Menantuku (3)

Sesampainya di pintu kelas 8B, Taozi menyadari kalau di kelas ini masih banyak murid yang tinggal. Tidak seperti kelas 7, yang jam segini sudah tidak ada seorangpun di sana. Dia lalu berdiri di depan kelas Shen Mochen sambil melihat ke dalam kelas tersebut. Pandangannya menyapu wajah-wajah asing tersebut, dan akhirnya menemukan sosok yang dia cari. 

Taozi melihat Shen Mochen di barisan kedua yang sedang membereskan tasnya. Shen Mochen lalu merasa bahwa ada seseorang yang sedang memperhatikannya dari luar. Dia pun menoleh ke arah luar dan menemukan Taozi yang sedang menunggunya. Kemudian, dia kembali sibuk membereskan barang-barangnya. Setelah barang-barangnya sudah dia masukkan ke dalam tas, dia pun berjalan keluar kelas dengan santai. Setelah itu, dia berhenti tepat di depan Taozi dan berkata, "Ayo!" 

"Uhm," gumam Taozi yang reflek dan langsung berjalan di sebelah Shen Mochen sambil merangkul lengannya. Seketika, terdengar suara bisik-bisik dari kelas yang ada di belakang mereka. 

Shen Mochen kemudian menundukkan kepalanya dan melihat tangan Taozi yang merangkul lengannya dengan erat. Dia pun dengan reflek langsung menghela napas, "Taozi, kita sekarang masih di sekolah." katanya.

Taozi menyipitkan matanya dan bertanya dengan bingung, "Ha? Memangnya kenapa? Dulu ketika kita masih SD kan juga di sekolah." 

Shen Mochen lalu menjitak kepala Taozi dan berusaha untuk menjelaskan, "Sekarang kita sudah SMP. Hati-hati saja kalau ketahuan oleh guru BK 'perempuan yang jahat', nanti orang tua kita dipanggil. Dia adalah guru perempuan yang cepat mengetahui siapa saja yang pacaran."

"Tapi kamu masih menyuruhku untuk menunggu di depan kelasmu," ucap Taozi. Dia pun dengan segera melepaskan tangannya, lalu mengusap kepalanya yang habis dijitak oleh Shen Mochen.

"Dua murid yang di sana, berhenti!" kata seseorang.

Tiba-tiba suara lantang dan menyeramkan terdengar dari belakang Shen Mochen dan Taozi. Dia pun kemudian terdiam sambil menatap Taozi, Baru saja hari pertama masuk sekolah, guru BK yang jahat itu sudah menjalankan tugasnya? tanyanya dalam hati.

Taozi sedikit gugup mendengar suara mengerikan itu, tangannya secara reflek semakin menarik tepian baju Shen Mochen. Guru BK tersebut sebenarnya seorang perempuan yang ramah, mirip seperti seorang perempuan tua di kartun TV yang tidak menerima hadiah tahun baru. Hanya saja, kalian tidak bisa menilai orang hanya dengan penampilannya. 

Meskipun guru BK tersebut termasuk orang yang baik hati, tapi beliau tidak ada toleransi sama sekali untuk menegakkan kedisiplinan dan peraturan sekolah. Meskipun terkadang sedikit berlebihan, terlebih ketika beliau melihat seorang murid laki-laki dan perempuan berjalan bersama, beliau akan segera mendatangi dan menginterogasi mereka.

Shen Mochen dan Taozi kemudian berbalik badan. Mereka melihat guru BK yang jahat itu kini berdiri tepat di depan mereka dengan tatapan yang dingin.

"Shen Mochen?" tanya guru BK tersebut dengan tatapan yang sedikit bingung karena dia mengetahui murid ini. Setiap kali ujian, Shen Mochen selalu berada di tingkat pertama. Semua PR nya dia kerjakan dengan baik, bahkan semua guru pun menyukai sosok Shen Mochen. Seorang murid laki-laki dengan wajah yang cukup tampan. 

Tidak sedikit siswa perempuan di sekolah itu yang diam-diam menyukai Shen Mochen. Hanya saja, Shen Mochen ini tidak suka bergaul dengan orang lain. dia bahkan terlihat sering sendiri. Maka dari itu, guru BK pernah berpikir, kalau saja setiap siswa di sini sama seperti Shen Mochen, pasti akan sangat baik. 

Tapi sekarang, murid yang diunggul-unggulkannya justru bergandengan tangan dengan seorang perempuan. Meskipun Shen Mochen dengan cepat melepaskan gandengannya, tapi guru BK tersebut tetap sudah melihat semuanya.

"Namamu siapa? Kelas berapa?" tanya Guru BK tersebut yang pandangannya teralihkan ketika melihat sosok Taozi yang berada di samping Shen Mochen. Dia terlihat masih seperti anak SD. Tingginya sangat kecil, wajahnya juga masih sangat anak-anak, batinnya...