Bab. 4 Ide Kawin Kontrak

Kereta api tujuan kota Jogja itu berjalan dengan mantap. Sesekali terdengar lenguhan klakson dari arah lokomotif yang terus menerus mengeluarkan asap hitam pekat.

Arini masih menatap ke arah jendela dengan tatapan kosong. Entah sudah berapa lama Arini dengan posisi itu. Kepala nya ia sandarkan ke dinding kereta yang terbuat dari metal baja. Pikiran gadis itu melayang kembali ke kenangan kenangan yang ia lalui bersama Ardi.

Dan lamunannya buyar seketika saat sebuah tangan menepuk pundaknya. Sesosok pemuda tampan yang duduk di sebelahnya menatap ke arah nya sambil menaikan sebelah alisnya yang lebat. Arini menatap tajam ke mata elang milik pemuda itu. Bola mata berwarna hitam pekat itu membuat Arini tidak bisa memalingkan wajahnya dan terus menatap ke arah pemuda itu. Dan saat pemuda itu menjentikan jari nya di depan Arini gadis itu baru tersadar dan mengalihkan pandangannya.

"Maaf nona...bapak kondektur menanyakan tiket anda..." ucap pemuda itu dengan suara nya yang agak serak namun begitu menenangkan saat di dengar.

"Oh...ya. Sebentar pak." jawab Arini sembari merogoh saku sweater rajutnya.

Arini segera mengulurkan tiket tersebut untuk di periksa oleh petugas kereta. Dan petugas itu pun segera mengembalikan tiket Arini.

"Terima kasih." ucap petugas kereta yang langsung beranjak untuk memeriksa tiket di kursi sebelah.

Arini hanya menjawab dengan seulas senyum . Setelah menyimpan tiket di saku nya Arini menghela napas seolah ingin menghilangkan beban pikirannya. Dan kereta itu terus melaju membawa gadis itu meninggalkan semua kenangan pahit di kota yang ia tinggali sejak kecil.

_________

Di antara suara deru kereta api tiba-tiba terdengar bunyi getaran handphone yg berasal dari saku jaket pemuda yang tengah tertidur di sebelah Arini.

Arini menoleh ke arah suara getaran handphone itu dan melihat pemiliknya sama sekali tidak terganggu dan masih tertidur dengan kedua tangan yang disilangkan di depan dadanya.

Matanya tetap terpejam, tampak jelas deretan bulu mata yang panjang dan melengkung ke atas menambah ketampanan pemuda itu.

Arini ingin membangunkan pemuda itu karena merasa terganggu dengan suara getaran yg berbunyi terus menerus.

Tapi Arini tidak memiliki keberanian. Arini berpikir mungkin telepon itu sangat penting karena tidak berhenti untuk bersuara.

Akhirnya dengan hati-hati Arini mengguncang lengan pemuda itu.

Pemuda itu terbangun dengan ekspresi terkejut.

"Hmm...ada apa?" tanya dia saat membuka mata.

"Telepon genggam anda dari tadi tidak berhenti bersuara. Mungkin itu telepon penting. Karena itu saya membangunkan anda. Maaf jika mengganggu tidur anda." jawab Arini.

"Oh...terima kasih." sahut pemuda itu sembari meraba benda kotak pipih dari sakunya.

Pemuda itu segera mengeluarkan telepon genggamnya. Terpampang jelas di layar panggilan tak terjawab dari Nadia sebanyak 14x.

Pemuda itu menghela napas. Terlihat raut wajahnya seperti seorang yang memiliki beban.

Tidak berselang lama telepon genggam itu bergetar lagi dan nama Nadia masih terpampang di layar sebagai penelepon.

Pemuda itu ragu-ragu untuk menjawabnya. Dengan sedikit enggan dia menekan tombol telepon berwarna hijau.

"Haaalooo sayang." ucap pemuda itu memulai pembicaraannya.

"Praaaas, kenapa lama sekali mengangkat telepon ku?" terdengar suara gadis dari saluran telepon pemuda tampan itu.

Arini melirik ke arah pemuda itu. Disaat yang bersamaan pemuda itu ternyata juga sedang melirim ke arah Arini dan tanpa sengaja mata mereka saling menatap.

Arini langsung memalingkan wajahnya ke arah jendela. Dan kaca jendela memantulkan wajah pemuda itu yang masih melirik ke arah Arini sembari dia menjawab teleponnya.

Arini berpura-pura tidur dengan memejamkan matanya.

"Aku sudah di kereta dan barusan aku tertidur maaf jika membuatmu menunggu." jawabnya menenangkan lawan bicaranya.

"Baiklah Pras. Lalu bagaimana dengan rencana kita?"

"Sayang, apakah ini sudah kamu pikir matang-matang?" pemuda itu balik bertanya.

"Pras, hanya ini cara untuk menggagalkan perjodohan dari orang tua mu. Jika mereka tahu kamu sudah memiliki kekasih dan sudah menikah siri' aku yakin pasti orang tuamu akan membatalkan perjodohanmu itu." jawab Nadia.

"Lalu?"

"Lalu saat perjodohanmu di batalkan kau bisa menceraikannya dan kita bisa menikah."

"Kau pikir semudah itu mempermainkan pernikahan Nadiaku sayang?"

"Pras, kita bisa menyewa seorang gadis untuk melakukannya. Kita bisa mengontraknya kan?"

"Kau gila Nad!!! Kau menyuruhku melakukan kawin kontrak? Kenapa tidak kau saja yang langsung menikah denganku? Kita bisa kawin lari. Selesai masalahnya." sahut Pemuda itu

"Tidak Pras, aku tidak mau mengecewakan orang tuaku. Ayolah Pras demi cinta kita. Kau bisa memilih siapapun calon istri kontrakmu." bujuk Nadia.

"Baiklah, aku akan mengabarimu segera jika sudah menemukan calonnya." ucap pemuda itu.

"Terima kasih sayang. Aku akan menghargai pengorbanan mu ini sampai kapanpun. Aku mencintaimu Pras. Muuuuaach."

Bibir pemuda itu pun melengkungkan sebuah senyuman saat mendengar ucapan kekasih hatinya.

"Baiklah Pras, aku tutup teleponnya ya. Hati-hati di jalan sayang."

"Ya."

Lalu terdengar bunyi telepon terputus.

Pemuda itu menatap layar telepon genggamnya dan di situ terpampang fotonya dengan gadis yang ia cintai. Mengenakan setelan batik yang sama. Dahi saling beradu dan tatapan yang penuh cinta.