"Kring kring kring", handphone Luna berdering. Dia melihat sebentar layar handphone dan langsung mengangkat telponnya.
"Halo". Sapa Luna. "Lun, uda dimana?" tanya Nina dengan nada kesal. "Kita uda nunggu kamu lama banget nih" tambahnya. Terdengar suara cowok yang lagi kesel juga karna menunggu dirinya yg belum datang-datang.
"Uda dimana sih teman mu itu? Jadinya dia ikut?" tanya cowok itu pada Nina. "Lama kali pun" tambahnya lagi dengan ekspresi wajah kesal. "Iyah, maaf. Bentar lagi sampai kok. Ini udah di pertengahan jalan. Sabar sedikit ya". Jawab Luna dengan nada menyesal.
15 menit kemudian, Luna sampai dan berjalan menuju halte bis selanjutnya. Tempat dimana Nina dan kedua teman cowoknya menunggu dirinya. Dari jarak 5 meter dari tempat Luna berjalan. Nina melihat Luna dan memanggilnya. "Lun, Sini". tangannya bergerak memanggil Luna dan mengisaratkan agar dirinya menghampiri mereka.
Salah seorang cowok bergumam, "Ininya yang daritadi kita tungguin?". "Iyah, maaf ya bang. Uda nunggu lama". jawab Luna. "Udalah udalah, jadi cemana. Langsung naik bisnya kita ini Nin?". tanya seorang cowok yg badannya kurus tinggi dan wajahnya lumayan tampan. "Iyalah bang. Kita langsung naik aja". jawab Nina.
Mereka pun naik bis dan kedua cowok itu duduk di depan. Sedangkan Luna dan Nina duduk di belakang. Luna pun memulai beberapa obrolan kecil dengan Nina. Luna pun merasa kalau dirinya sedang diperhatikan oleh cowok yg kesal kepadanya. Cowok itu memakai kalung salib, bertindik, badannya berisi, dan sangat dekil. Mengenakan celana jeans pendek dan baju komprang Bob Marlie. Penampilannya benar-benar separti anak jalanan dan komplotan copet.
Dengan berbisik kepada Nina, Luna mulai bertanya "Itu teman mu? Siapa namanya?". Dengan sedikit melirik kearah teman cowoknya "Iyah, nama mereka sama, tapi bukan saudara kembar". jawab Nina. "Siapa nama mereka?". tanya Luna penasaran. "Reno Sinaga". jawab Nina. "Oh... terus gebetan yang kamu ceritain itu yang mana?". tanya Luna. "Itu yang pinggir sebelah kiri, yang kurus pakai baju hitam". jawab Nina senyum-senyum. "Oh..." batin Luna.
Saat bis mulai dipenuhi penumpang, bis pun jalan. Sekali lagi, Reno bertindik melirik Luna. Sepertinya Reno bertindik tertarik kepadanya. Namun Luna tidak terlalu memperdulikan hal itu, ia lebih asyik melihat handphonenya dan membaca pesan-pesan lama bersama mantan kekasihnya, Egi. Kemudian matanya mulai mengantuk dan dirinya pun tertidur karna perjalanannya pun cukup jauh.