Setelah makan siang, mereka mengobrol di ruang keluarga, Rhein menjawab pertanyaan-pertanyaan yang kakek ajukan dengan singkat. Dia juga hanya tersenyum dan tak banyak bertanya ketika kakek menceritakan banyak hal, tentang dirinya, tentang Keenan dan pekerjaannya. Sebenarnya Rhein sangat tertarik dengan semua cerita kakek terutama tentang Keenan tapi dia harus menahan keinginannya. Bagi Rhein semakin banyak dia tahu tentang Keenan maka semakin berat dia meninggalkan Keenan kelak.
Rhein bisa bernafas lega karena Kakek menerimanya dengan tangan terbuka meski tahu dia berasal dari keluarga yang berbeda dengan mereka. Kakek sedang bersemangat menceritakan masa mudanya saat Andy datang. Dia menyapa kakek dengan hormat lalu membisikkan sesuatu pada Keenan yang ada di sebelahnya. Meski Andy mengucapkannya dengan pelan.
"Cassandra sudah sadar, dia mencarimu,"
"Oke, kita ke sana," jawab Keenan, dia segera berdiri dari duduknya kemudian meminta ijin pada kakek untuk pergi karena ada urusan yang penting yang harus dihadapinya.
Rhein tersenyum sinis, entah Keenan atau Andy menyadarinya atau tidak. Entah mengapa nama Cassandra tiba-tiba mengusik hati Rhein membuatnya merassa nyeri. Rhein masih diam di tempatnya sampai Keenan memintanya ikut dengannya. Rhein berpamitan pada Kakek dengan enggan, sebenarnya Rhein masih ingin menemani kakek mengobrol dan mengurangi kesepiannya. Rhein tak perduli walau ada Ina di sana yang selalu menatapanya dengan tatapan tak bersahabatnya. Dengan berat hati kakek melepas Rhein dan Keenan.
"Sering main ke sini ya, Rhein," Kata Kakek sambil mengusap kepalaku.
"Iya, Kek. Tapi aku terserah Keenan saja," Rhein tersenyum dan melambaikan tangannya pada kakek sambil berjalan menuju mobil Keenan.
Mereka tak banyak bicara selama dalam perjalanan. . Keenan tampak fokus pada jalanan di depannya. Sepertinya dia sedang sibuk dengan pikirannya sedang Rhein juga sibuk dengan pikirannya. Mungkinkah Keenan akan membawanya menemui Cassandra? Siapa Cassandra yang selalu membuatnya selalu tergesa setiap mendengar namanya?
"Kita sudah sampai," kata Keenan sambil membuka sabuk pengamannya, ternyata mobil yang dikemudikan Keenan telah berhenti di depan sebuah bangunan megah, ini adalah apartemen termegah di kota ini.
"Oh," hanya itu yang terucap dari mulut Rhein.
Keenan memajukan wajahnya mendekat pada Rhein membuatnya tersipu. Jantungku berdetak lebih kencang. Rhein merasa pipinya panas, mungkin ada semburat merah di sana di bahkan sampai tak berani bernafas saking dekatnya wajah mereka. Keenan tersenyum dan tangannya segera bergerak membantu Rhein melepas sabuk pengaman yang dipakai Rhein. Rhein merasa lega sekaligus malu karena tadi sempat salah sangka.
Rhein masih terpaku di tempat duduknya saat Keenan membuka pintu mobil, Lelaki itu tampak tertawa kecil.
"Kau mau tetap di mobil?" tanya Keenan sambil menatap Rhein.
Rhein segera menutupi keterkejutannya dengan tertawa kecil juga. Keenan membantu Rhein turun dari mobilnya dan menggandengnya memasuki bangunan itu, Keenan segera menyuruh petugas keamanan untuk membantunya membawa barang bawaan Rhein ke unitnya. Rhein merasa dadanya kembali berdebar ketika Keenan memeluk pinggangnya dan memasuki lift. Unit Keenan terletak di lantai paling atas, Keenan segera membawa Rhein ke sana.
"Ini tempat tinggal kita selama kita menikah," kata Keenan saat mereka sampai di depan pintu unitnya.
Keenan memberitahu passwordnya dan meminta Rhein untuk untuk memencetnya. Saat pintu terbuka terlihatlah pemandangan di dalamnya yang sangat mewah. ruang tamu yang di tata dengan konsep minimalis tapi terkesan mewah dan elegan, sebuah dapur yang cantik yang menyatu dengan ruang makan dan sebuah kamar yang sangat luas dengan kaca besar yang menghadap ke balkon. Unit ini jelas lebih besar dari kontrakannya dan sepertinya sangat nyaman.
Mereka duduk di sofa di ruang tamu.
"Istirahatlah, aku akan pergi dulu. Semoga urusannya tidak sampai malam." pamit Keenan.
"Baik," jawab Rhein, senyum mengembang di bibir manisnya.
Keenan tampak terpana melihat bibir Rhein.
"Oke, kalau ada yang mau ditanyakan kamu bisa menelponku," kata Keenan.
Rhein mengangguk.
"Aku pergi dulu,"
Tiba-tiba Keenan meraih pinggangnya dan menadaratkan bibirnya di dahi Rhein membuat Rhein terkejut. Tampak semburat merah di wajah Rhein yang membuatnya terlihat makin cantik. Keenan melepas kecupannya di dahi Rhein tapi tak melepas pelukannya. Dia menatap Rhein hangat kemudian mendekatkan bibirnya ke bibir Rhein membuat dada Rhein kembali bergetar.