Shen Mochen mengernyitkan alisnya. Lalu, dia melihat jam yang ada di pergelangan tangannya. Sebentar lagi sudah memasuki waktu pulang sekolah, biasanya ketika ada guru yang masih menerangkan 1 pelajaran, Taozi pasti juga sudah datang. Dia sempat berpikir beberapa saat, akhirnya dia memutuskan untuk memasukkan buku tugas dan buku-buku lainnya ke dalam tasnya. Dia kemudian membawa tasnya dan pergi ke lantai kelas 7 berada.
Beberapa kelas yang berada di bawah tampak mematikan lampunya. Menurut sepengetahuan Shen Mochen, murid kelas 7 yang mengikuti kelas malam benar-benar bisa hanya dihitung jari. Dia pun melihat kelas-kelas yang kosong itu dengan heran. Dia kemudian mempercepat langkahnya untuk naik ke lantai atas.
Sesampainya di kelas 7B, Shen Mochen melihat kalau lampu kelas Taozi masih menyala. Dia tampak menghela napas karena lega, lalu dia segera masuk ke kelas Taozi. Di dalam kelas itu juga sudah terlihat tidak ada orang. Hanya menyisakan sosok Taozi yang tidak tenang duduk di bangkunya.
"Mengapa tidak pergi?" tanya Shen Mochen. Dia berjalan ke depan Taozi dan mengambil tas yang berada di atas meja Taozi. Namun, ketika dia akan berjalan pergi, tiba-tiba dia mendengar suara sesenggukan yang lirih dari Taozi, "Tunggu sebentar." ucapnya.
"Ada apa?" tanya Shen Mochen. Ketika dia mendengar suara Taozi yang sesenggukkan, dia langsung berjalan ke samping Taozi.
Terlihat kerlingan air mata di kedua mata Taozi. Wajah bulat yang biasanya merah, hari ini terlihat sedikit pucat. Mulut manisnya juga tidak terlihat mengeluarkan bercak darah atau apapun.
"Kamu sakit?" tanya Shen Mochen sambil memegang kening Taozi. Suhunya normal, tidak ada demam.
"Bukan… Aku… Aku…" jawab Taozi dengan gagap karena merasa dirinya sedikit canggung. Dia terus menerus menghela napas, dan tidak tahu bagaimana dia harus menjelaskannya kepada Shen Mochen. Sekali lagi dia menatap Shen Mochen yang penasaran. Akhirnya, dia menundukkan kepalanya, dan dengan suara yang pelan berkata, "Aku 'itu' sudah datang…"
Terjadi keheningan diantara mereka selama beberapa saat.
Taozi tidak berani mengangkat kepalanya dan menatap Shen Mochen. Wajah yang awalnya pucat, dengan sekejap berubah kemerahan karena menahan malu.
"Oh," jawab Shen Mochen dengan pelan. Kelihatannya setelah ini kecemasan Taozi akan berkurang dalam sekejap, batinnya.
Taozi tiba-tiba menerima sebuah seragam sekolah. Tentu saja seragam itu adalah jas milik Shen Mochen.
"Pakai ini," kata Shen Mochen. Ekspresinya benar-benar sangat biasa, sedikitpun dia tidak menunjukkan ekspresi canggung kepada Taozi.
Taozi bingung selama beberapa saat. Dia pun akhirnya mengambil seragam itu, dan memakainya di pinggangnya. Sekarang noda yang ada dibalik tubuhnya pun akhirnya tertutupi.
"Ayo pulang," kata Shen Mochen sambil menggandeng tangan kecil Taozi yang dingin itu.
Kehangatan yang dibawa dari telapak tangan Shen Mochen seketika membuat Taozi merasa lebih tenang. Perempuan itu pun mengangkat kepalanya dan menatap Shen Mochen yang berada di sebelahnya. Di dalam seragam sekolahnya, Shen Mochen hanya menggunakan sweater berwarna coklat terang. Sekarang masih awal musim semi, perlu diingat udara di luar pun masih belum sepenuhnya menghangat. Terlebih ketika pagi dan malam hari udara di luar masih terasa sangat dingin.
"Kamu tidak dingin?" tanya Taozi. Ada perasaan tidak tega menyelimuti hatinya saat ini.
"Hmm." gumam Shen Mochen.
'Hmm' ini dingin atau tidak dingin? tanya Taozi dalam hati yang lagi-lagi memikirkan dua jawaban kemungkinan dari Shen Mochen. Dia lalu memerhatikan punggung Shen Mochen yang sedang mengayuh sepedanya perlahan. Kemudian, dia merasakan hembusan angin malam musim semi yang menyeruak ke tubuhnya. Taozi mengeluarkan tangannya dan perlahan mendekap pinggang Shen Mochen, setelah itu dia menyandarkan kepala kecilnya ke punggung Shen Mochen.
Shen Mochen diam-diam terkejut ketika dia tiba-tiba merasakan kehangatan menyelimuti punggungnya. Tapi, ujung bibirnya justru hanya bisa tersenyum tipis. Dia pun mengayuh sepedanya dengan perlahan sambil menikmati sejuknya angin malam hari ini.
Mereka berdua pun akhirnya sampai rumah. Sesampainya di rumah, Taozi yang duduk di kursi belakang langsung lompat dan dengan tergesa-gesa memasuki pintu rumahnya. Ucapan salam pun dia tidak mengatakannya...
---
Dari 15 Februari 2020, koin yang sudah digunakan untuk membeli buku yang tidak terpilih akan dikembalikan dalam waktu 30 hari. Perlu diperhatikan Fast Pass yang sudah digunakan tidak bisa dikembalikan.
Buku-buku yang terpilih untuk dilanjutkan akan memiliki tanda khusus di pojok sampul dalam 30 Hari untuk menunjukkan kelanjutannya.
Terimakasih atas pengertian Anda.