Tiba-tiba Hu Yucheng tersenyum ke Taozi, "Taozi, meskipun kamu hanya memerankan sebuah pohon, tapi bagiku kamu tetap lebih cantik dari putri angsa!" katanya.
Bertambahnya usia saat ini, membuat Hu Yucheng memiliki pesona seorang laki-laki tampan. Bulu matanya yang lentik dan alis hitamnya yang panjang mampu mempesona setiap perempuan yang melihatnya. Tapi tentu saja, Taozi adalah sebuah pengecualian.
Zhao Qing yang mendengar ucapan Hu Yucheng, seketika menatap Hu Yucheng dengan malas, "Setelah ini, kalau kamu ada urusan apapun, jangan pernah mengajakku untuk menari bersamamu, ajak saja pohon itu!" katanya.
Hu Yucheng melepaskan tangannya dari ranting 'pohon natal' tersebut, lalu dengan nada mengejek dia berbicara kepada Zhao Qing, "Kamu pikir aku tidak berani apa? Jangan menangis kalau kamu mengetahuinya."
Kakak cantik itu lalu menjitak kepala Hu Yucheng, "Cukup, jangan berisik! Hu Yucheng, kalau kamu berani main-main denganku, aku akan membawa semua surat cinta yang ada di lokermu lalu aku berikan ke kantor ayahmu!" ancamnya.
"Oke!" jawab Hu Yucheng dengan percaya diri.
※
"Lonceng tahun baru kini telah menggema. Roda waktu yang berharga telah pergi meninggalkan kenangan-kenangan berharga di hati ini. Tahun yang baru telah siap datang menemui kita." kata seseorang.
Pencahayaan di stadion tersebut semakin meredup dan tinggal menyisakan pencahayaan di bagian panggung. Suara jernih Shen Mochen menggema dengan lembut memenuhi seisi ruangan tersebut.
"Hari ini, kita dipertemukan di sini untuk menikmati kebahagiaan, menikmati waktu-waktu yang indah, menikmati perayaan sekolah kita yang ke-60 tahun," dilanjut oleh seorang anak perempuan cantik. "Malam tahun baru dan perayaan ulang tahun sekolah yang ke-60 dimulai! Pertama-tama, mari kita saksikan penampilan dari murid-murid kelas tari yang akan menampilkan tarian balet terkenal 'Tarian Angsa!'" lanjut Shen Mochen.
Profesor Chen yang duduk di kursi penonton, seketika terkejut ketika melihat pembawa acara laki-laki yang mengenakan baju Dinasti Tang tersebut adalah Shen Mochen, dengan perempuan yang mengenakan baju cheongsam berwarna merah di sebelahnya. Mereka berdua seperti sepasang putri dan pangeran, cocok sekali.
Shen Mochen yang dalam kesehariannya selalu dingin dalam berekspresi, namun dalam sekejap berubah menjadi anak yang menampilkan senyuman lebar pada wajahnya. Pandangan matanya yang bercahaya ternyata mampu merubah sosok seseorang.
"Eh eh, lihat itu anak kita! Dia lucu sekali sekarang, mirip seperti anak anjing!" kata Profesor Chen dengan sangat gembira. Bahkan, dia mengucapkannya berkali-kali karena saking kagetnya. Ayah dan Ibu Taozi diam-diam tertawa ketika mendengar perkataannya. He Yue pun juga menoleh ke Profesor Chen. Dia tidak berkata apapun, tapi dia sedang berpikir sesuatu. Bagaimana kalau Imlek tahun ini aku membuat sepasang baju untuk Chen Chen dan Taozi, pikirnya.
Di panggung saat ini, tengah berputar musik 'Tarian Angsa' yang merdu. Kelas tari Taozi menampilkan bagian kedua dari tarian ini. Sang pangeran yang sedang menyisiri tepi danau melihat sekumpulan angsa putih yang cantik. Ketika matahari terbenam, sekumpulan angsa itu berubah menjadi perempuan-perempuan yang menawan. Ketika itu, sang pangeran dan putri angsa berdansa bersama.
Harus dikatakan, latihan yang dilakukan oleh kakak cantik tersebut sangat menyenangkan. Meskipun anak-anak kecil ini bukanlah penari balet profesional, tapi banyak hal yang tidak mampu diutarakan oleh kalimat dan itu semua bisa terlihat dari gerakan mereka yang elegan. Ditambah dengan pencahayaan dan latar yang mendukung, tarian mereka seperti menampilkan sebuah puisi romantis kepada siapapun yang melihatnya.
"Eh, Taozi dimana?" tanya Profesor Chen belum mengetahui kalau Taozi berperan sebagai pohon...