Baru Saja Berpisah, Bertemu Sekali lagi

Shen Fanxing menatap Su Heng untuk waktu yang lama, lalu tiba-tiba ia tertawa dengan suara rendah. Tawa itu terdengar dingin dan sarkastik. Wajahnya menunjukkan ekspresi kejam yang sangat sempurna. Padahal, saat ini hatinya terasa sakit seperti diiris pisau. Bahkan, ia begitu sakit hati sampai rasanya tidak dapat disembuhkan.

Perkataan Su Heng benar-benar implisit dan pendirian kuat Shen Fanxing malah dianggap sebagai kesalahan. Apa yang kuat akan menjadi yang jahat dan pasti menindas yang lemah? batin Shen Fanxing yang masih tak habis pikir. Perkatan Su Heng seperti pisau yang tajam dan menusuk keras hati Shen Fanxing.

"Fanxing…"

Su Heng yang melihat Shen Fanxing seperti ini bahkan merasa lebih bersalah lagi. Ia ingin menggapai Shen Fanxing dan tetap ingin menenangkannya di saat ini, tetapi perempuan itu malah mengambil dua langkah mundur.

"Jangan sentuh aku!" hardik Shen Fanxing dengan geram sambil menepis tangan Su Heng. Ia perlahan-lahan mengangkat kepalanya dan menampakkan mata dinginnya yang tidak ingin lagi memikirkan Su Heng. Kemudian, ia menipiskan bibirnya hingga menjadi segaris tipis dan menatap Su Heng tanpa tersenyum. Selain ketidakpedulian dan ironi, ia benar-benar putus asa dan bertekad untuk segera memutuskan hubungannya dengan Su Heng.

Hanya dengan memandang Shen Fanxing sekilas seperti ini, Su Heng merasa jantungnya bergetar karena semacam rasa sakit yang menggulung. Bahkan, rongga dadanya ikut terasa sesak. "Fanxing…" ia kembali memanggil, tetapi tidak tahu harus berkata apa.

Shen Fanxing menatap Su Heng dengan dingin dan berkata dengan tak kalah dingin, "Ingatlah, Su Heng. Aku Shen Fanxing yang tidak menginginkanmu! Aku sungguh berharap kamu bisa hidup dengan Shen Qianrou untuk waktu yang lama. Kalian jangan mengharap apapun lagi dariku karena aku tidak akan memberikannya barang sedikitpun. Aku tidak selemah itu! Hah… Siapa yang akan menyeka wajahnya dengan handuk yang telah dipakai untuk menyeka bulu kaki?!"

Su Heng kembali merasa terkejut saat dihadapkan dengan kata-kata jahat yang belum pernah ia dengar dari Shen Fanxing. Wanita yang telah terlatih untuk selalu bersikap sangat baik sepertinya dapat melontarkan kata-kata yang tak tertahankan seperti itu. Namun, ia bisa memahami kemarahan Shen Fanxing saat ini. Ia pun mengerutkan bibirnya dan berkata dengan suara rendah, "Pokoknya… Maaf."

"Aku mengerti!" balas Shen Fanxing segera tanpa memberikan jeda.

Su Heng mendongak dan menatap Shen Fanxing sambil bergumam, "Baiklah, jika kamu bisa menerimanya…"

Wajah Shen Fanxing tak menunjukkan ekspresi apapun saat ia berkata, "Kenapa aku harus menerima maafmu? Kalian bisa meminta maaf, tapi aku juga punya hak untuk tidak memaafkan! Pergilah!"

Su Heng menatap Shen Fanxing dalam-dalam dan menyadari bahwa tidak ada gunanya untuk berbicara saat ini. Ia hanya berkata, "Kamu beristirahatlah yang baik," lalu berbalik dan meninggalkan ruang rawat inap.

———

Setelah Su Heng benar-benar meninggalkan ruang rawat inap, Shen Fanxing terduduk lemah di tempat tidur sambil memeluk kakinya yang ditekuk dan menatap kosong ke luar jendela. Dingin dan kuat? Ia dulu adalah air yang mengalir dengan sangat lembut. Namun, karena dunia ini terlalu dingin, ia harus mengubah dirinya menjadi es dan berubah menjadi lebih kuat.

Shen Fanxing hanya bisa melindungi dirinya sendiri. Ia tidak akan membiarkan dirinya dilukai dan tidak membiarkan sendiri menjadi sedih. Ia harus bisa menjaga dirinya dari air mata. Ia tidak mau membuat dirinya terlihat lemah, apalagi terlihat begitu menyedihkan bagi orang lain. Ia pikir ia sudah terbiasa dengan semua itu selama bertahun-tahun. Namun, ia sekarang menyadari bahwa ia tidak sekuat yang ia pikirkan.

Meskipun Shen Fanxing kini berada sendirian di kamar, ia tetap akan merasakan sakit hati dan merasa lemah. Ia tetap akan merasa sakit tenggorokan dan matanya terasa panas. Namun, ia hanya boleh lemah sampai di tingkat ini. Ia tidak akan meneteskan air mata yang tak pantas untuk diteteskan dan menjadi lebih lemah lagi. Pada akhirnya, Air mata hanya akan jatuh ke dalam debu. Air matanya nanti tidak hanya sia-sia untuk sesuatu yang tidak berharga, tetapi juga akan menjadi lelucon bagi orang lain.

Shen Fanxing memperhatikan sosok yang muncul di dekatnya dan tak lama kemudian, seseorang menyodorkan sapu tangan putih di depan matanya. Ia berhenti sejenak, lalu beralih untuk mengangkat kepalanya. Matanya yang lembut menunjukkan rasa terkejut yang singkat. Ia melepaskan lengannya yang sedari tadi memeluk kakinya dan bangkit dari tempat tidur. Kini, ia memandang pria tampan yang bertubuh lebih tinggi darinya. 

Mereka jelas baru saja berpisah, tapi sekarang mereka kembali bertemu.