Gadis Polos nan Manis

Cekrek!!!! Ditengah keheningan kedua pasangan pengantin itu, tiba-tiba saja terdengar suara decitan pintu yang terbuka diikuti dengan bunyi derap langkah beberapa orang setelahnya . Karan yang lebih dahulu menyadari kehadiran orang-orang disana pun langsung meraih jas nya yang masih tergantung rapi di sudut tempat tidur dan memakaikannya kepada Arindya .

"Sepertinya ada yang datang, pakai itu . Pakaianmu sangat tipis, kau tidak mungkin terus menggenggam selimut itu bersamamu bukan?" ujar Karan , lalu bangkit dan berpindah tempat ke arah sofa sambil ber[ura-pura memainkan ponselnya .

"Hai adik, apakah malam kalian menyenangkan?" ujar Laras usil setelah melempar tubuhnya ke samping sofa tepat disamping Karan .

"Apa ini semua adalah ulah kalian? Bahkan kalian tidak tahu bahwa gadis itu begitu takut akan kegelapan?"balas Karan kesal lalu bangkit meninggalkan ruangan tersebut begitu melihat pintu telah terbuka dan ia pun memiliki kesempatan untuk kabur.

"Apa yang terjadi?" ujar Kenanga menghampiri Arindya yang masih mematung di satu sisi tempat tidur sambil terus merapatkan jas Karan di tubuhnya .

"Apa ia masih sedingin itu , dan bahkan tidak peduli ? Padahal kau sudah begitu cantik?" sambung Laras sambil memerhatikan setiap detail dari tubuh Arindya yang masih tertutup selimut.

"Apa ini bahkan tidak ada tanda-tanda bahwa kalian menghabiskan malam bersama . Riasanmu pun bahkan tidak luntur sedikit pun ." ujar Laras cemberut ." Apa sesungguhnya adik tidak menyukai wanita ? Bagaimana bisa ia diam saja dan tak terusik sama sekali dengan gadis secantik adik ipar."

"Perlahan kau pasti akan mendapatkan hatinya Karan . Bersabarlah , bahkan kalian masih terlalu muda untuk memikirkan hubungan yang serius ." bujuk Kenanga sambil menepuk-nepuk pundak gadis yang masih mematung itu .

"Apa karena kau sependiam ini, makanya ia sama sekali tidak bergairah denganmu ?" ujar Kenanga seakan menemukan celah .

"Sudahlah Laras berhenti menilainya . Sebaiknya sekarang kau bersihkan tubuhmu dan ganti pakaianmu dengan pakaian yang lebih sopan. Kau akan menenmani Karan ke acara pelantikannya sebagai CEO baru nanti . Jadi berdandanlah yang cantik dan jugabersikaplah dengan elegan dan dewasa. Ini akan menjadi acara formalmu yang pertama sebagai istri Tuan Muda Lyn Group." ujar Kenanga menyerahkan beberapa Paper bag ke tangan Arindya . " Kami akan menunggumu diluar ."

Kenanga dan Laras pun meninggalkan Arindya seorang diri di dalam kamar tipe President Suite yang super mewah itu . Mereka memutuskan untuk menunggu di kafe hotel agar tidak mengganggu ketenangan sang adik ipar yang nampak cukup terguncang denga suasana malam pertama pernikahannya yang tidak sesuai rencana. Sementara itu Aditya yang sebelumnya memilih untuk berjaga di depan pintu pun memutuskan untuk masuk dan memeriksa sendiri kondisi putrinya.

"Arindya ." ujarnya dengan gurat wajah khawatir begiru menemukan putrinya sedang mematung seorang diri di salah satu sisi tempat tidur." Apa yang terjadi? Dia tidak menyakitimu bukan?"

"Ayah.." Arindya pun berlari ke dalam pelukan Aditya dan memeluknya cukup erat . Tanpa ia sadari ada buliran air mata yang menetes di perlahan di pelupuk matanya .

"Apa ia menyakitimu ? Beri tahu aku jika ia bertindak kasar terhadapmu . Biar aku yang akan menegurnya ." ujar Aditya gusar ketika menyadari sang putri menangis dalam pelukannya .

"Ayah terimakasih , karena kau telah memberikanku sosok pria yang seperti dirimu . " uajrnya sesenggukan.

"Apa? Ia t idak menyakitimu ? Sungguh? Lalu mengapa raut wajahnya begitu dingin saat aku menemuinya di luar tadi? Arindya jawab aku jujur ? Apa yang ia lakukan terhadapmu ? Apa bahkan ia menyentuhmu setelah ia berusaha kabur dari pernikahannya denganmu kemarin?" Aditya melepaskan pelukan Arindya darinya dan meraih tubuh gadis itu untuk duduk bersamanya di tepi tempat tidur . Ia menatap putrinyalekat-lekat .

"Tidak ayah , ia tidak menyentuhku . Aku sungguh tidak melakukan apapun dengannya semalam ." ujarnya meyakinkan sang ayah

"Lantas apa yang terjadi?"

"Semalam begitu gelap , aku sungguh takut . Aku ingin sekali berteriak memanggil namamu dan berlari ke dalam pelukanmu Ayah . Namun aku takut itu akan mengganggu pekerjaanmu . Karena itu aku meringkuk seorang diri di depan pintu itu . Pemuda itu , adikmu . Ia menemukanku dan membantuku . Ia bahkan tidak marah begitu aku berlari kedalam pelukannya karena takut . "

"Ia juga mengangkat tubuhku yang tertidur dalam pelukannya dan membawaku ke atas tempat tidur . Ia menemaniku semalaman tanpa menyentuhku , bahkan meskipun aku memakai pakaian seperti ini . Ia begitu sopan dan menghormatiku ayah . Ia bahkan jika aku terpaksa berada dalam pernikahan ini , dan ia tidak akan memaksaku lebih jauh . Ia hanya menginginkan kami untuk berteman . Kau benar Ayah ia sungguh baik . Apakah aku terlalu serakah jika aku mencintainya sejak pandangan pertama ." jelasnya penjang lebar dengan pipi yang merona lantaran malu.

"Apakah kau sungguh putriku ? Awalnya kau melihat kau sungguh telah dewasa dengan menerima kesepakatan ini demi diriku . Tetapi kini kau justru menunjukkan sisi lemah dan kekanak-kanakanmu karena cinta . Percayalah Arindya , apapun yang aku lakukan untukmu karena aku sungguh menyayangimu . Aku sudah berjanji kepada mendiang kedua orang tuamu untuk menjagamu dan aku akan memenuhi janji itu." balas Aditya dengan senyuman termanisnya yang mengungkapkan kebanggaannya terhadap sang putri.

Pasangan anak dan ayah ini nampak begitu menikmati momen kebersamaan mereka dengan melepas rindu satu sama lain. Mereka saling berpelukan dan berbagi cerita satu sama lain . Sementara itu di depan ruangan super megah itu diam-diam ternyata Karan mendengarkan setiap perbincangan mereka . Segurat senyuman seketika muncul diwajahnya . Sebuah senyum yang sesungguhnya sangat jarang ia tunjukkan di hadapan siapapun .

Karan Lyn . Ia bukan hanya terkenal karena merupakan pewaris tunggal perusahaan Lyn Group . Namun ia juga terkenal dikalangan wanita karena ketampanannya dan juga sikap dingin yang ia berikan . Ia bahakn menolak setiap wanita yang ingin dekat dengannya .Dalam benaknya terukir jelas bahwa tujuan utama dari wanita-wanita itu sesungguhnya adalah harta dan ketampanan dan bukan karena tulus menyukainya . Tetapi gadis yang sedang berada dalam jangkauannya ini sungguh berbeda , ia mengucapkan kata cinta dengan begitu tulus dengan mata yang berkaca-kaca. Bahkan ia bis amembaca dengan jelas bahwa gadis ini akan memberikan apapun untuknya dengan segenap ketulusan . Hal y ang belum pernah ia dapatkan dari orang lain selama ini selain dari sang kakak Aditya dan juga ibu kandung Aditya yang tak lain adalah pengasuhnya .

" Apakah ia memang sepolos itu? Bagaimana mungkin ia jatuh cinta pada pandangan pertama dengan sosok dingin dan angkuh sepertiku? Mengapa semakin lama aku merasa kau benar-benar menarik." batik Karan.

"Dia milikmu sekarang , maka kendalikanlah! Buat ia mencintaimu ." ujar Aditya mengelus lembut kepala putrinya yang manis. " Bersiaplah atau kau akan terlambat."

Arindya pun berlalu menuju kamar mandi untuk bersiap meninggalkan sang ayah seorang diri dengan senyum manisnya akan tingkah anaknya yang menggemaskan. Aditya pun kembali meriah ponselnya untuk menyelesaikan beberapa pekerjaan, namun dihalangi oleh Karan yang tiba-tiba muncul dan menariknya pergi.