Wanita Berdarah Dingin.

Bai Ran masih ingat saat tahun lalu ibunya membawanya ke pintu kediaman keluarga Jiang, Jiang Bangyuan langsung mengatakan bahwa mereka adalah sepasang ibu dan anak yang terlalu kotor. Jiang Bangyuan segera memerintah pelayan membawa air dingin dan menyiram seluruh tubuh mereka sampai basah. Saat itu, Bai Ran yang masih kecil hanya bisa diam dalam pelukan ibu dan menahan kebencian dalam lubuk hatinya. Ia tidak bisa mengatakan apapun karena ibunya tidak memperbolehkannya. Namun, sekarang ibunya tidak ada lagi di sini dan ia tidak akan lagi bergantung pada keluarga Jiang. Balas dendam tak lagi terdengar seperti ide yang buruk.

Setiap kata dan setiap kalimat Bai Ran begitu tajam, bak pisau dan pistol yang langsung menyerang Meng Fan dan Jiang Bangyuan sekaligus. Meng Fan telah mengagumi Jiang Bangyuan sedari dulu dan begitu ingin menunjukkan keahliannya di depan Jiang Bangyuan. Karenanya, jika Meng Fan tidak berani seperti kata Bai Ran dan tidak setuju untuk bertaruh, bukankah cintanya pada Jiang Bangyuan akan tampak sangat dangkal?

Kalau begitu… Meng Fan melihat sekilas ke arah Jiang Bangyuan. Entah dari mana datangnya keberanian itu, namun ia tidak mempedulikan apapun lagi dan langsung berkata, "Apa saya akan takut? Dengarkan perkataan Anda sendiri! Bukalah kartu Anda! Saya tidak percaya kalau Anda mendapat Straight Flush!"

Setelah berbicara begitu, Meng Fan segera membuka kartunya dan membantingnya ke atas meja sambil menatap Quan Rui dengan percaya diri. Semua orang langsung tertarik untuk melihat kartu Meng Fan dan tidak ada lagi yang memperhatikan tambahan taruhan permainan ini, yakni Jiang Bangyuan.

Jiang Bangyuan tidak mengira bahwa dirinya yang selalu diperlakukan secara terhormat sejak kecil akan berakhir menjadi taruhan seperti ini. Ia sungguh tidak bisa menelan amarah yang membuncah di dadanya. Ia masih ingin menolak untuk dijadikan taruhan, tapi kartu sudah dibuka. Mau tak mau, ia pun ikut melihat kartu-kartu itu.

Dua kartu Meng Fan adalah K Sekop dan J Sekop. Dealer menempatkan kartu Meng Fan di tengah, lalu menambahkannya dengan tiga kartu J dari lima kartu yang sudah terbuka di atas meja dan mengumumkan dengan lantang, "Empat J."

Di sekitar meja judi, mulai terdengar suara bisikan lagi, "Tidak kusangka ternyata kartu Meng Fan begitu bagus? Sepertinya kali ini Tuan Quan akan kalah."

"Aih… Tuan Quan menyia-nyiakan dua ratus juta dan juga seorang wanita cantik." 

Meng Fan diam-diam semakin merasa bangga, lalu ia melihat ke arah Jiang Bangyuan dengan puas. Hari ini, aku ingin menunjukkan pada Yuanyuan bahwa aku lebih baik daripada Quan Rui itu! Dia tidak tahu saja! pikir Meng Fan. 

Mata Jiang Bangyuan menggelap ketika melihat kartu Meng Fan di depannya. Pikirannya seketika berantakan dan semua idenya hilang dalam sekejap. Jika Quan Rui benar-benar kalah, apakah aku akan diberikan sebagai hadiah taruhan untuk Meng Fan? Tidak... Ini bukan yang aku inginkan! pikir Jiang Bangyuan dengan panik.

Jiang Bangyuan masih sibuk ketakutan memikirkan nasibnya, sementara Quan Rui hanya mengangkat alisnya setelah melihat kartu Meng Fan. Quan Rui pura-pura menggelengkan kepalanya dengan khawatir, lalu menghela. "Hei, wanita. Ternyata kamu sungguh-sungguh saat kamu bilang kartuku tidak bagus? Sepertinya kali ini kita yang kalah. Bagaimana kamu mau mengganti kerugianku?" tanya Quan Rui, seperti tertawa tapi tidak tertawa. Ia membungkuk dan mendekat ke arah Bai Ran yang berada dalam pelukannya. Aroma di tubuh wanita itu masih begitu manis, persis seperti yang Quan Rui sukai.

Kelakuan Quan Rui membuat Bai Ran sangat ingin meninjunya dan memukulnya sampai ke dinding hingga pria itu tidak bisa melarikan diri lagi. Namun, sekarang Bai Ran masih perlu mengandalkan kekuasaan Quan Rui untuk memenangkan uang taruhan judi. Malam ini, ia harus bersabar untuk sementara waktu

Bai Ran menggertakkan giginya sambil mengucapkan kata demi kata dari cela giginya, "Aku sudah bilang padamu bahwa kartu itu tidak bagus, tapi kamu sendiri yang ingin bertaruh all in. Bagaimana bisa kamu menyalahkanku?" Bai Ran mengedikkan bahunya dengan tak acuh. Ia sudah menasehati Quan Rui sejak awal, tapi Quan Rui yang sendiri tidak mendengarnya. Siapa yang bersalah kalau begini caranya?

"Wanita berdarah dingin," gumam Quan Rui sambil tertawa pelan. Lalu, ia kembali mendekat ke arah Bai Ran dan berbisik di telinganya, "Apa perlu kita bertaruh secara pribadi juga?"