Aku Tidak Menikah Dengan Surya.

Rhein menatap kepergian Keenan dengan perasaan yang bercampur aduk, pada satu dia merasa lega karena itu berarti dia tak harus menghabiskan waktunya bersama Keenan malam ini, dia merasa belum siap kalau harus melayani Keenan malam ini meski tindakan Keenan tadi membuatnya berdebar-debar. Di sisi lain dia bisa merasakan kesepian karena dia akan menghabiskan malamnya di kamar super luas ini sendirian dan yang paling menganggunya adalah Cassandra. Siapa Cassandra? Pertanyaan itu menderanya, rasanya seperti dia telah merebut suami orang saat mendengar nama Cassandra. Oh, tidak! Harusnya Rhein tidak memikirkan nama itu dan mungkin juga Keenan!

Setelah mandi Rhein merebahkan dirinya di atas tempat tidur, dia berguling-guling di sana tak tahu harus berbuat apa.

Ponsel Rhein berdering, dia melihat notifikasi pesan singkat dari anita sahabatnya.

(Jadi menikah?) tulis Anita.

(Jadi.) balas Rhein dengan malas, dia merasa mulai mengantuk.

(Aku dengar istri Surya datang ke situ untuk mengacaukan pernikahan kalian)

(Ya)

(Pasti dia keributan)

(Ya tapi aku tidak menikah dengan Surya)

(Bagaimana Bisa?) Anita menambahkan emoticon terkejut. Selain Anita siapapun yang mendengar dia tidak menikah dengan Surya pasti akan terkejut. Berita pernikahannya denga Surya sudah terdengar santer di kantor dan semua sudah mendoakan dia dan Surya bisa langeng sampai mereka tua nanti

(Aku ceritakan besok kalau kita ketemu, gak asyik kalau lewat pesan)

Tiba-tiba telepon Rhein kembali berdering, sebuah panggilan masuk ke ponselnya. Rhein mengira itu panggilan dari Anita karena gak sabar mendengar ceritanya tentang pernikahannya dengan Surya yang gak jadi.

"Halo..."

"Rhein, kamu dimana?" suara Surya membuat Rhein terhenyak, dia hanya menghela nafas panjang dan desahannya terdengar oleh Surya di ujung sana.

"Maafkan, Rhejn. aku tak berniat membohongimu. Aku tidak mencintai istriku, aku tidak tahu kalau dia rencana perni..."

Rhein langsung menutup panggilannya tapi sesaat kemudian teleponnya kembali berdering, Rhein kembali mengangkatnya.

"Rhein, dengarkan aku dulu!" teriak Surya di ujung telepon, Rhein terkejut ini bukan seperti Surya yang dikenalnya selama ini. "Kamu di mana? Aku akan menjemputmu. Kita bicarakan ini baik-baik!"

"Tidak ada yang perlu dibicarakan! Kita sudah tidak ada hubungan apa-apa lagi! Aku sudah menikah dengan orang lain!" Rhein tidak mengabaikan permintaan Surya untuk mengalihkan panggilan menjadi video call. Dulu dia sangat mencintai pria itu tapi kini dia membencinya karena Surya telah membohonginya tentang statusnya yang ternyata masih beristri, Rhein merasa sangat malu karena orang akan menganggapnya sebagai orang ketiga dalam kehidupan rumah tangga Surya dan Meta. Untungnya tak ada teman-teman kantornya yang datang jadi berita tentang Surya yang ternyata belum bercerai dengan istrinya tidak menjadi bahan gosip di kantornya beberapa hari ke depan.

Rencana awalnya memang hanya keluarganya dan keluarga Surya saja yang akan hadir dalam pernikahan mereka danpetugas dari KUA yang akan menikahkan mereka. Rhein hanya mengajak paman dan bibinya karena hanya mereka keluarga yang Rhein punya. Rhein sangat bahagia meski itu hanya sebuah pesta kecil karena bagi Rhein yang penting mereka menikah dengan sah di mata agama dan hukum tak perlu ada acara besar-besaran karena dia tak suka keriuhan.

"Kau tahu siapa yang kau nikahi?" tanya Surya tertawa.

"Dan kau tahu?"

"Ya, sangat tahu!" kata Surya penuh percaya diri, " Dia hanyalah seorang yang kubayar untuk menggantikanku selama akad,"

Rhein segera menutup teleponnya, dia merasa sangat muak, dia merasa tidak lagi mengenal Surya yang dikenalnya selama ini. Dulu dia mencintai Surya karena lembut dan penuh perhatian tapi pria yang berbicara dengannya di telepon sepertinya seorang yang arogan dan mau menang sendiri. Kalau saja waktu bisa diputar dia tidak ingin bertemu dengan Surya dan menjalin hubungan dengannya.

Rhein melempar teleponnya ke satu sisi tempat tidur dengan geram, dia mencoba memejamkan matanya yang sebenarnya sudah mengantuk tadi tapi kemudian kantuknya menjadi hilang gara-gara telepon dari Surya tadi.

Di sebuah kamar di hotel yang sama seorang lelaki duduk di atas tempat tidurnya dengan wajah yang terlihat murka, di depannya berdiri asistennya dengan wajah tegang.

"Maaf, Bos. Ternyata pengantin pengganti yang sudah kita siapkan tidak bisa menggantikan Bos saat akad. Kami dihalangi anak buah Keenan karena saat dia datang mereka sedang melangsungkan akad nikah,"

"Keenan?" Surya mengingat wajah dingin di sebelah Rhein saat dia membujuk Meta agar tidak mengacaukan pernikahan mereka.

"Ya, Keenan Putra. Aku yakin Bos pernah mendengarnya," Sang asisten menelan ludah.

Surya segera bangkit dari duduknya dan menatajam Rudi dengan tajam.

"Bagaiman mereka bisa menikah?"

"Itu karena.... dia menunggu terlalu lama sedang pengantin Keenan juga tak datang-datang."

Surya mengepalkan tangannya, dia merasa sangat marah. Andai Meta tak menghalanginya tentu rencana pernikahannya dengan Rhein akan berjalan lancar. Pantas saja Rhein bersikap dingin padanya itu pasti karena dia sudah mendapatkan pengusaha kelas kakap seperti Keenan. Surya segera menyalahkan Rudi yang tidak mengantisipasi semuanya sejak awal seperti mendatangkan penggantinya sejak awal sehingga mereka tidak membuat Rhein menunggu terlalu lama. Rudi hanya diam tanpa mengatakan apapun. Bukankah Surya sendiri yang memninta mereka menunda keberangkatan mereka karena dia tidak mau Meita memergokinya saat akad nikah dengan Rhein? Rudi menelan ludahnya kemudian menghela nafas panjang menatap lantai kamar hotel yang dilapisi karpet tebal. Dia segera keluar dari kamar itu ketika Surya mengusirnya tanpa perasaan

***

AlanyLove