Cepatlah Dewasa

Shen Mochen pun melengos tidak memedulikan Taozi kembali. Disisi lain, Profesor Shen sudah membeli beberapa tiket dan membawa mereka untuk masuk ke dalam Tianya Haijiao.

Pemandangan yang disuguhkan oleh Tianya Haijiao sangatlah indah. Dari belakang, kita bisa melihat Gunung Ma Ling yang indah, dan dari depan kita dapat melihat hamparan lautan luas. Bahkan air laut yang jernih, gelombang laut bergulung seirama, pohon kelapa bergoyang karena hembusan angin. Bebatuan berdiri kokoh di pinggir laut, ditambah langit biru yang semakin menambah keindahan pemandangan Tianya Haijiao di pagi hari ini.

Profesor Shen sangat layak menyandang gelar seorang profesor sejarah. Dia pun dengan sangat lancar dan jelas ketika menjelaskan tiap-tiap ikonik dari Tianya Haijiao. Dia sangat tenang dan memiliki warnanya tersendiri saat memberikan penjelasan. Bahkan, Profesor Shen jauh lebih bagus daripada kebanyakan pemandu wisata itu. Tidak sedikit dari pengunjung pun yang tertarik akan penjelasan yang diberikan olehnya dan akhirnya mengikuti mereka di belakang.

Postur tubuh Taozi yang memang agak kecil membuatnya dengan mudah terpisah dari mereka, apalagi adanya pengunjung lain yang tiba-tiba mengikuti mereka. Dia pun melihat pengunjung tersebut satu persatu, mereka seperti batu-batu besar yang menghadangnya. Hal itu membuatnya merasakan kekhawatiran di dalam hatinya. Tidak lucu kalau dia tersesat di tempat wisata dengan orang sebanyak ini. 

Disaat Taozi mulai merasakan kegelisahan dalam hatinya, tiba-tiba ada tangan hangat yang menggenggam tangan secara perlahan. Dia pun melihat siapa pemilik tangan hangat ini. Ternyata itu adalah Shen Mochen yang tanpa ekspresi apapun dan sedang menatap perempuan kecil ini. Taozi lalu memperhatikan Shen Mochen dengan sedikit rasa bersalah.

"Sayang…" panggil Taozi kemudian.

"Lebih dekat. Kalau kamu tersesat tidak ada yang akan mencarimu," jawab Shen Mochen. Lantas, dia pun menggenggam tangan Taozi dan mengikuti perginya Profesor Shen.

Jahat sekali… batin Taozi.

Taozi membuka matanya lebar-lebar. Dia lalu memerhatikan Shen Mochen yang saat ini sedang menggandeng dirinya melewati pengunjung-pengunjung itu. Jangan ditanya perasaannya seperti apa, hatinya diam-diam tertawa. Kedua tangan kecilnya kemudian meraih pundak Shen Mochen, "Hehe, katamu tidak ada orang yang mencariku, tapi bukannya kamu datang mencariku?" ucapnya sambil tertawa.

Shen Mochen kemudian memperlambat langkahnya. Dia tidak menoleh ataupun berbicara, tapi justru mencubit tangan Taozi.

"Aduh… Sakit! Lepaskan!" ucap Taozi sambil meringis kesakitan. Ini yang namanya pembalasan?! batinnya.

"Hmm." jawab Shen Mochen.

Profesor Shen saat ini sedang menunjuk sebuah batu besar dan menjelaskannya dengan detail kepada semua, "Terlihat tidak? Kata 'Tianya' di tulis oleh Cheng Zhe, seorang gubernur kota Yazhou periode Yongzheng di era Dinasti Qing. Sedangkan kata 'Haijiao' yang terukir di atas batu besar itu ditulis oleh Wang Yi, seorang komandan prajurit Qiong Ya pada era Republik Tiongkok." katanya.

"Yazhou itu apa?" tanya Taozi.

Profesor Shen lalu tersenyum kepada Taozi dan menjawab, "Yazhou adalah kota Sanya saat ini. Yazhou yang dulunya adalah sebuah kabupaten, kini telah berganti menjadi kota Sanya."

"Oh…" ucap Taozi sambil mengangguk.

"Tentu saja. Kedua batu ini 'Tianya' dan 'Haijiao' juga mempunyai sejarah dibaliknya. Ini adalah kisah tentang sepasang perempuan dan laki-laki yang dimabuk asmara, tapi berpisah karena pertikaian yang terjadi diantara kedua suku mereka. Kisah cinta mereka pun mendapat penolakan dari masing-masing keluarga mereka. Hingga mereka berdua memutuskan untuk loncat ke lautan lepas dan berubah menjadi dua batu besar yang selamanya terpisah. Untuk mengenang kisah cinta mereka, masyarakat selanjutnya mengukir kata 'Tianya' dan 'Haijiao'. Kata 'Tianya Haijiao' pun memiliki arti, yaitu 'Tianya' yang berarti akhir dari dunia dan 'Haijiao' yang berarti akhir dari lautan. Selanjutnya, pemuda pemudi yang sedang jatuh cinta menggunakan kata, 'Hingga akhir dunia perasaanku akan selalu mengikutimu' untuk menunjukkan perasaannya kepada pasangannya", lanjut Profesor Shen. Tentu saja penjelasannya ini hanyalah omongan mulut ke mulut, dan tidak ada kebenaran pasti dari kisah ini.

"Cukup, cukup, cukup. Penjelasanmu terlalu banyak," sela He Yue. Dia merasa penjelasan Profesor Shen terlalu banyak dan membosankan. Dia lalu menoleh ke arah Shen Mochen dan Taozi dan tersenyum kepada mereka, "Cepat, kalian berdua berdiri dibawah batu Tianya Haijiao itu. Aku akan foto kalian berdua!" katanya.

"Baik!" ucap Taozi sambil menganggukkan kepalanya dengan semangat. Kedua tangannya pun langsung merangkul lengan Shen Mochen dan berdiri dibawah kata 'Tianya' sesuai perintah He Yue...