Sebuah bintang berlari demi menjaga sunyi, antara senja dan dini hari.
Bintang – bintang menari dan membentang di khatulistiwa seakan menyerang dengan senang.
Aku ini malam yang hina dina tanpa kau, bintang,… kaulah penghias dunia di kala aku datang, bintang.
Bintang itu penyengat jiwa, dikala orang sedang menikmati sinarnya.
Sejak hadirnya bintang, kau bagai surga datang.
Entah sudah sampai mana aku berkata. Kini aku merasa di surga. Mencarimu demi sehangat cinta.
Aku dan kamu, sama-sama bersemu, jika bertemu pasti akan bersatu.
Banyak bintang bertaburan di malam ini, tapi bagiku kaulah bintang yang menyerap sunyi dalam hati.
Butuh lebih dari seribu cahaya bintang, agar ingatan kembali terang dari gelapnya kenangan.
BINTANG. itukah namamu di kala cinta menyerang?
Bintang itu pun meredup seketika, saat kutatap dan kutanya; apakah kau — kekasihku?
Tak kusangka kau menjelma menjadi bintang, yang selama ini kucari dan ketika kutatap berpendar dengan eloknya membentang.
Gugus gemintang yang berpendaran di matamu adalah doa, bagi sunyi yang bersua.
Akhirnya, bintang semakin menghilang, saatnya aku (malam) pudar dalam keheningan yang malang.
Musa Angelo