Liburan musim panas kali ini, Taozi menghabiskan waktunya dengan sederhana. Dia hanya mengikuti Shen Mochen kesana kemari, dan hal itu sudah membuat hari-harinya berwarna.
"Sayang, sayang," panggil Taozi.
Shen Mochen yang awalnya duduk di meja belajarnya, lalu tanpa mengucapkan apapun memutar tubuhnya untuk melihat Taozi. Kedua mata hitamnya pun kemudian menatap Taozi, "Taozi, apa kamu benar-benar yakin mengetahui apa arti kata 'sayang' yang sebenarnya?" tanyanya sambil menghela napas. Rasanya, dia seperti sudah putus asa karena selalu dipanggil 'sayang' oleh perempuan kecil ini.
"Ha? Tentu saja aku yakin! Bukannya aku sudah menjelaskannya beberapa kali sebelumnya?" jawab Taozi. Dia yang sedang membawa separuh semangka besar kemudian duduk di lantai berdampingan dengan Shen Mochen. Dia yang juga menggenggam sendok, tidak butuh waktu lama untuk langsung memakan semangka itu.
Shen Mochen tidak habis pikir lagi dengan Taozi. Dia hanya anak perempuan biasa yang baru berusia 10 tahun, pipinya tembam dengan matanya yang bulat. Tubuhnya pun tidak terlalu tinggi, bahkan selalu saja hanya sampai pundaknya.
Huh! gumam Shen Mochen sambil menghela napas lagi. Dia menggelengkan kepalanya, dan merasa seperti sedang memainkan kecapi ke sapi, yaitu merasakan hal yang sia-sia.
"Kamu kenapa tiba-tiba menanyakan ini?" tanya Taozi sambil memasukkan sepotong semangka ke dalam mulutnya. Kedua mata bulatnya melihat Shen Mochen dengan penuh tanda tanya. Lalu, dia berputar dan duduk di depan Shen Mochen dan bertanya, "Jangan-jangan, kamu ingin aku menciummu lagi? Tapi kamu malu mengatakannya? Iya, kan?"
"Mana ada…" jawab Shen Mochen dengan sinis. Hanya saja, saat dia belum selesai bicara, Taozi sudah menaruh semangka yang ada di tangannya, mendekatkan tubuhnya, lalu mencium bibir hangat Shen Mochen. Rasa manis semangka yang ada di bibirnya pun terasa, ditambah kecupan hangat dari bibir Taozi.
"Taozi, kamu ini gila!" kata Shen Mochen. Dalam sekejap, tiba-tiba dia merasa kalau dirinya seperti sedang dikalahkan.
"Mana ada aku gila?" jawab Taozi sambil mengusap bibirnya. Lalu, dia duduk dan kembali memakan semangkanya.
Shen Mochen memutar kedua matanya dan menatap ke atas tanpa berbicara apapun. Dia pun berbalik badan, lalu kembali membaca bukunya. Kemudian, dia memutuskan untuk tidak pernah membahas hal ini lagi dengan Taozi.
Setelah mereka pindah rumah, jarak antara sekolah dan rumahnya menjadi lebih jauh. Tapi, untungnya jarak SD tempat Taozi belajar dan SMP Shen Mochen tidaklah jauh. Karena itu Profesor Shen membelikan Shen Mochen sebuah sepeda. Profesor Shen menyuruhnya agar mengantar Taozi ke sekolahnya terlebih dahulu, baru ke sekolahnya. Setelah waktu pulang sekolah, Taozi akan menunggu di gerbang sekolahnya dan menunggu Shen Mochen untuk menjemputnya.
Memasuki jenjang SMP, mereka harus belajar sendiri pagi dan malam. Tapi, peraturan ini tidak terlalu ketat untuk murid kelas 1. Dalam situasi ini, kemampuan akademik Shen Mochen terbilang bagus. Jadi menurut Shen Mochen, belajar sendiri pagi dan malam ini tidak terlalu ada perbedaan.
Setelah Shen Mochen menjalani hidupnya sebagai murid SMP, anak perempuan yang menyukai Shen Mochen secara diam-diam bertambah. Hanya saja, sikap Shen Mochen yang dari pagi hingga malam selalu dingin membuat mereka tidak berani untuk mendekat kepada dirinya.
Namun, tetap saja ada anak-anak perempuan yang setiap hari setelah pulang sekolah diam-diam bersepeda mengikuti Shen Mochen dibelakangnya. Mereka merasa, hanya dengan melihat Shen Mochen, sudah membuat mereka puas. Tapi, setelah mereka terus mengikuti Shen Mochen, mereka menyadari kalau Shen Mochen setiap hari pergi menjemput gadis kecil di gerbang sekolah dasar sepulang sekolah.
"Siapa gadis kecil itu?" tanya anak perempuan A.
"Tidak tahu. Kelihatannya dia masih kecil, apa jangan-jangan adiknya?" jawab anak perempuan B.
"Mungkin saja." jawab anak perempuan lain.
Beberapa anak perempuan itu juga hanya bisa mengikuti Shen Mochen dari jauh. Terlihat hanya sedikit orang yang berjalan kesana. Karena, kalau mereka terus mengikuti Shen Mochen, maka tujuannya selama ini akan cepat terbongkar.
Tapi, Taozi tidak tahu kalau dirinya saat ini sedang menjadi perhatian bagi sebagian anak-anak perempuan SMP itu...