Setelah bel pelajaran kedua berbunyi, terdengar musik dari gedung olahraga melalui bel sekolah. Dengan ini, artinya menandakan penyambutan siswa baru setiap tahunnya dimulai. Para wali kelas siswa baru pun menyuruh anak-anaknya untuk baris dan berjalan ke lapangan untuk mengikuti upacara. Semua murid baru telah berkumpul di lapangan. Setelah mereka mengikuti upacara bendera dan lagu Kebangsaan Tiongkok berkumandang, kini giliran Kepala Sekolah menyampaikan pidato dimulainya semester baru ini.
Kepala sekolah ini adalah seorang bapak-bapak yang sudah berusia 50 tahun lebih, kepalanya pun kini hanya menyisakan beberapa helai rambut. Meskipun usianya sudah tua, tapi terlihat tubuh beliau masih sehat bugar, beliau juga terlihat sebagai sosok yang ramah. Kepala sekolah ini bukan tipe orang yang suka bertele-tele. Karena itu setelah beliau mengucapkan beberapa kata, beliau langsung memanggil salah seorang murid dari bawah untuk naik ke podium, "Baiklah, tanpa perlu banyak basa-basi, mari kita sambut delegasi untuk membacakan pidato kepada murid baru tahun ini, Shen Mochen, dari kelas 8B!" katanya.
Shen Mochen? batin Taozi ketika mendengar nama Shen Mochen disebut, seketika membuatnya langsung bersemangat. Ternyata Shen Mochen adalah seorang delegasi yang mewakili siswa? tanyanya dalam hati.
Taozi langsung mendongakkan lehernya, mencoba untuk melihat ke arah podium. Untungnya para murid baru berbaris di posisi paling depan. Hanya saja jarak antara podium dan lapangan yang dia pijak kini masih terpisah beberapa langkah, jadi kelihatannya tidak terlalu jelas.
SMP nomor 1 memiliki beberapa seragam sekolah, ada kaos, kemeja, jas, rompi, dan baju olahraga. Masing-masing musim akan memakai baju yang berbeda. Hari ini Shen Mochen memakai kemeja putih pendek, lalu di luarnya dia memakai rompi abu-abu terang, dan dia kini sedang berjalan dengan tegap ke arah podium. Sinar matahari hangat di bulan September menyinari tubuhnya. Tampak dengan jelas tidak ada perbedaan seragam yang dipakainya maupun dengan murid lainnya. Tapi, ada aura ketampanan tersendiri yang terpancar dari Shen Mochen.
"Guru-guru yang saya hormati, teman-teman yang saya cintai, hari ini adalah hari pertama tahun ajaran baru…" kata Shen Mochen melalui mikrofon. Suara beratnya, layaknya angin musim gugur yang dengan lembut menyapu semua orang. Meskipun dalam pidatonya tidak terlalu banyak improvisasi, tapi pembawaan yang begitu tenang dan mantap. Hal itu membuat semua orang yang mendengarnya, begitu terlarut dalam nuansa bersejarah sekolah yang usianya sudah ratusan tahun ini.
Pidato Shen Mochen akhirnya mendapatkan tepuk tangan dan pujian dari semua orang. Ketika dia turun dari podium, Zhao Xue tampak sedang berbisik kepada Taozi, "Kakak kelas ini cukup tampan ya, pasti banyak perempuan di sekolah ini yang menyukai dia." katanya. Taozi yang mendengarnya hanya tersenyum tanpa mengucapkan sepatah kata pun.
Hari pertama sekolah akhirnya berakhir. Sebelum pulang sekolah, wali kelas membicarakan tentang kegiatan belajar individu malam hari. Beliau berkata kalau murid kelas satu tidak terlalu diwajibkan untuk mengikuti ini. Karena itu, wali kelas Zhao menyuruh mereka untuk bertanya kepada orangtua mereka terlebih dahulu. Kalau orangtua mereka merasa bahwa anaknya perlu untuk mengikuti kegiatan tersebut, maka keesokan harinya mereka bisa pergi menemui dan mendaftar ke wali kelas Zhao.
"Taozi, kamu berencana untuk ikut kegiatan belajar individu itu?" tanya Zhao Xue sembari membereskan tas sekolahnya.
Taozi berpikir beberapa saat, kemudian dia menggeleng dan menjawab, "Aku belum memikirkannya. Tunggu aku pulang, lalu aku akan tanya ke ayah dan ibuku. Kalau mereka menyuruhku untuk ikut, aku pasti daftar."
"Haduh Taozi, hal seperti ini tidak perlu kamu diskusikan dengan orang tuamu. Ayah ibumu pasti menyuruhmu untuk ikut. Tapi aku masih beruntung, ayahku berkata kalau aku boleh belajar sendiri di rumah hehe," jawab Zhao Xue sambil tersenyum. Sesaat setelahnya, dia pun melambaikan tangan ke Taozi, "Sampai jumpa besok, Taozi!" katanya.
"Iya! Dadah!" jawab Taozi. Setelah berpamitan dengan Zhao Xue, dia pun menggendong tas sekolahnya. Kemudian, dia teringat akan ucapan Shen Mochen tadi pagi, lalu dia pun segera turun tangga. Dia kemudian berjalan ke arah lorong sekolah yang berada di belakang lantai kelasnya. Di sini adalah lantai dimana semuanya adalah murid kelas 8.
Bagi sekumpulan anak kelas 8, tinggi badan Taozi memang terlihat lebih kecil. Kelas Shen Mochen yaitu 8B, letaknya berada di lantai 3. Taozi lalu menaiki satu persatu tangga tersebut dengan pelan-pelan. Siswa-siswa yang saat itu sedang berada di sana, karena kebetulan memang jam pulang sekolah, tampak memerhatikan seorang gadis kecil berjalan di lantai dengan tatapan penuh tanda tanya...