"Haduh, lagi-lagi foto tanpa ekspresinya Chen Chen," ucap He Yue. Dia merasa sangat tidak puas ketika melihat layar kameranya. Dia hanya melihat kedua tangan Taozi yang merangkul lengan Shen Mochen, dan kepalanya menyandarkan di pundak Shen Mochen, dan dengan senyum manis melihat ke kamera. Tapi, Shen Mochen hanya berdiri tegak dengan kepala terangkat dan tatapan seperti meremehkan. Bahkan, dia pun tidak melihat ke arah kamera.
"Kamu ini benar-benar!" kata He Yue sambil menatap anaknya ini dengan kesal.
Shen Mochen lalu menghampiri ibunya dan mengambil kamera yang dipegang oleh He Yue. Dia melihat layar kamera itu, kemudian mengembalikannya kembali kepada ibunya, "Siapa yang mau tersenyum seperti orang gila" katanya sambil menggerutu.
Taozi yang berada di belakang Shen Mochen tidak mendengar Shen Mochen yang menggerutu karena pandangannya terfokus pada sesuatu.
"Sayang, kamu sedang lihat apa?" tanya ayah Taozi sambil mengusap kepala Taozi ketika dia melihat Taozi seperti sedang fokus pada sesuatu.
"Ayah, aku juga mau minum itu!" ucap Taozi dengan lantang sambil menunjuk kedai yang tak jauh dari tempatnya. Ayah Taozi pun mengikuti jemari yang ditunjuk olehnya, ternyata itu adalah sebuah kedai es kelapa muda. Di sana pun juga bisa meminum air kelapanya langsung dari buahnya.
"Chen Chen, kamu bawa Taozi beli itu, gih! Kita tunggu di sana," ucap He Yue. Dia pun kemudian mendorong Shen Mochen, lalu menarik tangan Ibu Taozi untuk berjalan di salah satu tempat istirahat yang tidak jauh dari sana.
"Oke!" kata Taozi yang mendengarnya langsung menggandeng lengan Shen Mochen dan berjalan menuju kedai es kelapa itu. Sesampainya di kedai itu, Shen Mochen membeli dan membayarnya. Dia sangat puas saat membawa kelapa muda yang sebegitu besarnya dan meminum air es kelapa muda yang manis dan segar dari buahnya langsung. Shen Mochen pun hanya melirik ke arahnya tanpa berkata apa-apa.
"Sayang, kamu tidak haus?" tanya Taozi yang penasaran karena Shen Mochen hanya membeli satu untuk dirinya.
"Kelihatannya tidak enak," kata Shen Mochen sambil memandang aneh ke kelapa itu.
"Tidak mungkin, ini manis dan segar loh! Sini, kamu coba dulu," ucap Taozi sambil menyodorkan kelapa yang dia bawa ke bibir Shen Mochen.
Shen Mochen pun sampai bergeser untuk menolak, "Tidak mau!" katanya.
"Aku tidak bohong, ini sungguh lezat. Sini, sayang!" kata Taozi yang kembali menyodorkan buah kelapa itu ke Shen Mochen. Bahkan wajahnya kini lebih bersemangat.
Baiklah… batin Shen Mochen dengan raut wajah yang tidak suka. Dia akhirnya menundukkan kepalanya dan menyeruput es kelapa itu. Sebenarnya tidak ada rasa yang spesial, lagi pula ini es kelapa muda asli langsung dari buahnya. Tidak ditambah gula, atau pemanis buatan, jadi rasanya pun sedikit hambar.
"Bagaimana? Enak, kan?" tanya Taozi dengan senyum percaya diri di wajahnya.
"Ehm," gumam Shen Mochen sambil mengangguk.
"Ayo kita pergi, ayah mertua dan ibu mertua ada di sana," kata Taozi sambil menunjuk ke tempat istirahat pengunjung yang tak jauh dari tempat mereka. Dengan kakinya yang kecil, dia pun berlari ke tempat itu.
"Larimu pelan sedikit…" teriak Shen Mochen. Dia melihat sosok Taozi berlari sangat cepat dan berniat untuk mengingatkannya. Namun, baru saja dia mengingatkan Taozi, tiba-tiba langsung terdengar suara bruk dari kejauhan. Ternyata Taozi jatuh tertelungkup di atas pasir.
Shen Mochen tidak berkata apa-apa. Untuk saat ini, dia sangat ingin untuk berpura-pura tidak mengenal Taozi. Tapi, ketika dia berjalan ke depan dan melihat Taozi, ada perasaan iba dalam hatinya. Taozi sungguh jatuh, tapi dia masih memegang erat buah kelapa itu dalam dekapannya.
"Berdiri," pinta Shen Mochen.
"Aduh." keluh Taozi. Baru saja dia berusaha untuk berdiri, tapi lututnya lemah dan membuatnya terjatuh lagi...