Matahari dan Pantai

Shen Mochen memperhatikan Taozi sejenak, lalu tiba-tiba dia tertawa "Oh…!! Tidak terlihat tuh." katanya.

Taozi menatap Shen Mochen dengan kesal, "Ini kan masih proses, kamu akan bisa melihatnya secepatnya!"

Sudut bibir Shen Mochen kemudian tersenyum dan menjawab, "Baiklah, aku sudah tidak sabar."

"Eh?" gumam Taozi ketika melihat senyum hangat Shen Mochen. Dia terdiam sebentar, Apa jangan-jangan kemarin malam, aku tidak sedang bermimpi? batinnya.

Shen Mochen lalu mengalihkan pandangannya lagi, dan dia kembali menjadi Shen Mochen biasanya yang selalu dingin. Apakah, aku baru saja terpana? Benarkah? batin Taozi yang kepala kecilnya dengan cepat penuh akan sikap-sikap Shen Mochen yang kadang hangat kadang dingin.

Teluk Yalong adalah teluk paling timur di Provinsi Hainan dengan bentuk yang menyerupai bulan sabit. Suhu disini pun terbilang hangat, dengan pemandangan layaknya sebuah lukisan. Langit biru dengan hangatnya sinar matahari, udara yang segar, pepohonan rindang berjajar menghiasi tepian sungai. Bebatuan kokoh di tepi pantai dengan deburan ombak yang tenang. Pasir pantai putih yang lembut dan air laut sebiru langit, membuat siapapun mampu melihat kehidupan bawah laut yang indah. Bayangan pohon kelapa bergoyang kesana kemari, bahkan bunga-bunga dan tanaman tropis tumbuh di sepanjang garis pantai.

Taozi sangat menunggu-nunggu liburannya hari ini. Karena pada akhirnya, dia bisa memakai baju renangnya dan berenang di pantai. Sesampainya mereka di tepi pantai, dia pun tidak sabar untuk mengajak ibu dan ibu mertuanya pergi ke ruang ganti. Disamping itu, ketiga laki-laki itu menatap mereka, dan menggelengkan kepalanya karena tidak habis pikir. Mereka saja bisa berganti celana renang dengan terserah. Memang perempuan itu repot sekali!

Taozi sudah mengganti bajunya dengan baju renang. Tanpa memakai alas kaki, dia pun langsung berlari di pasir pantai. Dia lalu merasakan pasir pantai yang lembut datang dari kakinya. Ombak laut yang menyapu tepi pantai membuat bekas di pergelangan kaki putihnya. Lalu, dia pun kembali ke pantai. Dia pun cekikikan ketika merasakan geli di kakinya sekarang. Sedangkan Ibu Taozi da He Yue memakai kacamata hitamnya, kemudian mencari sebuah tenda. Mereka pun merebahkan tubuhnya diatas pasir dan merasakan hangatnya sinar matahari merasuki tubuh mereka.

Shen Mochen kini duduk disamping Taozi, dia sempat memerhatikan Taozi yang melompat kesana kemari di atas pasir pantai dengan tawa hangat yang terpancar dari bibir merahnya.

Taozi memanglah seorang anak kecil. Meskipun dia memilih baju renang berwarna merah muda dengan motif rok lipit seperti gaun. Tapi, tetap saja tangan dan kakinya yang mungil tidak bisa berhenti berlari dan meloncat ke sana sini. HIngga akhirnya, meninggalkan jejak telapak kaki kecil di pasir pantai. Lalu, jejak-jejak itu terhapus oleh deburan ombak dan tidak meninggalkan jejaknya lagi.

Shen Mochen… Shen Mochen… Tidak menyangka kemarin malam kamu mencium anak sekecil ini! batin Shen Mochen kemudian.

Ada ekspresi tidak senang di wajah Shen Mochen saat ini, hanya saja dia tidak ingin mengingat ciuman kemarin malam yang membuat jantungnya berdegup kencang. Lalu, dia kembali melihat tawa polos perempuan di depannya ini, perempuan yang bahkan belum pubertas. Memikirkannya saja sudah membuat dirinya menarik napas panjang-panjang. 

"Sayang, sayang, kamu kenapa duduk di sana? Ayo kita bermain di dalam air," kata Taozi sambil berlari menghampiri Shen Mochen. Sepasang matanya memancarkan kegembiraan hingga ujungnya menyipit seperti bulan sabit. Dia tersenyum lebar dan menampakkan deretan gigi-gigi putihnya. Lalu, dia pun mengeluarkan tangan Shen Mochen, tapi tidak menyeretnya. Sebaliknya, dia justru membuang tangan itu ke belakang dan langsung memeluk tubuh Shen Mochen. 

Shen Mochen merasa tidak berdaya ketika melihat Taozi bergelayutan di tubuhnya. Wajah merah kecil Taozi dengan mata yang berbinar-binar, kini sedang menatap dirinya, "Masih tidak berdiri? Kamu berencana mencelakaiku?" tanyanya...