Tunggu Sebentar

Tidak! Aku harus memikirkan cara untuk meminimalisir berita negatif! pikir Shen Qianrou.

"Fanxing, kenapa kamu menekan orang dengan begitu agresif?" tanya Su Heng. Wajahnya tampak tidak berdaya dan sedih, seolah-olah Shen Fanxing telah menjadi begitu tak tertahankan.

Shen Fanxing hanya sedikit menundukkan kepalanya, mengangkat tangannya, dan menyisir rambutnya yang kacau hingga mengekspos dahinya yang kini tampak berkilau dengan indah. Terdapat berbagai perasaan yang melekat di hati Su Heng namun tidak bisa dijelaskan setiap kali ia menghadapi Shen Fanxing. Tanpa sadar, ia tidak ingin terus berkonfrontasi dengan Shen Fanxing. "Kami datang ke sini hanya untuk menyapamu. Karena kami sudah menyapamu, sekarang kami tidak akan merepotkanmu lagi," kata Su Heng sambil memegang Shen Qianrou dengan kepala yang dipenuhi pikiran. Ia berbalik dan ingin pergi, tetapi suara dingin Shen Fanxing tiba-tiba terdengar.

"Tunggu sebentar."

Keduanya berhenti, berbalik, dan melihat Shen Fanxing melangkah demi selangkah menuju mereka berdua. Shen Fanxing masih mengenakan gaun rumah sakit yang kebesaran, menunjukkan aura yang elegan dan kuat yang hanya bisa dipicu olehnya seorang. Perempuan itu memancarkan aura yang dingin seperti bunga es yang merekah hingga membuat Su Heng sedikit terpana untuk sementara waktu.

Shen Fanxing berdiri di depan mereka, mengangkat kepalanya ke samping, lalu menatap mereka sambil tersenyum dan berkata, "Aku akan mengesampingkan masalah sebelumnya untuk sementara..."

Shen Fanxing tiba-tiba berhenti bicara. Kemudian, ia perlahan-lahan mengalihkan pandangannya ke arah Shen Qianrou. Tatapan dingin itu membuat hati Shen Qianrou tiba-tiba tegang. Matanya yang lemah kini menjadi semakin dalam dan penuh waspada.

"Cepat atau lambat, aku akan melepaskan perangkap yang telah kamu pasang untukku dengan hati-hati! Sekarang aku terlalu malas untuk melepaskannya, tapi aku tidak bisa membiarkan perangkap itu terpasang padaku tanpa bayaran," kata Shen Fanxing sambil menunduk dan menyesap air dalam gelas di tangannya. Sayangnya, begitu banyak air liur yang terbuang sia-sia. Air di gelas ini menjadi tidak begitu enak lagi.

Saat Shen Fanxing kembali menengadah, ia menurunkan kelopak matanya ke arah Shen Qianrou yang beberapa sentimeter lebih pendek darinya tanpa sedikit pun menunjukkan ekspresi di wajahnya yang dingin. Shen Qianrou merasa bahwa Shen Fanxing yang saat ini adalah yang paling menakutkan. "Kakak..." panggilnya lirih, namun kata-katanya tiba-tiba tersangkut di tenggorokannya.

Seluruh tubuh Shen Fanxing membeku kaku dan ia hanya berdiri terpaku di tempat seperti seorang idiot. Air panas perlahan-lahan mengucur dari atas kepalanya. Tak peduli betapa bagus kosmetik yang ia kenakan, riasannya tetap tidak tahan air panas dan jaket kremnya juga basah kuyup. Air panas terus mengalir lewat rambut panjangnya yang terurai di pundaknya, lalu mengalir ke tubuhnya. Ia kini terlihat berantakan dan sekarang suasana di dalam ruang rawat inap semakin hening.

"Aaahh...!!!"

Shen Qianrou tiba-tiba menjerit. Setelah agak lama, akhirnya Su Heng tersentak dari keterkejutannya dan meraih Shen Qianrou ke dalam pelukannya. "Qianrou! Apakah kamu baik-baik saja?" tanyanya.

"Kakak Heng…"

Shen Qianrou menggigit bibirnya dengan erat dan setelah menahan kesabaran dengan teguh, ia meneteskan air mata hingga terlihat sangat menyedihkan. Wajah Su Heng tampak penuh dengan penyesalan dan keprihatinan yang mendalam. Ia mengulurkan tangan, menarik rambut Shen Qianrou yang masih meneteskan air ke samping, lalu memegang Shen Qianrou dengan erat. Setelah melihat bahwa tidak ada luka di wajah Shen Qianrou, barulah ia merasa lega. Kemudian, ia memandang ke arah Shen Fanxing dengan muram. Wajah tampannya menatap dengan marah, seakan ingin membunuh Shen Fanxing. "Fanxing, kamu keterlaluan!"

Pyar!!!

Perkataan Su Heng dibalas oleh suara pecahan kaca. Tak lama setelahnya, Shen Fanxing berdiri dengan bangga di depan Su Heng. Ia tidak terlihat rendah hati, terburu-buru, apalagi panik. Tatapannya yang dingin seperti es langsung tertuju ke mata Su Heng.