Pasca Templar dibubarkan oleh Raja Phillip IV of France dan Clement V, satu persatu anggota dieksekusi mati tanpa memberikan penjelasan. Dimulai dari orang tua hingga anak-anak. Bahkan ada anggota yang bekas Templar akan diasingkan atau diperlakukan layaknya budak. Sejak itulah, mereka terus bersembunyi sampai situasinya aman. Akan tetapi masyarakat terus memperlakukan mereka dan tingkahnya semakin menjadi-jadi. Akhirnya, beberapa anggota tersisa menyerah dengan keadaan. Sebelum pergi, mereka menitipkan benda pusaka dan buku mengenai kisah kejayaan Templar Knight. Dan anggota lainnya menyebar ke seluruh penjuru dunia. Termasuk Indonesia.
Hanya, sejarah menghapus keberadaannya karena dinilai bertentangan dengan agama di sana. padahal Templar sendiri salah satu pasukan terkuat dalam sejarah Kristen. Bahkan disegani atau ditakuti dunia maupun Islam.
Ketika peperangan berlangsung melawan penjajah, Ksatria Templar memilih menyepi dan membuang semua pakaian yang beratribut pasukan bersalib itu. Dan mereka berbaur layaknya penduduk Indonesia. Saat mulai sepi dan gelap, ksatria Templar membakar semuanya kecuali pedang. Untuk menghilangkan jejak, dia menguburkan dalam-dalam. Dan menanamkan sebagai warga Indonesia. Pasca perang melawan penjajah, Ksatria Templar dibangkitkan kembali. Para warga yang dilanda putus asa akibat penjajahan oleh VOC dan Belanda, mau tidak mau Ksatria Templar bertarung demi bertahan hidup. Bahkan harus menghadapi sekumpulan pasukan Jepang sekali pun.
Hujan membasahi area hutan. Percikan rintikan air menetes ke tanah. Membasahi tanah yang subur. Langkah kaki terdengar semakin mendekat. Jejak kaki nampak pada tanah.
Seorang laki-laki berlari menghindari kejaran pasukan Belanda. Tepatnya tahum 1656 di Kesultanan Banten. Saat itu, dia sedang membeli makanan untuk dirinya. Tapi ketahuan oleh pasukan Belanda. Mereka langsung mengejar. Beberapa prajurit mengarahkan senapan ke laki-laki itu. Tapi tembakannya meleset. Dia sudah memprediksikan pergerakannya.
Dia bersembunyi di balik semak-semak. Melihat langkah kaki mereka dari celah semak-semak. Prajurit Belanda masih memegang senapan penuh gemetaran. Mungkin karena baru pertama kali memegang senjata dan membunuh orang, jadinya bersikap demikian.
Laki-laki itu memegang belati yang sudah diasah. Menusukkan kaki salah satu prajurit Belanda. Dia langsung menyusup kembali. Pergerakannya sempat terbaca karena dedaunan bergoyang. Para prajurit mengacungkan senapannya. Tapi tidak mampu mengenainya. Betapa beruntungnya laki-laki itu.
Dengan napasnya terengah-engah, dia terus merangkak dan berlari dengan pergerakan minimalisir. Sekali dia mengangkat tubuhnya dari semak-semak, sudah dipastikan tewas tertembak. Laki-laki tersebut dengan santainya merangkak cepat. Tidak peduli tangan kotor. Tatapannya lurus kedepan. Berharap tidak ada jebakan menanti.
"Itu dia! Dia ada di sana!" tunjuk prajurit Belanda mengacungkan jari di arah utara.
Laki-laki mendengar teriakannya, langsung berlari tanpa henti. Mereka terus menembak, menghujani peluru ke arahnya. Karena pergerakannya tidak bisa diprediksi kali ini, laki-laki itu membalikkan badan, menggunakan pedang miliknya. Pedang yang semula tidak ada logo, kini menampakkan salib merah. Tatapan matanya berubah merah. Berlari kencang memenggal kepala tiap prajurit Belanda. Cipratan darah mengenai wajah laki-laki. Lalu mengayunkan dengan cepat. Tanpa berteriak, dia terus mengayunkan dan menebasnya tanpa henti. Beberapa dari mereka ketakutan. Memohon ampun untuk tidak membunuhnya. Bagian ujung pedang menusuk ke lehernya. Beruntung, tidak sampai mengenai bagian dalam. Hanya mengalir darah dari lehernya saja. Ekspresinya menunjukkan ketakutan. Celananya basah.
"Jika kau ingin hidup, ikut denganku,"
"K-k-k-kau ... seorang Templar. Bagaimana bisa?" tanya kepadanya.
"Dulunya," katanya menjatuhkan pedang Templar ke tanah.
Perlahan tapi pasti, keberadaan pedang tersebut menghilang. Membuat dia terkejut bukan main.
"Kau pasti bertanya-tanya kenapa pedang milikku bisa menghilang? Itu karena aku keturunan Templar yang terakhir. Bisa dibilang, aku pelarian dari Prancis ke sini. Karena belum terbiasa bahasa lainnya, jadi aku belajar sedikit demi sedikit bahasa Jawa dan Belanda. Jangan heran aku jadi penerjemah di sana," gumamnya.
Walau demikian, sebagian itu hanyalah berbohong semata. Terutama bahasa Jawa, karena dia tahu jika lidahnya bukan asli Jawa, bisa-bisa dirinya dipenjara. Hal itu merepotkan nantinya. Jadi laki-laki itu memutuskan untuk belajar sedikit tentang kultur dan bahasa Jawa.
"Bagaimana? Apa kau mau ikut di sini? Atau kubiarkan dirimu menjadi gila karena halusinasi semata?" tawarnya memberikan pilihan ke salah satu prajurit Belanda.
Dia tidak memiliki pilihan kecuali mengikutinya. Semenjak itulah, keduanya sering bersama. Baik dalam mengumpulkan informasi dan rekrutmen anggota. Walau demikian, keduanya tidak ingin terlibat dalam peperangan melawan penjajah. Ditambah ancaman sebenarnya adalah VOC. Untuk itulah, dia menyamarkan diri menjadi seorang pengusaha. Laki-laki itu menjarah kekayaan bangsawan Belanda. Tanpa ampun membunuh prajurit Belanda lainnya. Rencana mereka sejauh ini cukup berhasil.
Sampai pada akhirnya, keduanya ditangkap dan dieksekusi mati oleh bangsawan Belanda. Sebelum meninggal, dia bersumpah akan memberikan harta warisan berupa pedang dan buku Templar Knight. Tentu saja mereka terperanjat kaget. Ketika bangsawan Belanda mencoba mencegahnya, kepala mereka berdua sudah terpenggal.
Sejak itulah, keberadaan Templar Knight mulai hilang ditelan bumi lagi. Sampai kemudian salah satu gadis itu berhasil menemukan pedang Firaun. Gemerlap cahaya menyinari kedua matanya. Tentu saja keturunan Sihombing yang berhak mendapatkan warisan Templar Knight.
Secara turun temurun, nenek moyangnya mengajarkan keluarganya untuk mengayunkan pedang dan ritual sihir. Tanpa sepengetahuan warga sekitar, mereka terus melakukannya tanpa henti.
Sampai pada zaman modern, yang tersisa adalah Florensia Sihombing. Gadis berumur 10 tahun dilatih oleh kakeknya. Beliau mengajarkan apapun yang berkaitan dengan ksatria Kristiani. Kemudian di tingkat akhirnya, Florensia berhasil menggenggam pedang miliknya sendiri. Tanpa bantuan sihir dari Kakeknya.
Namun pelatihannya hanya sebentar. Beliau meninggal dua tahun kemudian. Kini, Florensia hidup sebatang kara. Sampai ada orang memberikan dana secara cuma-cuma untuknya. Seorang laki-laki berjas hitam mendaftarkan sekolah yang diinginkan.
Florensia berterima kasih kepada orang itu. Tapi sebulan kemudian, dia menghilang tanpa jejak. Baginya, Florensia bersyukur tidak harus putus sekolah karena dana yang dikirimkan tidak terbatas. Meski demikian, dirinya tidak mau menghamburkan pemberian orang itu. Sebaliknya, dia menanamkan investasi jangka panjang. Terutama memberikan modal ke Hotel atau Mall ternama.
Sampai-sampai, dia disibukkan berbagai jadwal. Jadilah Florensia bersikap dingin ke sekitar. Dan berubah semenjak bertemu dengan Aisyah dan Fanesya.