Mendengar ucapannya barusan, Ayah Taozi merasa sedikit menyesal akan keputusannya. Lali, di saat dia akan menekan bel kamar sebelah, kebetulan pintu kamar keluarga Shen Mochen terbuka. He Yue mengangkat kepalanya dan melihat ayah Taozi yang sedang akan menekan bel kamarnya. Dia terdiam selama beberapa saat, setelah itu dia tertawa, "Taozi sulit bangun lagi ya?" tanyanya.
"Iya," jawab ayah Taozi dengan sungkan. "Bagaimanapun, aku dan ibunya sudah membangunkan dia, tapi dia sama sekali tidak meresponnya. Mungkin, kemarin dia terlalu capek bermain. Lalu, aku terpikir untuk memanggil Chen Chen agar membantu kita untuk membangunkannya," lanjutnya.
Setelah mendengar penjelasan ayah Taozi, He Yue pun memanggil Shen Mochen. Shen Mochen lalu berjalan ke ibunya dan melihat ayah Taozi yang sedang berdiri di depan pintu kamarnya, "Halo om," sapanya. Lalu, dia pun langsung berjalan menuju kamar Taozi dan berkata, "Aku akan pergi membangunkan dia."
Ayah Taozi dengan segera mengikuti Shen Mochen. Dia melihat Shen Mochen memasuki kamarnya. Setelah memberi salam ke ibu Taozi, Shen Mochen berdiri disamping kasur Taozi. Tanpa berkata apapun, Shen Mochen hanya memperhatikan Taozi yang sedang tertidur. Lalu hal aneh terjadi.
Taozi yang sedang tertidur pulas, dengan sangat berat dia membuka matanya perlahan. Di tengah nyawanya yang belum lengkap, dia melihat sesosok yang berdiri di samping kasurnya sedang memperhatikan dirinya.
Shen Mochen masih menatap Taozi dengan tatapan tanpa ekspresi. Dia lalu melihat Taozi yang mulai membuka matanya, "Sudah bangun? Bangun gih." katanya.
"Hm," gumam Taozi yang kemudian duduk dengan selimut yang masih menutupi dirinya. Dia melihat sekelilingnya, lalu menyadari ayah dan ibunya dengan wajah tidak habis pikir sedang memperhatikan dirinya. Dia pun hanya menggaruk kepalanya, lalu akhirnya dia bangun dan pergi ke kamar mandi untuk mandi.
Ayah Taozi berbalik badan dan terus menghela napas dengan berat.
Taozi kini sudah siap, mereka pun kemudian pergi untuk sarapan. Setelah sarapan, mereka akhirnya pergi ke Teluk Yalong. Taozi tampak sangat dekat ketika mengikuti Shen Mochen di belakangnya. Tapi, dia menyadari kalau Shen Mochen kembali seperti sebelumnya, yaitu sikap yang dingin dan acuh kepada dirinya. Hanya saja, ketika sedang ramai Shen Mochen baru menggandeng tangannya agar dia tidak hilang. Taozi menggaruk kepalanya, sebenarnya dia agak bingung sekarang, Jangan-jangan kehangatan Shen Mochen kemarin malam hanyalah mimpi? tanyanya dalam hati.
Taozi tanpa tersadar mengusap bibirnya, dan bahkan masih terasa dengan jelas hangatnya ciuman Shen Mochen kemarin malam. Dia pun masih ingat degupan jantungnya yang tidak karuan. Bukannya mimpiku ini terlalu nyata? batinnya kemudian.
"Kok melamun?" tanya Shen Mochen sambil mengangkat salah satu alisnya. Wajah putih Taozi tiba-tiba memerah karena sepasang mata bulatnya terus memandangi dirinya tanpa henti.
=_=!!
Baiklah, raut wajahnya garang sekali. Pasti kemarin malam aku sedang bermimpi. Batin Taozi. Dia menggeleng, lalu membuang jauh-jauh pikirannya saat ini. Dia pun kemudian tersenyum dan merangkul lengan Shen Mochen, "Mana ada melamun. Aku hanya sedikit lapar." katanya setelah itu.
"Lapar?" tanya Shen Mochen. Matanya kemudian menatap Taozi dengan aneh, lalu salah satu tangannya menyentuh perut buncit Taozi, "Bukannya tadi pagi kamu makan siomay, satu roti kukus, semangkuk bubur, dua roti pindang dan segelas susu kedelai? Kok masih lapar?" lanjutnya.
Seketika hatinya terharu ketika Taozi diberi pertanyaan seperti itu, Bukankah kamu terlalu jelas mengingat apa yang telah aku makan, katanya dalam hati. "Itu… Kan aku sedang masa pertumbuhan… Hehehe…" jawabnya sambil nyengir.
Shen Mochen memperhatikan Taozi sejenak, lalu tiba-tiba dia tertawa "Oh…!! Tidak terlihat tuh." katanya...