Taozi yang sedang tertidur pulas, tiba-tiba merasa ada sebuah tekanan mendekati dirinya. Seperti batu besar dalam dadanya yang membuatnya sesak ketika bernapas. Dia pun membuka matanya dengan malas, saat itu dia lalu melihat sepasang mata sedang memperhatikannya dengan serius. Taozi kemudian terdiam sesaat sambil mengusap matanya sembari menunggu nyawanya terkumpul. Setelah itu, ketika nyawanya dirasa sudah penuh, ternyata dia baru sadar kalau seseorang yang sedari tadi menatapnya adalah Shen Mochen.
Shen Mochen yang masih berdiri disamping Taozi melihat Taozi telah membuka kedua matanya dan berkata, "Cepatlah bangun. Kalau kita kesiangan, nanti kita tidak bisa menikmati spot menariknya!"
"Oh… Oh…" jawab Taozi sambil mengangguk seperti seekor ikan yang keluar dari air. Dia pun lalu berlari tunggang langgang ke kamar mandi tanpa memakai alas kaki. Terdengar suara byur byur dari dalam kamar mandi, tidak lama setelahnya dia segera memakai bajunya. Hanya dalam waktu 3 menit, dia sudah keluar dari kamar mandi dengan pakaian rapi yang sudah menempel di tubuhnya.
Bibir Ibu Taozi tidak berhenti menganga ketika melihat kejadian itu, Ini cepat sekali, dari yang awalnya setengah jam langsung berubah menjadi 3 menit, batinnya. Dia benar-benar tidak bisa menerima kenyataan kalau anaknya bisa secepat itu.
Ayah Taozi kemudian menatap Shen Mochen dengan bingung, Apa jangan-jangan putriku selamanya akan bergantung pada anak laki-laki ini? batinnya dengan cemas.
Berbeda dengan reaksi ayah dan Ibu Taozi, He Yue justru tidak menampilkan reaksi yang spesial. Karena sebelumnya, Shen Mochen lah yang selalu membangunkannya ketika Taozi menginap dirumah mereka. Dalam pikirannya selama ini kalau Taozi adalah anak yang cepat bangun. Jadi, bagaimana bisa Ibu Taozi mengatakan kalau Taozi belum bangun selama setengah jam.
Tapi sekarang Taozi sudah siap dan rapi. Tanpa menunggu waktu lama, mereka semua pun meninggalkan hotel dan pergi ke Tianya Haijiao menggunakan bus. Ini seperti pergi ke Beijing, jadi tidak lengkap kalau tidak mengunjungi Tembok Besar. Hal ini sama dengan pergi ke Hainan tapi tidak mengunjungi Tianya Haijiao, sama seperti perjalanan yang sia-sia.
Meskipun waktunya terbilang masih cukup pagi, tapi ketika mereka sampai di tempat tujuan, ternyata sudah banyak orang yang mengantri di depan loket. Kebanyakan dari mereka adalah pemandu wisata dengan topi dan bendera kecil yang mereka bawa.
Ayah Taozi menghela napas. Dia lalu menggelengkan kepala ketika melihat ramainya situasi saat ini, "Tidak peduli seberapa pagi pun kita datang, tapi tetap saja orang yang datang sudah segini banyaknya. Sepertinya kalau kita ingin melihat Tianya Haijiao yang jelas, hanya bisa pergi di saat malam." katanya.
Taozi kemudian memperhatikan Profesor Shen dengan tatapan penasaran, "Ayah mertua, kalau begitu mengapa kita tidak datang kesini saat malam hari?" tanyanya.
"Payah, kalau malam ya tutup," jawan Shen Mochen dengan sinis. Taozi pun merasa bersalah ketika mendengar jawaban dari dirinya.
"Oh… Baiklah," jawab Taozi sambil menundukkan kepalanya. Dirinya tidak tahu kapan waktu operasional tempat wisata ini, karena dia baru pertama kali datang kemari.
He Yue melihat anaknya yang sesinis itu langsung menjitak kepala Shen Mochen, "Itu kamu yang pintar, tapi Taozi itu lucu, tahu?!" katanya.
Shen Mochen kemudian mengangkat bahunya dengan acuh, "Babi juga lebih lucu," ucapnya sambil menggerutu.
"Simpanse juga cukup pintar," jawab Taozi dengan serius. Dia ingat kalau gurunya pernah mengatakan kalau simpanse adalah hewan paling pintar di muka bumi ini.
"Kamu berani membandingkan aku dengan simpanse?" tanya Shen Mochen sambil menjambak kunciran Taozi dengan keras hingga membuat Taozi menggertakkan giginya untuk meminta tolong.
"Kamu juga membandingkan aku dengan babi!" ucap Taozi dengan kesal. Dirinya mengusap kepalanya dengan lembut. Kemudian, terbesit dalam pikirannya, Haruskah aku memotong pendek rambutku sehingga Shen Mochen tidak bisa menjambakku lagi?
Shen Mochen pun melengos dan tidak memerdulikan Taozi kembali...