Pentas Seni Sekolah

Ketika tahun baru, pihak sekolah menyelenggarakan sebuah pentas seni. Ketentuannya adalah setiap kelas peminatan harus menampilkan sebuah pertunjukan.

"Sayang, sayang, kamu tahu tidak kelas tariku mau menampilkan apa?" tanya Taozi dengan lantang. Dia memajukan wajah bulatnya dan bergelayut di lengan Shen Mochen.

"Menampilkan apa?" tanya Shen Mochen sambil melirik Taozi, lalu dia kembali melanjutkan mengerjakan PR-nya.

"Tarian angsa!" jawab Taozi dengan ekspresi penuh semangat. "Guru cantik kami akan pergi meminjam rok spesial untuk balet kepada kita. Aku sungguh tidak sabar menantikannya!" lanjutnya.

"Oh." jawab Shen Mochen sembari menjawab salah satu pertanyaan PR-nya. Lalu, dia menoleh kembali ke Taozi, "Apakah kalian akan menari 32 putaran yang dilakukan oleh angsa hitam?" tanyanya.

"Apa itu?" tanya Taozi dengan bingung.

"Sepertinya tidak ada." kata Shen Mochen yang kemudian kembali fokus pada PR-nya.

"Apakah kamu tidak bertanya aku menampilkan apa?" tanya Taozi yang tidak ingin Shen Mochen kembali fokus ke PR-nya. Karena itu, dia terus menggelayuti lengan Shen Mochen.

Shen Mochen pun akhirnya bertanya, "Angsa putih?"

"Bukan." jawab Taozi.

"Empat angsa kecil?" tanya Shen Mochen lagi.

"Bukan." jawab Taozi lagi.

"Jangan-jangan kamu berperan sebagai pangeran?" tanya Shen Mochen yang sudah terlihat hampir putus asa.

"Tentu saja bukan. Yang menjadi pangeran adalah Hu Yucheng." jawab Taozi kemudian.

"Dia?" tanya Shen Mochen sambil mengangkat salah satu alis matanya. 

Sejak Taozi mendaftar kelas tari, Hu Yucheng dengan cepat juga mengikutinya untuk mendaftar kelas tari. Selain itu, Hu Yucheng mendapatkan apresiasi dari guru cantik tersebut dan sering memainkan peran penting dalam suatu pertunjukan. Sebenarnya, ini bukan melulu tentang guru cantik itu, anak laki-laki lainnya pun banyak yang mendaftar kelas sepak bola dan bola basket. Pada dasarnya, kelas tari adalah sebuah kelas balet untuk anak perempuan. Yang mana, itu tidak mudah untuk anak laki-laki. Tapi, Hu Yucheng tidak mudah menyerah.

"Kamu kenapa tidak menebak lagi?" tanya Taozi sambil mengoyak-ngoyak lengan Shen Mochen. 

"Memangnya masih ada peran penting lainnya?" tanya Shen Mochen dengan tatapan mengejek. Kalau angsa hitam dia pasti tidak bisa memainkannya, batinnya. 

Taozi akhirnya memberitahu Shen Mochen jawabannya dengan perasaan kesal, "Aku itu akan menjadi pohon yang disebelah putri angsa!" katanya.

Shen Mochen hanya bisa tertegun mendengar jawaban dari Taozi.

"Sangat tidak disangka, bukan?" tanya Taozi dengan riang.

"Memangnya butuh teknik khusus?" tanya Shen Mochen kemudian.

Taozi hanya diam saja, karena dia bingung harus menjawab apa. Baiklah, sebenarnya itu cukup menyayat hati seorang anak kecil seperti Taozi. Siapa yang tidak ingin memerankan seorang putri angsa? Semuanya ingin! Lalu, anak yang memerankan putri angsa itu bernama Zhao Qing. Tubuhnya cukup tinggi, kakinya kurus dan panjang. Meskipun kemampuan tarinya bisa dibilang tidak jauh berbeda, tapi dilihat dari postur tubuhnya, tetap saja kecantikan Zhao Qing lebih mirip dengan putri angsa.

Hari pentas seni pun datang. Para pemain lainnya sudah siap sedari awal. Wajah kakak cantik itu seperti terus mengatakan permintaan maaf kepada Taozi. Awalnya Taozi lah yang akan memerankan putri angsa tersebut. Siapa sangka ternyata ayah Zhao Qing sempat 'bertegur sapa' dengan kepala sekolah. Setelah itu, kepala sekolah tersebut memanggil guru cantik dan berdiskusi dengannya. Poin pentingnya adalah dia meminta agar peran Taozi ditukar dengan Zhao Qing.

Sebenarnya itu tidak berpengaruh apa-apa pada Taozi, karena dia tidak masalah berperan menjadi apapun. Karena masuknya dia ke kelas tari juga bukanlah keinginannya sendiri. Untung saja selama beberapa tahun ini, tiap kali Shen Mochen selesai kelas keterampilan, dia selalu datang melihatnya latihan menari. Karena itu, Taozi berada di titik kemampuan tarinya saat ini.

Hanya saja semua anak perempuan menyukai keindahan. Siapa yang tidak mau memakai rok putih yang indah nan menggemaskan di atas panggung. Ketika memikirkan hal ini, Taozi lagi-lagi merasa agak sedih.

Shen Mochen dari kejauhan diam-diam melihat ekspresi wajah Taozi. Namun, hanya dalam beberapa menit ekspresinya sudah berubah beberapa kali. Sekejap senang, sekejap cemberut, sekejap bersemangat, sekejap lagi pasrah. Aku rasa kamu lebih cocok menampilkan perubahan ekspresi, batinnya kemudian.

"Tes tes…" 

Murid yang dipanggil Mao Mao, karena dia menyukai kucing, menjadi pembawa acara di pentas seni itu. Dia membacakan nomor urut 276764234 yang mana itu adalah nomor urut dari grup yang bernama Qiao Men Zhuan...