Pentas Seni Sekolah (2)

Shen Mochen dari kejauhan diam-diam melihat ekspresi wajah Taozi. Hanya dalam beberapa menit ekspresinya sudah berubah beberapa kali. Sekejap senang, sekejap cemberut, sekejap bersemangat, sekejap lagi pasrah, Aku rasa kamu lebih cocok menampilkan perubahan ekspresi, batinnya.

Baiklah, semakin dekat waktu pementasan, Taozi semakin gugup. 

Hari ini, pentas seni malam tahun itu diselenggarakan. Pihak sekolah telah mengundang wali murid dan para petinggi biro pendidikan untuk melihat pentas seni tersebut. Pentas seni tersebut diselenggarakan di dalam stadion basket milik sekolah. Sound, pencahayaan, hingga spray telah siap tersedia. Tentu saja, karena ini adalah perayaan ulang tahun sekolah yang ke-60, jadi semuanya harus terencana dengan matang.

Selain para petinggi biro pendidikan yang duduk di barisan paling depan, terdapat pula para wali murid yang juga duduk di barisan terdepan. Selain itu, banyak wali murid yang duduk bersama anaknya berdasarkan kelas dan duduk sesuai nomor kursi yang telah disediakan.

Pada malam pentas seni ini Shen Mochen tidak menampilkan apapun, jadi dia duduk berdasarkan kelasnya. Murid kelas 6 dan wali murid kelas 6 duduk di barisan paling belakang. Sedangkan kursi-kursi di depannya ditempati oleh murid-murid kelas dibawahnya dan para wali murid.

Profesor Chen dan istrinya datang bersama Ayah dan Ibu Taozi. Ketika mereka memasuki ruangan tersebut, mereka baru menyadari kalau tempat duduk mereka tidaklah sama. Shen Mochen melambaikan tangan ke arah ayah dan ibunya untuk duduk di barisan paling belakang. 

Ketika Profesor Chen yang melihatnya, dia lalu tersenyum dan berbicara kepada ayah Taozi, "Kalian segera duduk di barisan depan saja. Tunggu ketika acara ini selesai, nanti kita pergi makan malam bersama."

Ibu Taozi hanya menganggukkan kepalanya. Namun, wajahnya terlihat sedikit kecewa ketika melihat jarak kursi mereka sangatlah jauh. "Awalnya, aku kira kita bisa duduk berdampingan. Lalu, ketika Taozi tampil, kita bisa foto bersama." katanya.

He Yue kemudian menggoyangkan kamera yang ada di tangannya dan tersenyum kepada Ibu Taozi, "Tidak apa. Kita tunggu setelah pentas seni berakhir, lalu kita foto bersama." katanya.

"Baiklah, kita bertemu lagi setelah pentas seni ini selesai!" kata Ayah Taozi.

Mereka berempat pun akhirnya pergi ke tempat duduk mereka masing-masing. Ayah Taozi kemudian melihat Profesor Chen berjalan menuju tempat duduknya. Lalu, dia mulai menggandeng tangan istrinya dan berjalan ke barisan depan untuk duduk.

Malam pentas seni tersebut belum dimulai. Terlihat Guru Chen, selaku guru yang bertanggung jawab atas kegiatan ini dengan tergesa-gesa meninggalkan barisan duduk kelas 6C. Raut wajahnya terlihat seperti juga sedang mencari sesuatu. Guru Chen yang tergesa-gesa. lalu menyisiri barisan tempat duduk kelas 6, akhirnya dia berhenti ketika melihat wajah Shen Mochen.

"Shen Mochen, kelas 6C!" ucap Guru Chen dengan lantang.

"Hadir!" jawab Shen Mochen. Dia yang mendengar namanya dipanggil oleh Guru Chen, seketika langsung mengangkat kepalanya dan bangkit dari kursinya.

Guru Chen yang berdiri di antara barisan kursi-kursi, kemudian melambaikan tangannya kepada Shen Mochen, "Bagus. Shen Mochen, kamu cepat kesini sebentar." katanya.

"Aku pergi sebentar," pamit Shen Mochen pada orangtuanya. Profesor Chen dan He Yue hanya menganggukkan kepalanya. Shen Mochen lalu berjalan melewati tamu yang telah hadir, hingga sampai ke samping tubuh Guru Chen, "Guru Chen, ada apa Anda mencari saya?" tanyanya.

"Hari ini, anak yang ditugasi menjadi pembawa acara laki-laki, yaitu Wang Yuanwen, tiba-tiba asam lambungnya kumat. Baru saja orang tuanya membawanya ke rumah sakit. Shen Mochen, tugas ini aku berikan kepadamu, ya?!" ucap Guru Chen sambil menggenggam tangan Shen Mochen, dan langsung membawanya ke arah belakang panggung.

"Aku? Aku tidak pernah menjadi pembawa acara," kata Shen Mochen masih dengan sikapnya yang enggan, tapi Guru Chen tetap saja menarik tangannya.

"Tidak apa, kita ada teksnya kok. Kamu hanya perlu mengingatnya. Aku ini terpukau dengan sifatmu yang tenang. Kalau murid lain pasti mereka sudah gemetaran ketika di atas panggung." jawab Guru Chen...