozi. Kemudian, dia mengambil kulit dumpling yang ada di tangan Taozi.

"Biar aku saja yang buat. Kamu ini hanya menyia-nyiakan bahan-bahan saja." kata Shen Mochen ketika mengambilnya.

"Ha?" gumam Taozi, matanya tampak terbelalak ketika mengetahui dumpling yang ada di tangannya tiba-tiba direbut oleh Shen Mochen. Lalu, dia melihat Shen Mochen mengambil isian dengan sendok, dan meletakkannya di tengah kulit dumpling. Dia melipat ujung dumping itu dan menekannya dengan pelan, kemudian satu dumpling gemuk sudah bertengger manis di tangannya.

"Chen Chen juga bisa membuat dumpling?" tanya Ibu Taozi yang kaget melihat keahlian Shen Mochen.

"Tidak bisa. Aku bisa setelah baru saja melihat tante membuat beberapa dumpling," jawab Shen Mochen. Dia kemudian melirik Taozi yang disebelahnya, lalu kembali melanjut membuat dumplingnya.

"Wah, sayangku hebat sekali!" ucap Taozi dengan wajahnya yang sumringah ketika melihat Shen Mochen.

Ibu Taozi tidak bisa berkata apa-apa ketika melihat putrinya ini. Ah, padahal mereka sama-sama anak kecil, mengapa perbedaannya besar sekali? batinnya. 

Ketika suasana hatinya sedang bagus, Taozi akan sering membantunya membuat dumpling. Tapi dumpling yang dibuatnya pun bentuknya tidak beraturan, dan Chen Chen seorang anak rumahan yang tidak pernah membuat dumpling, sekali buat saja sudah membuat dumpling yang sempurna...